Sunday 15 September 2013
On 23:52 by Unknown in Pendidikan No comments
Pendidikan
sebagai usaha sadar yang sistematis-sistemik selalu bertolak darisejumlah
landasan serta pengindahan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas
tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap
perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Beberapa landasan
pendidikan tersebut adalah landasan filosofis, sosiologis, dan kultural, yang
sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya
landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan untuk mnjemput masa
depan.
A. LANDASAN
PENDIDIKAN
1. Landasan
Filososfis
a. Pengertian
Landasan Filosofis
Landasan filosofis bersumber dari
pandangan-pandanagan dalam filsafat pendidikan, meyangkut keyakianan terhadap
hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan
tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan. Aliran filsafat yang kita kenal
sampai saat ini adalah Idealisme, Realisme, Perenialisme, Esensialisme,
Pragmatisme dan Progresivisme dan Ekstensialisme
1. Esensialisme
Esensialisme
adalah mashab pendidikan yang mengutamakan pelajaran teoretik (liberal arts)
atau bahan ajar esensial.
2. Perenialisme
Perensialisme
adalah aliran pendidikan yang megutamakan bahan ajaran konstan (perenial) yakni
kebenaran, keindahan, cinta kepada kebaikan universal.
3. Pragmatisme dan
Progresifme
Prakmatisme
adalah aliran filsafat yang memandang segala sesuatu dari nilai kegunaan
praktis, di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme yang
menentang pendidikan tradisional.
4. Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme
adalah mazhab filsafat pendidikan yang menempatkan sekolah/lembaga pendidikan
sebagai pelopor perubahan masyarakat.
b. Pancasila
sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidkan Nasional
Pasal 2 UU RI
No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan
UUD 1945. sedangkan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4 menegaskan pula
bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat indonesia, kepribadian bangsa
Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara Indonesia.
2. Landasan
Sosiolagis
a. Pengertian
Landasan Sosiologis
Dasar sosiolagis berkenaan dengan
perkembangan, kebutuhan dan karakteristik masayarakat.Sosiologi pendidikan
merupakan analisi ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial
di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiolagi
pendidikan meliputi empat bidang:
1.
Hubungan sistem
pendidikan dengan aspek masyarakat lain.
2.
hubunan
kemanusiaan.
3.
Pengaruh
sekolah pada perilaku anggotanya.
4.
Sekolah dalam
komunitas,yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok sosial
lain di dalam komunitasnya.
b. Masyarakat indonesia
sebagai Landasan Sosiologis Sistem Pendidikan Nasional
Berbagai upaya
pemerintah telah dilakukan untuk menyesuaikan pendidikan dengan perkembangan
masyarakat terutama dalam hal menumbuhkembangkan KeBhineka tunggal Ika-an, baik
melalui kegiatan jalur sekolah (umpamanya dengan pelajaran PPKn, Sejarah
Perjuangan Bangsa, dan muatan lokal), maupun jalur pendidikan luar sekolah
(penataran P4, pemasyarakatan P4 nonpenataran)
3. Landasan
Kultural
a. Pengertian
Landasan Kultural
Kebudayaan dan pendidikan
mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat dilestarikan/
dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi
penerus dengan jalan pendidikan, baiksecara formal maupun informal.
Anggota
masyarakat berusaha melakukan perubahan-perubahan yang sesuai denga
perkembangan zaman sehingga terbentuklah pola tingkah laku, nlai-nilai, dan
norma-norma baru sesuai dengan tuntutan masyarakat. Usaha-usaha menuju
pola-pola ini disebut transformasi kebudayaan. Lembaga sosial yang lazim
digunakan sebagai alat transmisi dan transformasi kebudayaan adalah lembaga
pendidikan, utamanya sekolah dan keluarga.
b. Kebudayaan
sebagai Landasan Sistem Pendidkan Nasional
Pelestarian dan
pengembangan kekayaan yang unik di setiap daerah itu melalui upaya pendidikan
sebagai wujud dari kebineka tunggal ikaan masyarakat dan bangsa Indonesia. Hal
ini harsulah dilaksanakan dalam kerangka pemantapan kesatuan dan persatuan
bangsa dan negara indonesia sebagai sisi ketunggal-ikaan.
