Catatan Perjalanan Hidup Seorang Pemuda Muslim

Monday 7 October 2013

On 13:51 by Unknown in ,    No comments


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Kajian tentang hubungan manusia dan lingkungannya lebih banyak ditekankan pada tema adaptasi pandangan ini dalam antropologi mengalami pasang surut pendekatan. Pandangan terakhir tentang pola hubungan ini mencoba menjelaskan bahwa pola hubungan manusia dan lingkungannya tidak selalu bertujuan menjaga homeostatis (keseimbangan). Ini bergerak dari pandangan bahwa walaupun adaptasi tertentu kelihatannya baik untuk jangka waktu pendek dan bijaksana dimata masyarakat bersangkutan, tetapi dalam jangka waktu panjang justru terlihat merugikan keseimbangan lingkungan, kesehatan manusia, bahkan merugikan masa depan satuan sosio-kultural tersebut.
            Untuk memahami perilaku-perilaku responsif seperti ini, dari sudut antropologi harus juga melihatnya sebagai suatu perangkat proses psikologis yang universal atau hampir universal sekaligus suatu perangkat respon perilaku baru yang diadaptasikan pada situasi-situasi dan waktu-waktu tertentu.
            Masalah lain yang menjadi sorotan dalam antropologi adalah perbedaan antara fungsi pengendalian pada tahapan individu, kelompok dan masyarakat. Pengendalian kebutuhan-kebutuhan individual dipandang tidak relevan bagi pengendalian sumber alam oleh kelompok atau masyarakat, karena dalam mengendalikan penggunaan sumber alam, suatu kelompok atau masyarakat bisa saja menyalahgunakan sumber alam lainnya. Lagi pula pemanfaatan yang rendah oleh individu bisa mengakibatkan pemanfaatan yang tinggi oleh kelompok masyarakat atau sebaliknya.

B.      RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah pengertian Antropologi dan apasajakah cabang-cabang antropologi serta ruang lingkupnya?
2.      Jelaskan sejarah perkembangan antropologi !
3.      Jelaskan hubungan antropologi dengan ilmu-ilmu sosial lainnya !
4.      Apasajakah konsep-konsep anrtopologi ?
5.      Bagaimanakah ketrkaitan antara antropologi dan pendidikan ?

C.     TUJUAN
1.      Mengetahui pengertian antropologi , cabang-cabang antropologi serta ruang lingkup antropologi
2.      Mengetahui hubungan antropologi dengan ilmu-ilmu sosial lainnya.
3.      Mengetahui konsep-konsep antropologi.
4.      Mengetahui keterkaitan antropologi dan pendidikan.

D.    METODE PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan dalam makalah ini adalah metode pustaka, yakni dengan bereferensi pada buku-buku bacaan dan juga artikel-artikel dari internet.














BAB II
PEMBAHASAN

A.          ANTROPOLOGI
a.               Pengertian
Istilah anrtopologi berasal dari bahasa yunani , asal kata anthropos berarti manusia dan ligos berarti ilmu. Dengan demikian secara harfiah antropologi berarti manusia. Para ahli antropologi (antropolog) sering mengemukan bahwa antropologi merupakan studi tentang umat manusia yang berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya dan untuk memperoleh , dan untuk memperoleh pengertian ataupun pemahaman yang lengkap tentang keanekaragaman manusia (Haviland 1999:7;koentjaraningrat,1987:1-2).
Defenisi antropologi menurut para ahli :
·                  William A. Havilland: Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.
·                  David Hunter: anthropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia.
·                  Koentjaraningrat: Anthropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
Dari definisi-definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana anthropologi, yaitu sebuah ilmu yang mempelajari tentang segala aspek dari manusia, yang terdiri dari aspek fisik dan nonfisik berupa warna kulit, bentuk rambut, bentuk mata, kebudayaan, aspek politik, dan berbagai pengetahuan tentang corak kehidupan lainnya yang bermanfaat.
Jadi antropologi merupakan ilmu yang berusaha mencapai pengertian atau pemahaman tentang manusia dengan mempelajari aneka warna bentuk fisik, masyarakat dan kebudayaannya.
b.      Cabang-cabang ilmu antropologi
Secara garis besar, antropologi memiliki cabang-cabang ilmu yang terdiri dari:
ü  Anthropologi Fisik , terdiri dari :
1.      Paleoantropologi adalah ilmu yang mempelajari asal usul manusia dan evolusi   manusia dengan meneliti fosil-fosil.
2.      Somatologi adalah ilmu yang mempelajari keberagaman ras manusia dengan mengamati ciri-ciri fisik.
Antropologi fisik memusatkan perhatiannya pada manusia sebagai organism biologis yangtekanannya pada upaya melacak evolusi perkembangan manusia dan mempelajari variasi-variasi biologis dalam species manusia. Sedangkan antropologi budaya berusahamempelajari manusia berdasarkan kebudayaannya. Dimana kebudayaan dapat merupakanperaturan-peraturan atau norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.Di antara ilmu-ilmu social, dan alamiah, antropologi memiliki kedudukan, tujuan,manfaat yang unik karena bertujuan dan bermanfaat dalam merumuskan penjelasan-penjelasan tentang perilaku manusia yang didasarkan pada studi atas semua aspek biologismanusia dan perilakunya di semua masyarakat, konsep antropologi dan hubungannyadengan ilmu lain
ü  Antropologi Budaya, terdiri dari :
1.      Prehistori adalah ilmu yang mempelajari  sejarah penyebaran dan perkembangan budaya  manusia mengenal tulisan.
2.      Etnolingustik antrologi adalah ilmu yang mempelajari suku-suku bangsa yang ada di dunia atau bumi.
3.      Etnologi adalah ilmu yang mempelajari asas kebudayaan manusia didalam kehidupan masyarakat suku bangsa di seluruh dunia.
4.      Etnopsikologi adalah ilmu yang mempelajari kepribadian bangsa serta peranan individu pada bangsa dalam proses perubahan adat istiadat dan nilai universal dengan berpegang pada konsep tertentu.

