Catatan Perjalanan Hidup Seorang Pemuda Muslim

Monday 3 June 2013

On 13:15 by Unknown in ,    No comments
A.    LANDASAN PENDIDIKAN
1.     Landasan Filosofis
a.   Pengertian Landasan Filosofis
Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandanagan dalam filsafat pendidikan, menyangkut keyakianan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan. Aliran filsafat yang kita kenal sampai saat ini adalah Idealisme, Realisme, Perenialisme, Esensialisme, Pragmatisme dan Progresivisme dan Ekstensialisme.
1)      Esensialisme, adalah mashab pendidikan yang mengutamakan pelajaran teoretik (liberal arts) atau bahan ajar esensial.
2)      Perenialisme, adalah aliran pendidikan yang megutamakan bahan ajaran konstan (perenial) yakni kebenaran, keindahan, cinta kepada kebaikan universal.
3)      Pragmatisme dan Progresifme, adalah aliran filsafat yang memandang segala sesuatu dari nilai kegunaan praktis, di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme yang menentang pendidikan tradisional.
4)      Rekonstruksionisme, adalah mazhab filsafat pendidikan yang menempatkan sekolah/lembaga pendidikan sebagai pelopor perubahan masyarakat.
b.    Pancasila sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidkan Nasional
Pasal 2 UU RI No. 2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Sedangkan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4 menegaskan pula bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara Indonesia.
2.     Landasan Sosiologis
a.   ­Pengertian Landasan Sosiologis
Dasar sosiologis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan dan karakteristik masayarakat. Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi  pendidikan meliputi empat bidang:
1.     Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.
2.     hubungan kemanusiaan.
3.     Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.
4.     Sekolah dalam komunitas, yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.
b.   Masyarakat indonesia sebagai Landasan Sosiologis Sistem Pendidikan Nasional
Berbagai upaya pemerintah telah dilakukan untuk menyesuaikan pendidikan dengan perkembangan masyarakat terutama dalam hal menumbuhkembangkan Ke-Bhineka Tunggal Ika-an, baik melalui kegiatan jalur sekolah (umpamanya dengan pelajaran PPKn, Sejarah Perjuangan Bangsa, dan muatan lokal), maupun jalur pendidikan luar sekolah (penataran P4, pemasyarakatan P4 nonpenataran).
3.     Landasan Kultural
a.   Pengertian Landasan Kultural
Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat dilestarikan/ dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan, baik secara formal maupun informal.
Anggota masyarakat berusaha melakukan perubahan-perubahan yang sesuai denga perkembangan zaman sehingga terbentuklah pola tingkah laku, nlai-nilai, dan norma-norma baru sesuai dengan tuntutan masyarakat. Usaha-usaha menuju pola-pola ini disebut transformasi kebudayaan. Lembaga sosial yang lazim digunakan sebagai alat transmisi dan transformasi kebudayaan adalah lembaga pendidikan, utamanya sekolah dan keluarga.
b.   Kebudayaan sebagai Landasan Sistem Pendidkan Nasional
Pelestarian dan pengembangan kekayaan yang unik di setiap daerah itu melalui upaya pendidikan sebagai wujud dari ke-Bhineka Tunggal Ika-an masyarakat dan bangsa Indonesia. Hal ini harsulah dilaksanakan dalam kerangka pemantapan kesatuan dan persatuan bangsa dan negara indonesia sebagai sisi ketunggal-ikaan.