4. Landasan Psikologis
a. Pengertian
Landasan Filosofis
Dasar
psikologis berkaitan dengan prinsip-prinsip belajar dan perkembangan anak.
Pemahaman etrhadap peserta didik, utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan
merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil
kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang
pendidikan.
Sebagai
implikasinya pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta
didik, sekalipun mereka memiliki kesamaan. Penyusunan kurikulum perlu
berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan dijadikan
garis-garis besar pengajaran serta tingkat kerincian bahan belajar yang
digariskan.
b. Perkembangan
Peserta Didik sebagai Landasan Psikologis
Pemahaman
tumbuh kembang manusia sangat penting sebagai bekal dasar untuk memahami
peserta didik dan menemukan keputusan dan atau tindakan yang tepat dalam
membantu proses tumbuh kembang itu secara efektif dan efisien.
5. Landasan Ilmiah
dan Teknologis
a. Pengertian
Landasan IPTEK
Kebutuhan
pendidikan yang mendesak cenderung memaksa tenaga pendidik untuk mengadopsinya
teknologi dari berbagai bidang teknologi ke dalam penyelenggaraan
pendidikan. Pendidikan yang berkaitan erat dengan proses penyaluran pengetahuan
haruslah mendapat perhatian yang proporsional dalam bahan ajaran, dengan
demikian pendidikan bukan hanya berperan dalam pewarisan IPTEK tetapi juga ikut
menyiapkan manusia yang sadar IPTEK dan calon pakar IPTEK itu. Selanjutnya
pendidikan akan dapat mewujudkan fungsinya dalam pelestarian dan pengembangan
iptek tersebut.
b. Perkembangan
IPTEK sebagai Landasan Ilmiah
Iptek merupakan
salah satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik,
yang dimualai pada permulaan kehidupan manusia. Lembaga pendidikan, utamanya
pendidikan jalur sekolah harus mampu mengakomodasi dan mengantisipasi
perkembangan iptek. Bahan ajar sejogjanya hasil perkembangan iptek mutahir,
baik yang berkaitan dengan hasil perolehan informasi maupun cara memproleh
informasi itu dan manfaatnya bagi masyarakat
B. ASAS-ASAS POKOK
PENDIDIKAN
Asas pendidikan
merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada
tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Khusu s di Indonesia, terdapat
beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan
pendidikan itu. Diantara asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani,
Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan asas Kemandirian dalam belajar.
1. Asas Tut Wuri
Handayani
Sebagai asas
pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sitem Among perguruan. Asas
yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini kemudian dikembangkan oleh Drs.
R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso
Sung Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso.
Kini ketiga
semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:
Ø
Ing Ngarso Sung
Tulodo ( jika di depan memberi contoh)
Ø
Ing Madyo
Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan semangat)
Ø
Tut Wuri
Handayani (jika di belakang memberi dorongan)
2. Asas Belajar
Sepanjang Hayat
Asas belajar
sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain
terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat
meracang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi
vertikal dan horisontal.
Ø
Dimensi
vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar
tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan.
Ø
Dimensi
horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman belajar
di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
3. Asas
Kemandirian dalam Belajar
Dalam kegiatan
belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar itu
dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu suiap untuk ulur
tangan bila diperlukan.
Perwujudan asas
kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalamperan utama sebagai
fasilitator dan motifator. Salah satu pendekatan yang memberikan peluang dalam
melatih kemandirian belajar peserta didik adalah sitem CBSA (Cara Belajar Siwa
Aktif).
On 23:45 by Unknown in Pendidikan No comments
Seorang calon pendidik hanya dapat melaksanakan tugasnya
denga nbaik jika memperoleh jawaban yang jelas dan benar tentang apa yang
dimaksud pendidikan. Jawaban yang benar tentang pendidikan diperoleh melalui
pemahaman terhadap unsur-unsurnya, konsepdasar yang melandasinya, dan wujud
pendidikan sebagi sistem. Bab II ini akan mengkaji pengertian
pendidikan,unsur-unsur pendidikan, dan sistem pendidikan.