c.               Ruang lingkup
Antropologi mempunyai dua cabang utama, yaitu antropologi yang mengkaji evolusi fisik manusia dan adaptasinya terhadap lingkungan yang berbeda-beda, dan antropologi budaya yang mengkaji baik kebudayaan-kebudayaan yang masih ada maupun kebudayaan yang sudah punah. Secara umum antropologi budaya mencakup antropologi bahasa yang mengkaji bentuk-bentuk bahasa, arkeologi yang mengkaji kebudayaan- kebudayaan yang masih punah, etnologi yang mengkaji kebudayaan yang masih ada atau kebudayaan yang hidup yang masih dapat di amati secara langsung.
Antropologi merupakan salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa. Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal di daerah yang sama, antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitikberatkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.
Antropologi adalah suatu ilmu yang memahami sifat – sifat semua jenis manusia secara lebih banyak. Antropologi yang dahulu dibutuhkan oleh kaum misionaris untuk penyebaran agama Nasrani dan bersamaan dengan itu berlangsung system penjajahan atas Negara-Negara di luar Eropa, dewasa ini dibutuhkan bagi kepentingan kemanusiaan yang lebih luas. Studi antropologi selain untuk kepentingan pengembangan ilmu itu sendiri, di Negara-Negara yang telah membangun sangat diperlukan bagi pembuatan-pembuatan kebijakan dalam rangka pembangunan dan pengembangan masyarakat.
Sebagai suatu disiplin ilmu yang sangat luas cakupannya, maka tidak ada seorang ahli antropologi yang mampu menelaah dan menguasai antropologi secara sempurna. Demikianlah maka antropologi dipecah – pecah menjadi beberapa bagian dan para ahli antropologi masing – masing mengkhususkan diri pada spesialisasi sesuai dengan minat dan kemampuannya untuk mendalami studi secara mendalam pada bagian – bagian tertentu dalam antropologi. Dengan demikian, spesialisasi studi antropologi menjadi banyak, sesuai dengan perkembangan ahli – ahli antropologi dalam mengarahkan studinya untuk lebih mamahami sifat – sifat dan hajat hidup manusia secara lebih banyak.

B.     SEJARAH PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI
Tahap pertama, antropologi muncul ketika orang pribumi di Asia, Afrika dan Amerika didatangi oleh orang Eropa. Orang Eropa tertarik kepada orang pribumi karena kebudayaan orang Eropa sangat berbeda dengan kebudayaan orang pribumi.
Tahap kedua, antropopologi telah berkembang dengan tujuan utama untuk mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk mendapat suatu pengertian tentang tingkat-tingkat kuno dalam sejarah dan evolusi dan sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
Tahap ketiga, pada fase perkembangan ketiga ini, antroplogi menjadi suatu ilmu yang praktis, dengan tujuannya adalah mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa guna kepentingan kolonial dan guna mendapat suatu pengertian tentang masyarakat masa kini yang kompleks.
Tahap keempat, antropologi mengalami masa perkembangan yang paling luas, baik mengenai bertambahnya bahan pengetahuan yang jauh lebih teliti maupun mengenai ketajaman dari metode-metode ilmiahnya. Pada masa perkembangan ini, antropologi mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan akademis dan tujuan praktis.
Tujuan akademis dari ilmu ini adalah mencapai pengertian tentang makhluk manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna bentuk fisiknya, masyarakat serta kebudayaan, sedang tujuan praktis dari ilmu antropologi adalah mempelajari manusia dalam aneka warna masyarakat suku bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa itu.
Dari tahap-tahap perkembangan ilmu antropologi tampak bahwa sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang lain ilmu pengetahuan antroplogi pun terus mengalami perkembangan. 
Pada tahap awal sejarah perkembangannya, antropologi hanya bersifat deskripsi, kemudian dalam perkembangannya bahasan/ulasan antropologi disertai penjelasan atas dasar analisis dari interaksi antara manusia dengan kebudayaannya. Di samping itu, antropologi mempunyai perhatian utama adanya perbedaan dan persamaan (keanekawarnaan) berbagai manusia (ras) dan budaya di muka bumi.