4.     Landasan Psikologis
a.   Pengertian Landasan Filosofis
Dasar psikologis berkaitan dengan prinsip-prinsip belajar dan perkembangan anak. Pemahaman terhadap peserta didik, utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan.
Sebagai implikasinya pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta didik, sekalipun mereka memiliki kesamaan. Penyusunan kurikulum perlu berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan dijadikan garis-garis besar pengajaran serta tingkat kerincian bahan belajar yang digariskan.
b.   Perkembangan Peserta Didik sebagai Landasan Psikologis
Pemahaman tumbuh kembang manusia sangat penting sebagai bekal dasar untuk memahami peserta didik dan menemukan keputusan dan atau tindakan yang tepat dalam membantu proses tumbuh kembang itu secara efektif dan efisien.
5.     Landasan Ilmiah dan Teknologis
a.   Pengertian Landasan IPTEK
Kebutuhan pendidikan yang mendesak cenderung memaksa tenaga pendidik untuk mengadopsinya teknologi dari berbagai bidang teknologi ke  dalam penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan yang berkaitan erat dengan proses penyaluran pengetahuan haruslah mendapat perhatian yang proporsional dalam bahan ajaran, dengan demikian pendidikan bukan hanya berperan dalam pewarisan IPTEK tetapi juga ikut menyiapkan manusia yang sadar IPTEK dan calon pakar IPTEK itu. Selanjutnya pendidikan akan dapat mewujudkan fungsinya dalam pelestarian dan pengembangan iptek tersebut.
b.   Perkembangan IPTEK sebagai Landasan Ilmiah
Iptek merupakan salah satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, yang dimualai pada permulaan kehidupan manusia. Lembaga pendidikan, utamanya pendidikan jalur sekolah harus mampu mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan iptek.


B.    ASAS-ASAS POKOK PENDIDIKAN
1.     Asas Tut Wuri Handayani  
Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sitem Among perguruan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dewantara ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso.
Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaituIng Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh), “Ing Madyo Mangun Karso(jika ditengah-tengah memberi dukungan dan semangat), dan“Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan).
2.     Asas Belajar Sepanjang Hayat
Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat meracang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan horisontal.
a)      Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan.
b)      Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
3.     Asas Kemandirian dalam Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu siap untuk ulur tangan bila diperlukan. Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam peran utama sebagai fasilitator dan motivator. Salah satu pendekatan yang memberikan peluang dalam melatih kemandirian belajar peserta didik adalah sitem CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif).






SOAL

1.        Berikut adalah aliran filsafat dalam pendidikan, kecuali . . .
a.       Esensialisme
b.      Perenialisme
c.       Progresivisme
d.      Rekonstruksionisme
e.       Pragmatisme
JAWAB: C
2.        Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi  pendidikan meliputi empat bidang yakni . . .
a.       Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain, hubungan sosial, pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya, dan sekolah dalam komunitas yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.
b.      Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain, hubungan kemanusiaan, nilai dan norma dalam pendidikan, dan sekolah dalam komunitas yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.
c.       Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain, hubungan kemanusiaan, pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya, dan norma-norma didalamnya.
d.      Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain, hubungan kemanusiaan, pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya, dan sekolah dalam komunitas yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.
e.       Hubungan sistem pendidikan dengan aspek sosial, hubungan kemanusiaan, nilai dan norma, dan sosialisasi dalam lingkup pendidikan.
JAWAB: D
3.    Upaya pemerintah untuk menyesuaikan pendidikan dengan perkembangan masyarakat terutama dalam hal menumbuhkembangkan Ke-Bhineka Tunggal Ika-an pada kegiatan jalur sekolah adalah dengan diberlakukannya . . .
a.       Pemasyarakatan P4 nonpenataran
b.      Sejarah Perjuangan Bangsa
c.       Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
d.      Bahasa Indonesia
e.       Pendidikan cinta tanah air
JAWAB: B
4.    Pendidikan dan kebudayaan memiliki hubungan timbal balik karena  . . .
a.       Kebudayaan dapat dilestarikan/ dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan, baik secara formal maupun informal
b.      Pendidikan lahir dari sebuah kebudayaan sebagai pondasinya yang akan menentukan pula bagaimana mempertahankan kebudayaan tersebut
c.       Melalui pendidikan, kebudayaan dapat berkembang melalui proses pendidikan dan pengajaran kepada peserta didik mengenai indikator-indikator kebudayaan tersebut
d.      Kebudayaan merupakan asal pendidikan demikian pula sebaliknya
e.       Nilai-nilai kebudayaan terdapat dalam jiwa pendidikan karena kebudayaan dapat dilestarikan dan dikembangkan dengan jalan pendidikan
JAWAB: A
5.    Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar . . .
a.       Pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
b.      Tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan.
c.       Tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik yang sedang berjalan.
d.      kehidupan peserta didik yang sedang berjalan dan antar peserta didik yang menempati posisi sebagai sebjek pendidikan.
e.       Tingkatan instansi dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan.
JAWAB: B

0 comments:

Post a Comment