A. PENGERTIAN PENDIDIKAN
1. Batasan tentang
Pendidikan
Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli
beraneka ragam, dan kandungannya berbeda yang satu dari yang lain. Perbedaan
tersebut mungkin karena orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang
menjadi tekanan, atau karena falsafah yang melandasinya.
a. Pendidikan sebagai Proses
transformasi Budaya
Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan
sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain.
Nilai-nilai budaya tersebut mengalami proses transformasi dari generasi tua ke
generasi muda. Ada tiga bentuk transformasi yaitu nilai-nilai yang masih cocok
diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung jawab, dan lain-lain.
b. Pendidikan sebagai Proses
Pembentukan Pribadi
Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan
sebagi suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya
kepribadian peserta didik. Proses pembentukan pribadi melalui 2 sasaran yaitu
pembentukan pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang sudah dewasa
dan bagi mereka yang sudah dewasa atas usaha sendiri.
c. Pendidikan sebagai Proses
Penyiapan Warganegara
Pendidikan sebagai penyiapan warganegara diartikan sebagai
suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga
negara yang baik.
d. Pendidikan sebagai
Penyiapan Tenaga Kerja
Pendidikan sebagai penyimpana tenaga kerja diartikan sebagai
kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar utuk bekerja.
Pembekalan dasar berupa pembentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan kerja
pada calon luaran. Ini menjadi misi penting dari pendidikan karena bekerja
menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia.
e. Definisi Pendidikan
Menurut GBHN
GBHN 1988(BP 7 pusat, 1990: 105) memberikan batasan tentang
pendidikan nasional sebagai berikut: pendidikan nasiaonal yang berakar pada
kebudayaan bangsa indonesia dan berdasarkan pancasila serta Undang-Undang Dasar
1945 diarahkan untuk memingkatkan kecerdasan serta dapat memenuhi kebutuhan
pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
2. Tujuan dan proses
Pendidikan
a. Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik,
luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Pendidikan memiliki dua fungsi
yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dazn merupakan sesuatu
yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.
b. Proses pendidikan
Proses pendidikan merupakan kegiatan mobilitas segenap
komponen pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan,
Kualitas proses pendidikan menggejala pada dua segi, yaitu kualitas komponen
dan kualitas pengelolaannya , pengelolaan proses pendidikan meliputi ruang
lingkup makro, meso, mikro. Adapun tujuan utama pemgelolaan proses pendidikan
yaitu terjadinya proses belajar dan pengalaman belajar yang optimal.
3. Konsep Pendidikan
Sepanjang Hayat (PSH)
PSH bertumpu pada keyakinan bahwa pendidikan itu tidak
identik dengan persekolahan, PSH merupakan sesuatu proses berkesinambungan yang
berlangsung sepanjang hidup. Ide tentang PSH yang hampir tenggelam, yang
dicetuskan 14 abad yang lalu, kemudian dibangkitkan kembali oleh comenius 3
abad yang lalu (di abad 16). Selanjutnya PSH didefenisikan sebagai tujuan
atau ide formal untuk pengorganisasian dan penstrukturan pengalaman pendidikan.
Pengorganisasian dan penstruktursn ini diperluas mengikuti seluruh rentangan
usia, dari usia yang paling muda sampai paling tua.(Cropley:67)
Berikut
ini merupakan alasan-alasan mengapa PSH diperlukan:
a. Rasional
b. Alasan keadilan
c. Alasan ekonomi
d. Alasan faktor sosial yang
berhubungan dengan perubahan peranan keluarga, remaja, dan emansipasi wanita
dalam kaitannya dengan perkembangan iptek
e. Alasan perkembangan iptek
f. Alasan sifat pekerjaan
4. Kemandirian dalam belajar
a. Arti dan perinsip yang
melandasi
Kemandirian dalam belajar diartikan sebagai aktivitas
belajar yang berlangsungnya lebih didorong oleh kamauan sendiri, pilihan
sendiri, dan tanggung jawab sendiri dari pembelajaran. Konsep kemandirian dalam
belajar bertumpu pada perinsip bahwa individu yang belajar akan sampai kepada
perolehan hasil belajar.
b. Alasan yang menopang
Conny Semiawan, dan kawan-kawan (Conny S. 1988; 14-16)
mengemukakan alasan sebagai berikut:
Perkembangan iptek
berlangsung semakin pesat sehingga tidak mungkin lagi para pendidik(khususnya
guru) mengajarkan semua konsep dan fakta kepada peserta didik.