C.           HUBUNGAN ANTROPOLOGI DENGAN ILMU-ILMU SOSIAL LAINNYA
1. Hubungan Antropologi dengan Sosiologi
Objek kajian sosiologi adalah masyarakat manusia terutama dari sudut hubungan antar manusia dan proses- proses yang timbul dari hubungan manusia dalam masyarakat.Dalam antropologi budaya mempelajari gambaran tentang perilaku manusia dan kontekssosial budayanya.
Dalam hal ini masyarakat menjadi kajian pokok sosiologi dan kebudayaan menjadi kajian pokok antropologi. Hal ini disebabkan hubungan erat antara kebudayaan dan masyarakat diibaratkan semut dan lebah bermasyarakat, tetapi tidak berkebudayaan. Sehingga daapt ditarik kesimpulan bahwa masyarakat lebih mendasar dan merupakan tanah dimana kebudayaan itu tumbuh.
Kebudayaan selalu berbentuk atau bercorak sesuai dengan masyarakatnya. Menurut Ralph Linton, kata masyarakat menunjuk pada segolongan manusia yang pandai dan bekerja sama, sedangkan kata kebudayaan menunjuk pada cara hidup yang khas dari golongan manusia tersebut. Dengan kata lain, masyarakat merupakan fungsi-fungsi yang asasi dalam hubungan manusia, sedangkan kebudayaan adalah cara fungsi itu dilaksanakan.
Masyarakat berhubungan dengan susunan dan proses hubungan antar manusia dan golongan, kebudayaan berhubungan dengan isi corak dengan hubungan yang ada. Karena itu, keduanya baik masyarakat dan kebudayaan penting bagi sosiologi dan antropologi. Hanya saja, penekanan antara keduanya berbeda. Kedua spesialisasi ini sering digabungkan menjadi satuan bagian.
Adapun bidang yang menjadi bahan kajian antara sosiologi dan antropologi  meliputi hal-hal berikut :
Ø  Sejarah terjadinya dan perkembangan manusia sebagai makhluk biologis.
Ø   Sejarah terjadinya berbagai bahasa manusia diseluruh dunia dan penyebarannya.
Ø  Masalah terjadinya persebaran dan perkembangan berbagai kehidupan diseluruh dunia.. Masalah dasar kebudayaan dalam kehidupan manusia dari suku-suku bangsa yang tersebar dimuka bumi sampai sekarang.

2.Hubungan Antropologi dengan Sosiologi Psikologi
pada hakikatnya mempan kelajari perilaku manusia dan proses- prosesmentalnya. Psikologi pun membahas faktor- faktor penyebab perilaku manusia secara internal, seperti motivasi, minat, sikap, konsep diri dan lain- lain. Sedangkan dalamantropologi khususnya antropologi budaya lebih bersifat faktor eksternal yaitu lingkunganfisik, lingkungan keluarga dan lingkungan sosial dalam arti luas. Kedua unsur itu salungberinterkai satu sama lain yang menghasilkan suatu kebudayaan melalui proses belajar.Denagn demikian keduanya memerlukan interaksi yang intens untuk memahami pola- polabudaya masyarakat terntentu secara bijak.

3.Hubungan Antropologi dengan Ilmu Sejarah
Lebih menyerupai hubungan ilmu arkeologi dengan antropologi. Antropologi memberi bahan prehistori sebagai pangkal bagi tiap penulis sejarah dari tiap bangsa didunia. Selain itu banyak persoalan dalam historiografi dari sejarah suatu bangsa dapatdipecahkan dengan metode antropologi. Konsep- konsep tentang kehdupan masyarakatyang dikembangkan oleh antropologi dan ilmu- ilmu sosial lainnya akan memberi pengertianbanyak kepada seorang ahli sejarah untuk mengisi latar belakang dari peristiwa politikdalam sejarah yang menjadi objek penelitiannya. Demikian juga sebaliknya bagi para ahliantropologi jelas memerlukan sejarah sterutama sekali sejarah dari suku- suku bangsa dalam daerah yang didatanginya.


4.Hubungan Antropologi dengan Ilmu Geografi
Diantara berbagai macam bentuk hidup di bumi yang berupa flora dan fauna itu,terdapat sefatnya yang beraneska ragam di muka bumi ini. Disinilah antropologi berusahamenyalami keanekaragaman manusia jika dilihat dari ras, etnis maupun budayanya.Begitupun sebaliknya seorang sarjana antropologi sangat memerlukan ilmu geografi karenatidak sedikit masalah- masalah manusia baik fisik maupun kebudayaannya tidak lepas daripengaruh lingkungan alamnya.

5.Hubungan Antropologi dengan Ilmu Ekonomi
Kekuatan, proses dan hukum-hukum ekonomi yang berlaku dalam aktivitas kehidupan ekonominya sangat dipengaruhi system kemasyarakatan, cara berpikir, pandangan dan sikap hidup dari warga masyarakat. Seorang ahli ekonomi yang akanmembangun perekonomiannya itu tentu akan memerlukan bahan komparatif mengenaimisalnya sikap terhadap kerja, sikap terhadap kekayaan, system gotong royong dansebagainya yang menyangkut bahan komparatif tentang berbagai unsur dari systemkemasyarakatan. Untuk pengumpulan keterangan komparatif tersebut ilmu antropolgimemiliki manfaat yang tinggi bagi seorang ekonom.
6.Hubungan Antropologi dengan Ilmu Politik
Penting halnya jika seorang ahli ilmu politik harus meneliti ataupun menganalisis kekuatan- kekuatan politik di Negara- Negara yang sedang berkembang agar dapat memahami latar belakang dan adat istiadat dari suatu suku bangsa tertentu maka metode analisis antropologi menjadi penting bagi seorang ahli ilmu politik untuk mendapat pengertian tentang tingkah laku dari partai  politik yang ditelitinya.

D.     KONSEP-KONSEP ANTROPOLOGI
a.       Kebudayaan
ü  Pengertian
Secara umum pengertian kebudayaan mengacu kepada kumpulan pengetahuan yang secara sosial diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Makna itu, kontras dengan pengertian kebudayaan sehari-hari yang hanya merujuk kepada bagian-bagian tertentu warisan sosial, yakni tradisi sopan santun dan kesenian.
Masyarakat merupakan suatu penduduk lokal yang bekerja sama dalam jangka waktu yang lama untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan kebudayaan merupakan cara hidup dari masyarakat tersebut atau hal-hal yang mereka pikirkan, rasakan dan kerjakan. Masyarakat mungkin saja memiliki satu kebudayaan jika masyarakat tersebut kecil, terpisah dan stabil.

ü  Isi kebudayaan
Pada dasarnya gejala kebudayaan dapat diklasifikasikan sebagai kegiatan/aktivitas, gagasan/ide dan artefak yang diperoleh, dipelajari dan dialami. Kebudayaan dapat diklasifikasikan atas terknologi sebagai alat-alat yang digunakan, organisasi sosial sebagai kegiatan institusi kebudayaan dan ideologi yang menjadi pengetahuan atas kebudayaan tersebut.
Kebudayaan merupakan gabungan dari keseluruhan kesatuan yang ada dan tersusun secara unik sehingga dapat dipahami dan mengingat masyarakat pembentuknya. Setiap kebudayaan memiliki konfigurasi yang cocok dengan sikap-sikap dan kepercayaan dasar dari masyarakat, sehingga pada akhirnya membentuk sistem yang interdependen, dimana koherensinya lebih dapat dirasakan daripada dipikirkan pembentuknya.
Kebudayaan dapat bersifat sistematis sehingga dapat menjadi selektif, menciptakan dan menyesuaikan menurut dasar-dasar dari konfigurasi tertentu. Kebudayaan akan lancar dan berkembang apabila terciptanya suatu integrasi yang saling berhubungan.
Dalam kebudayaan terdapat subsistem yang paling penting yaitu foci yang menjadi kumpulan pola perilaku yang menyerap banyak waktu dan tenaga. Apabila suatu kebudayaan makin terintegrasi maka fokus tersebut akan makin berkuasa terhadap pola perilaku dan makin berhubungan fokus tersebut satu dengan yang lainnya dan begitu pula sebaliknya.
 Kebudayaan akan rusak dan bahkan bisa hancur apabila perubahan yang terjadi terlalu dipaksakan, sehingga tidak sesuai dengan keadaan masyarakat tempat kebudayaan tersebut berkembang. Perubahan tersebut didorong oleh adanya tingkat integrasi yang tinggi dalam kebudayaan. Apabila tidak terintegrasi maka kebudayaan tersebut akan mudah menyerap serangkaian inovasi sehingga dapat menghancurkan kebudayaan itu sendiri.

ü  Sifat kebudayaan
Kebudayaan yang berkembang pada masyarakat memiliki sifat seperti: 
Ø  Bersifat organik dan superorganik karena berakar pada organ manusia dan juga karena kebudayaan terus hidup melampaui generasi tertentu.
Ø  Bersifat terlihat (overt) dan tersembunyi (covert) terlihat dalam tindakan dan benda, serta bersifat tersembunyi dalam aspek yang mesti diintegrasikan oleh tiap anggotanya.
Ø  Bersifat eksplisit dan implisit berupa tindakan yang tergambar langsung oleh orang yang melaksanakannya dan hal-hal yang dianggap telah diketahui dan hal-hal tersebut tidak dapat diterangkan.
Ø  Bersifat ideal dan manifest berupa tindakan yang harus dilakukannya serta tindakan-tindakan yang aktual.
Ø  Bersifat stabil dan berubah yang diukur melalui elemen-elemen yang relatif stabil dan stabilitas terhadap elemen budaya.

ü  Teori-teori kebudayaan , yaitu :
1)      Superorganik
Kebudayaan adalah realitas super dan ada di atas dan di luar pendukung individualnya dan kebudayaan memiliki hukum-hukumnya sendiri. Inti pandangan superorganik adalah kebudayaan merupakan sebuah kenyataan sui generis, karena itu mesti dijelaskan dengan hukum-hukumnya sendiri.
Kebudayaan tidak mungkin diterangkan dengan menggunakan sumbernya sebagaimana sebuah molekul dimengerti hanya dengan jumlah atom-atomnya, sumber-sumber bisa menjelaskan bagaimana kebudayaan muncul, tetapi bukan kebudayaan itu sendiri. Kebudayaan lebih daripada hasil kekuatan-kekuatan sosial dan ekonomi dan kebudayaan merupakan realitas yang menyebabkannya mungkin ada.
Pandangan superorganik mempunyai implikasi terhadap pendidikan. Yang pertama adalah bahwa pendidikan ialah sebuah proses mengontrol manusia dan membentuknya sesuai dengan tujuan kebudayaan. Kebijakan pendidikan ditentukan oleh individu-individu, tetapi individu-individu hanya alat melalui mana kekuatan-kekuatan budaya mencapai tujuannya. Jika kebudayaan menentukan perilaku anggota-anggotanya, kurikulum mesti dikembangkan atas kajian langsung dari keadaan kebudayaan sekarang dan masa depan.
Pandangan superorganik juga berimplikasi pada pengawasan pendidikan yang ketat dari pemerintah untuk menjamin bahwa guru-guru menanamkan dalam diri generasi muda atas gagasan-gagasan, sikap-sikap dan keterampilan-keterampilan yang perlu bagi kelanjutan kebudayaan.