Penemuan iptek tidak
mutlak benar 100%, sifatnya relatif.
Para ahli psikologi umumnya
sependapat, bahwa peserta didik mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan
abstrak jika disertai dengan contoh-contoh konkret dan wajar sesuai dengan
situasi dan kondidi yang dihadapi dengan mengalami atau mempraktekannya
sendiri.
Dalam proses pendidikan
dan pembelajaran pengembangan konsep seyogyanya tidak dilepaskan dari
pengembangan sikap dan penanaman nilai-nilai ke dalam diri peserta didik.
B. UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN
Proses pendidikan melibatkan banyak hal yaitu:
1. Subjek yang dibimbing
(peserta didik).
2. Orang yang membimbing
(pendidik)
3. Interaksi antara peserta
didik dengan pendidik (interaksi edukatif)
4. Ke arah mana bimbingan
ditujukan (tujuan pendidikan)
5. Pengaruh yang diberikan
dalam bimbingan (materi pendidikan)
6. Cara yang digunakan dalam
bimbingan (alat dan metode)
7. Tempat dimana peristiwa
bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan)
Penjelasan:
1. Peserta Didik
Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan
modern cenderung menyebutkan demikian oleh karena peserta didik adalah subjek
atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya.
Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik
ialah:
a. Individu yang memiliki
potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan insan yang unik.
b. Individu yang sedang
berkembang.
c. Individu yang membutuhkan
bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
d. Individu yang memiliki
kemampuan untuk mandiri.
2. Orang yang membimbing
(pendidik)
Yang dimaksud pendidik adalah orang yang bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik
mengalami pendidikannya dalam tiga lingkunga yaitu lingkungankeluarga,
lingkungan sekolah, dan lingkungan masayarakat. Sebab itu yang bertanggung
jawab terhadap pendidikan ialah orang tua, guru, pemimpin program pembelajaran,
latihan, dan masyarakat.
3. Interaksi antara peserta
didik dengan pendidik (interaksi edukatif)
Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal
balik antara peserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan
pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan secara optimal ditempuh melalui proses
berkomunikasi intensif dengan manipulasi isi, metode, serta alat-alat
pendidikan.
4. Ke arah mana bimbingan
ditujukan (tujuan pendidikan)
a. Alat dan Metode
Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang
dilakukan ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan.
Secara khusus alat melihat jenisnya sedangkan metode melihat efisiensi dan
efektifitasnya. Alat pendidikan dibedakan atas alat yang preventif dan yang
kuratif.
b. Tempat Peristiwa Bimbingan
Berlangsung (lingkungan pendidikan)
Lingkungan pendidikan biasanya disebut tri pusat pendidikan
yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.
C. PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM
1. Pengertian Sistem
Beberapa definisi sitem menurut para ahli:
a. Sistem adalah suatu
kebulatan keseluruhan yang kompleks atau terorganisir; suatu himpunan atau
perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan/keseluruhan
yang kompleks atau utuh. (Tatang M. Amirin, 1992:10)
b. Sistem meruapakan himpunan
komponen yang saling berkaitan yang bersama-sama berfungsi untuk mencapai suatu
tujuan. (Tatang Amirin, 1992:10)
c. Sistem merupakan
sehimpunan komponen atau subsistem yang terorganisasikan dan berkaitan sesuai
rencana untuk mencapai suatu tujuan tertentu. (Tatang Amirin, 1992:11)
2. Komponen dan Saling
Hubungan antara Komponen dalam Sistem Pendidikan.
Pendidikan sebagai sebuah sistem terdiri dari sejumlah
komponen. Komponen tersebut antara lain: raw input (sistem baru),
output(tamatan), instrumentalinput(guru, kurikulum), environmental
input(budaya, kependudukan, politik dan keamanan).
3. Hubungan Sistem Pendidikan
dengan Sitem Lain dan Perubahan Kedudukan dari Sistem
Sistem pendidikan dapat dilihat dalam ruang lingkup makro.