2)      Konseptualis
Kebudayaan adalah sebuah konsep yang digunakan antropolog untuk menghimpun/menyatukan serangkaian fakta-fakta yang terpisah-pisah. Menurut kaum konseptualis, pada akhirnya semua kebudayaan mesti diterangkan secara sosial psikologis. Kebudayaan bukan dihasilkan dari kekuatan super human karena kebudayaan mendapatkan semua kualitas dari kepribadian dan interaksi dari kepribadian.
Pengikut konseptualis setuju bila anak-anak harus mempelajari warisan budaya sesuai dengan perhatiannya. Melalui pengalamannya sendiri dengan mengetes pengalaman belajarnya dan orang lain bila mendapat pandangan dan hal yang objektif mengenai kebudayaan.

3)      Realis
Kebudayaan adalah kedua-duanya, yaitu sebuah konsep dan entitas empiris. Kebudayaan adalah konsep dimana ia bangunan dari Antropologi dan kebudayaan sebuah entitas empiris yang menunjukkan cara mengorganisir fenomena-fenomena.
 Beberapa antropolog mempertahankan bahwa kebudayaan merupakan konsep dan realita yang berbentuk konstruk, bukan sebagai satu entitas yang bisa diamati tapi nyata karena tidak berbeda dalam mengamatinya.
Menurut kaum realis terhadap pendidikan adalah dengan menanamkan pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan tertentu yang dipilih kebudayaan maka sistem pendidikan akan melatih individu untuk merubah kebudayaannya.

b.      Evolusi
Secara sederhana , konsep evolusi mengacu pada sebuah transformasi yang berlangsung secara bertahap. Dalam pandangan antrpolog, istilah evolusi merupakan gagasan bahwa bentuk-bentuk kehidupan berkembang dari suatu bentuk, ke bentuk lain melalui mata rantaitransformasi dan modifikasi yang tak pernah putus, pada umumnya diterima sebagai awallandasan berpikir mereka.


c.       Daerah budaya (Culture area)
Suatu daerah kebudayaan pada mulanya berkaitan dengan pertumbuhankebudayaan yang menyebabkan timbulnya unsur-unsur baru yang akan mendesak unsurlama ke arah pinggir, sekeliling daerah pusat pertumbuhan tersebut. Oleh karena itu, jikapeneliti ingin memperoleh unsure budaya kuno, maka tempat untuk mendapatkannyaadalah daerah-daerah pinggir yang dikenal dengan maginal survival.

d.      Enkulturasi
Konsep enkulturasi, memiliki hakikat bahwa setiap orang sejak kecil sampai tuamelakukan proses pembelajaran kebudayaan, mengingat manusia sebagai makhluk yangdianugerhi kemampan untuk berpikir, dn bernalar sangat memungkinkan untuk setiapwaktu meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotornya.

e.       Difusi
Proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan secara meluas, sehingga melewatibatas tempat dimana kebudayaan itu timbul. Dalam proses difusi ini erat kaitannya dengan konsep inovasi.

f.       Aklturasi
Akulturasi adalah proses pertukaran ataupun saling mempengaruhi dari sutukebudayaan asing yang berbeda sifatnya sehingga nsur-unsur asing tersebut, lambat laundiakomodasikan dan diintregasikan ke dalam kebudayaan itu sendiri, tanpa kehilangan kepribadiannya.

g.      Etnosentrisme
            Etnosentrisme yaitu, pemikiran yang enganap bahwa kebudayaan dirinya adalahsuperior(Lebih baik dan lebih segalanya) daripada semua budaya yang lain. Etnosentrismemerupakan penghambat ketiga dalam keterampilan komunikasi intercultural setelahkecemasan dan pengumpamaan persamaan sebagai perbedaan.

h.      Tradisi
Tradisi adalah suatu pola perilaku atau kepercayaan yang telah menjadi bagiandari suatu budaya yang telah lama dikenal segingga menjadi adat istiadat dan kepercayaansecara turun temurun.

i.        Ras dan etnik
Ras adalah sekelompok orang yang memiliki sejumlah ciri biologi(fisik) tertentu atau suatu populasi yang memiliki suatu persamaan dalam sejumlah unsurbiologi atau fisik ras yang disebabkan oleh faktor hereditas atau keturunan. Sedangkankajian etnik lebih menekankan sebagai klompok sosial bagain dari ras yang memiliki ciri-ciribudaya yang sifatnya unik.

j.        Stereotik
Istilah yng berasal dari bahasa Yunani yaitu stereos yang berarti solid dan tuposyang berarti citra atau kesan. Suatu stereotik mulanya adalah sesuatu rencana cetakan yangbegitu terbentuk sulit diubah. Lippman (1922) mengemukakan bahwa stereotik merupakanfungsi penting dari penyederhanaan kognitif yang berguna untuk mengelola realitas ekonomi dimana tanpa penyederhanaan maka realitas tersebut menjadi sangat kompleks

k.      Kekerabatan
Istilah kekerabatan merupakan konsep inti dalam antropologi. Konsepkekerabatan tersebut merujuk kepada tipologi klasifikasi kerabat menurut pendudukberdasarkan aturan- aturan keturunan dan aturan perkawinan. Radcliffe-Brownberpandangan bahwa system kekerabatan yang lebih luas dibangun dibangun diatas pondasi keluarga namun bila keluarga secara universal bersifat bilateral-ikatan ibu danayah- kebanyakan masyarakat lebih menyukai satu sisi dalam keluarga untuk tujuan- tujuanpublic sebab fungsi utama keturunan adalah untuk meregulasi transmisi dan kepemilikandan hak masyarakat dari generasi ke generasi.

l.        Magis
Merupakan ilmu pseudo dan slaah satu khayalan yang paling merusak yangpernah menggerogoti manusia.Magis juga merupakan penerapan yang salah pada duniamateriil dari hukum pikiran dengan maksud untuk mendukung system palsu dari hukumalam.

m.    Tabu
Istilah tabu berasal dari polinesia yang berarti terlarang. Secara spesifik apa yang dikatakan terlarang adalah persentuhan antara hal- hal duniawi dengan hal yang keramat,termasuk yang suci dan yang cemar (mayat)

n.      Perkawinan
Secara umum konsep perkawinan tersebut mengacu pada proses formal pemaduan hubungan dua individu yang berbeda jenis yang dilakukan secara ceremonial simbolis dan makin dikarakterisasi oleh adanya kesederajatan, kerukunan dan  kebersamaan dalam memulai hidup baru dalam hidup berpasangan.

E.      OBJEK STUDI DAN PENGAMATAN ANTROPOLOGI

            Objek studi antropologi dapat dipilah menjadi dua, yaitu objek material dan objek formal. Objek material adalah sasaran yang menjadi perhatian dalam penyelidikan. Mengingat lingkup pelajaran antropologi manusia dan budaya, maka sasaran penyelidikan sebagai objek material sangat luas. Sasaran penyelidikan yang banyak tersebut pada umumnya juga menjadi sasaran penyelidikan ilmu pengetahuan sosial lainnya: maka objek formallah yang membedakan ciri ilmu pengetahuan antropologi dengan yang lain. Yang dimaksud objek formal adalah cara pendekatan dalam penyelidikan terhadap objek yang sedang menjadi pusat perhatiannya.

Ada tiga cara pendekatan dalam ilmu antropologi, yaitu:
Pertama, pengumpulan fakta. Dalam pengumpulan fakta di sini terdiri dari berbagai metode observasi, mencatat, mengolah dan melukiskan fakta-fakta yang terjadi dalam masyarakat hidup. Sedangkan metode-metode pengumpulan fakta dalam ilmu ini adalah penelitian di lapangan (utama), dan penelitian perpustakaan.

Kedua, penentuan ciri-ciri umum dan sistem. Hal ini adalah tingkat dalam cara berpikir ilmiah yang bertujuan untuk menentukan ciri-ciri umum dan sistem dalam himpunan fakta yang dikumpulkan dalam suatu penelitian. Adapun ilmu antropologi yang bekerja dengan bahan berupa fakta-fakta yang berasal dari sebanyak mungkin macam masyarakat dan kebudayaan dari seluruh dunia, dalam hal mencari ciri-ciri umum di antara aneka warna fakta masyarakat itu harus mempergunakan berbagai metode membandingkan atau metode komparatif. Adapun metode komparatif itu biasanya dimulai dengan metode klasifikasi.

Ketiga, verifikasi. Dalam kaitan ini, ilmu antropologi menggunakan metode verifikasi yang bersifat kualitatif. Dengan mempergunakan metode kualitatif, ilmu ini mencoba memperkuat pengertiannya dengan menerapkan pengertian itu dalam kenyataan beberapa masyarakat yang hidup, tetapi dengan cara mengkhusus dan mendalam.