Sebagai subsistem, bidang ekonomi, pendidikan,dan politik masing-masing-masing
sebagai sistem. Pendidikan formal, nonformal, dan informal merupakan subsistem
dari bidang pendidikan sebagai sistem dan seterusnya.
4. Pemecahan masalah
pendidikan secara sistematik.
a. Cara memandang sistem
Perubahan cara memandang suatu status dari komponen menjadi
sitem ataupunsebaliknya suatu sitem menjadi komponen dari sitem yang lebih
besar, tidak lain daripada perubahan cara memandang ruang lingkup suatu sitem
atau dengan kata lain ruang lingkup suatu permasalahan.
b. Masalah berjenjang
Semua masalah tersebut satu sama lain saling berkaitan dalam
hubungan sebab akibat, alternatif maslah, dan latar belakang masalah.
c. Analisis sitem pendidikan
Penggunaan analisis sistem dalam pendidikan dimaksudkan
untuk memaksimalkan pencapaian tujuan pendidikan dengan cara yang efesien dan
efektif. Prinsip utama dari penggunaan analisis sistem ialah: bahwa kita
dipersyaratkan untuk berpikir secra sistmatik, artinya harus memperhitungkan
segenap komponen yang terlibat dalam maslah pendidikan yang akan dipecahkan.
d. Saling hubungan
antarkomponen
Komponen-komponen yang baik menunjang terbentuknya suatu
sistem yang baik. Tetapi komponen yang baik saja belum menjamin tercapainya
tujuan sistem secara optimal, manakala komponen tersebut tidak berhibungan
secra fungsional dengan komponen lain.
e. Hubungan sitem dengan
suprasistem
Dalam ruang lingkup besar terlihat pula sistem yang satu
saling berhubungan dengan sistem yang lain. Hal ini wajar, oleh karena pada
dasarnya setiap sistem itu hanya merupakan satu aspek dari kehidupan. Sdangkan
segenap segi kehidupan itu kita butuhkan, sehingga semuanya memerlukan
pembinaandan pengembangan.
5. Keterkaitan antara
pengajaran dan pendidikan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari persoalan pengajaran dan
pendidikan adalah:
a. pengajaran dan pendidikan
dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Masing-masing
saling mengisis.
b. Pembedaan dilakukan hanya
untuk kepentingan analisis agar masing-masing dapat dipahami lebih baik.
c. Pendidikan modern lebih
cenderung mengutamakan pendidikan, sebab pendidikan membentuk wadah, sedangkan
pengajaran mengusahakan isinya. Wadah harus menetap meskipun isi bervariasi dan
berubah.
6. Pendidikan prajabatan
(preservice education) dan pendidikan dalam jabatan (inservice education)
sebagai sebuah sistem.
Pendidikan prajabatan berfungsi memberikan bekal secara
formal kepada calon pekerja dalam bidang tertentu dalam periode waktu tertentu.
Sedangkan pendidikan dalam jabatan bermaksud memberikan bekal tambahan kepada
oramg-orang yang telah bekerja berupa penataran, kursus-kursus, dan lain-lain.
Dengan kata lain pendidikan prajabatan hanya memberikan bekal dasar, sedangkan
bekal praktis yang siap pakai diberikan oleh pendidikan dalam jabatan.
7. Pendidikan formal,
non-formal, dan informal sebagai sebuah sistem.
Pendidikan formal yang sering disebut pendidikan
persekolahan, berupa rangkaian jenjang pedidikan yang telah baku, misalnya
SD,SMP,SMA, dan PT. Pendidikan nonformal lebih difokuskan pada pemberian
keahlian atau skill guna terjun ke masyarakat. Pendidikan informal adalah suatu
fase pendidikan yang berada di samping pendidikan formal dan nonformal.
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan formal, nonformal, dan
informal ketiganya hanya dapat dibedakan tetapi sulit dipisah-pisahkan karena
keberhasilan pendidikan dalam arti terwujudnya keluaran pendidikan yang berupa
sumberdaya manusia sangat bergantung kepada sejauh mana ketiga sub-sistem
tersebut berperanan.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Search
Peduli Syam
Kunjungi Ane di Facebook
Popular Posts
Blog Archive
Powered by Blogger.