F.      ANTROPOLOGI DAN PENDIDIKAN
Antropologi adalah suatu ilmu yang memahami sifat-sifat semua jenis manusia secara lebih banyak. Antropologi yang dahulu dibutuhkan oleh kaum misionaris untuk penyebaran agama nasrani dan bersamaan dengan itu berlangsung sistem penjajahan atas negara-negara di luar eropa, dewasa ini dibutuhkan bagi kepentingan kemanusiaan yang lebih luas. Studi antropologi selain untuk kepentingan pengembangan ilmu itu sendiri, di negara-negara yang sedang membangun sangat diperlukan bagi pembuatan-pembuatan kebijakan dalam rangka pembangunan dan pengembangan masyarakat.
Sebagai suatu disiplin ilmu yang sangat luas cakupannya, maka tidak ada seorang ahli antropologi yang mampu menelaah dan menguasai antropologi secara sempurna.
Demikianlah maka antropologi dipecah-pecah menjadi beberapa bagian dan para ahli antropologi masing-masing mengkhususkan diri pada spesialisasi sesuai dengan minat dan kemampuannya untuk mendalami studi secara mendalam pada bagian-bagian tertentu dalam antropologi. Dengan demikian, spesialisasi studi antropologi menjadi banyak, sesuai dengan perkembangan ahli-ahli antropologi dalam mengarahkan studinya untuk lebih mamahami sifat-sifat dan hajat hidup manusia secara lebih banyak.
Antropologi secara garis besar dipecah menjadi 2 bagian, yaitu antropologi fisik/biologi dan antropologi budaya. Tetapi dalam pecahan antropologi budaya, terpecah – pecah lagi menjadi banyak sehingga menjadi spesialisasi – spesialisasi, termasuk Antropologi Pendidikan. Seperti halnya kajian antropologi pada umumnya, antropologi pendidikan berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya dalam rangka memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia khususnya dalam dunia pendidikan. Studi antropologi pendidikan adalah spesialisasi termuda dalam antropologi.
Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran, pemberian pengetahuan, keterampilan dan sikap melalui pikiran, karakter serta kapasitas fisik dengan menggunakan pranata-pranata agar tujuan yang ingin dicapai dapat dipenuhi. Pendidikan dapat diperoleh melalui lembaga formal dan informal. Penyampaian kebudayaan melalui lembaga informal tersebut dilakukan melalui enkulturasi semenjak kecil di dalam lingkungan keluarganya. Dalam masyarakat yang sangat kompleks, terspesialisasi dan berubah cepat, pendidikan memiliki fungsi yang sangat besar dalam memahami kebudayaan sebagai satu keseluruhan.
Dengan makin cepatnya perubahan kebudayaan, maka makin banyak diperlukan waktu untuk memahami kebudayaannya sendiri. Hal ini membuat kebudayaan di masa depan tidak dapat diramalkan secara pasti, sehingga dalam mempelajari kebudayaan baru diperlukan metode baru untuk mempelajarinya. Dalam hal ini pendidik dan antropolog harus saling bekerja sama, dimana keduanya sama-sama memiliki peran yang penting dan saling berhubungan. Pendidikan bersifat konservatif yang bertujuan mengekalkan hasil-hasil prestasi kebudayaan, yang dilakukan oleh pemuda-pemudi sehinga dapat menyesuaikan diri pada kejadian-kejadian yang dapat diantisipasikan di dalam dan diluar kebudayaan serta merintis jalan untuk melakukan perubahan terhadap kebudayaan.
G.D. Spindler berpendirian bahwa kontribusi utama yang bisa diberikan antropologi terhadap pendidikan adalah menghimpun sejumlah pengetahuan empiris yang sudah diverifikasikan dengan menganalisa aspek-aspek proses pendidikan yang berbeda-beda dalam lingkungan social budayanya. Teori khusus dan percobaan yang terpisah tidak akan menghasilkan disiplin antropologi pendidikan. Pada dasarnya, antropologi pendidikan mestilah merupakan sebuah kajian sistematik, tidak hanya mengenai praktek pendidikan dalam prespektif budaya, tetapi juga tentang asumsi yang dipakai antropolog terhadap pendidikan dan asumsi yang dicerminkan oleh praktek-praktek pendidikan.(Imran Manan, 1989)
Dengan mempelajari metode pendidikan kebudayaan maka antropologi bermanfaat bagi pendidikan. Hal ini disebabkan karena kebudayaan yang ada dan berkembang dalam masyarakat bersifat unik dan sukar untuk dibandingkan. Setiap penyelidikan yang dilakukan oleh para ilmuwan akan memberikan sumbangan yang berharga dan mempengaruhi pendidikan.
Antropologi pendidikan dihasilkan melalui teori khusus dan percobaan yang terpisah dengan kajian yang sistematis mengenai praktek pendidikan dalam prespektif budaya, sehingga antropolog menyimpulkan bahwa sekolah merupakan sebuah benda budaya yang menjadi skema nilai-nilai dalam membimbing masyarakat.
Pendekatan dan teori antropologi pendidikan dapat dilihat dari dua kategori. Pertama, pendekatan teori antopologi pendidikan yang bersumber dari antropologi budaya yang ditujukan bagi perubahan social budaya. Kedua, pendekatan teori pendidikan yang bersumber dari filsafat.
Teori antropologi pendidikan yang diorientasikan pada perubahan social budaya dikategorikan menjadi empat orientasi:
a.       Orientasi teoritik yang focus perhatiannya kepada keseimbangan secara statis. Teori ini merupakan bagian dari teori-teori evolusi dan sejarah.
b.      Orientasi teori yang memandang adanya keseimbangan budaya secara dinamis. Teori ini yang menjadi penyempurna teori sebelumnya, yakni orientasi adaptasi dan tekno-ekonomi yang menjadi andalanya
c.       Orientasi teori yang melihat adanya pertentangan budaya yang statis, dimana sumber teori dating dari rumpun teori structural.
d.      Orientasi teori yang bermuatan pertentangan budaya yang bersifat global atas gejala interdependensi antar Negara, dimana teori multicultural termasuk didalamnya.

Namun ada kalanya sejumlah metode mengajar kurang efektif dari media pendidikan sehingga sangat berlawanan dengan data yang didapat di lapangan oleh para antropolog. Tugas para pendidik bukan hanya mengeksploitasi nilai kebudayaan namun menatanya dan  menghubungkannya dengan pemikiran dan praktek pendidikan sebagai satu keseluruhan.
Dalam konteks transmisi kebudayaan, diperlukan piranti tertentu. Piranti ini adalah berbagai institusi social, baik pada lingkungan keluarga, masyarakat, lembaga pendidikan sekolah dan juga media masa sebagai penyalur informasi.
a.       Lingkungan Pendidikan Keluarga
Lingkungan keluarga adalah unit social terkecil yang memiliki peran penting dalam internalisasi. Proses identifikasi dalam keluarga menjadikan seorang anak dapat mengenal keseluruhan anggota keluarganya, baik saudara terdekat maupun saudara jauh. Seorang ayah yang berperan sebagai kepala keluarga dikenalnya melalui tindakan-tindakannya. Demikian pun kegiatan ayah dalam pekerjaan sehari-hari memungkinkan terjadinya identifikasi (bentuk peniruan) oleh anak-anaknya. Upaya peniruan yang pada mulanya dilakukan sambil lalu ini, secara perlahan akan menjadi bagian dalam transmisi buadaya. Para orang tua berfungsi sebagai nara sumber utama.
Secara tersirat budaya belajar dari peniruan, baik secara individual maupun kelompok memungkinkan terjadinya pemahaman utuh antar genersi (orang tua versus anak). Lingkungan keluarga menjadi salah satu  focus kajian antropologi pendidikan. Terutama mengenai system kebudayaan. Di dalam keluarga itulah suatu generasi dilahirkan dan dibesarkan. Mereka mendapat pelajaran pertama kali, apalagi bagi masyarakat yang belum mengenal dan menciptakan lingkungan pendidikan formal. Dalam lingkungan keluarga terdapat tiga fungsi utama dalam keluarga, yaitu:
ü  fungsi seksual.
ü  fungsi ekonomi
ü  fungsi edukasi.
Fungsi eduksi berkaitan dengan pewarisan budaya. Keluarga bukan hanya sebagai tempat melahirkan anak, tetapi sekaligus sebagai tempat membesarkannya. Anak dalam lingkungan keluarga belajar berbahasa, mengumpulkan berbagai pengertian serta belajar menggunakan nilai yang berlaku dalam kebudayaan. Dengan demikian, keluarga berfungsi meneruskan nilai budaya yang dimilikinya. Suasana edukasi berlangsung penuh kasih sayang, keakraban dan penuh tanggung jawab. Dengan kata lain kegiatan edukasi dilakukan secara terus-menerus dengan berbagai cara baik.
 Inti dari proses pewarisan budaya dalam keluarga adalah terjadinya interaksi penuh makna dalam suasana informal. Proses pewarisan budaya di lingkungan keluarga telah banyak mendapat perhatian antropolog. Seperti yang dilakukan oleh Margaret Mead, yang meneliti adat istiadat pengasuhan anak-anak di masyarakat Manus (sebelah utara irian). Bersama F. Cooke Mac Gregor. Med mengadakan penelitian tentang gerak-gerak tubuh anak-anak Bali, yang kemudian hasilnya dibukukan dengan judul Growth and Culture (1951).

b.      Lingkungan Pendidikan Masyarakat
J.P Gillin (1951) mengartikan masyarakat sebagai sekelompok manusia yang tersebar, dan yang memiliki kebiasaan, tradisi, sikap dan peranan untuk hidup bersama. Masyarakat terdiri atas kesatuan-kesatuan yang paling kecil. Pada prinsipnya suatu masyarakat terwujud apabila diantara kelompok individu tersebut telah lama melakukan kerja sama serta hidup bersama secara menetap. System perwarisan budaya lewat lingkungan masyarakat berlangsung dalam berbagai pranata social, diantaranya pemilihan hak milik, perkawinan, religi, system hokum, system kekerabatan, dan system edukasi. Sebagai suatu komunitas yang lebih luas, masyarakat memiliki struktur.
              Pewarisan budaya menjadi tugasbersama bagi seluruh anggota masyarakat di lingkungannya. Bila seorang anak melakukan hubungan pertemanan, maka hubungan atau interaksi social itu menunjukan hubungan yang lebih luas. Mereka akan menerima berbagai pembelajaran nilai dan norma, memperlakukan orang lain, menghormati orang yang lebih tua, dan sebagainya. Mereka juga menyerap berbagai pengetahuan dari lingkungan, mendapatkan bimbingan, dan nilai-nilai lain yang berkembang pada masyarakatnya. Pada saat anak melakukan kekeliruan, maka anggota masyarakat lainnya akan memberikan nasihat atau koreksi terhadap perilakunya yang tidak sesuai tersebut. Demikian selanjutnya seorang anak diberi pelajaran dan bimbingan oleh anggota masyarakat lainnya.

c.       Lingkungan Pendidikan sekolah
Sekolah adalah institusi yang diciptakan oleh masyarakat yang berfungsi untuk melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran tidak hanya menyampaikan pengetahuan saja yang berupa latihan untuk kecerdasan, melainkan untuk menghaluskan moral dan menjadikan akhlak yang baik. Sekolah dalam masyarakat dikategorikan sebagai pendidikan formal. Pada dasarnya lembaga sekolah berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat dibidang pembelajaran. Kebutuhan masyarakat tentang pembelajaran semakin hari semakin banyak. Oleh karena itu, sekolah pada dasarnya menyiapkan dan membekali peserta didik untuk kehidupan di masa yang akan datang.

d.      Lingkungan Pendidikan Media Massa
Media massa adalah bagian dalam masyarakat yang bertugas menyebarluaskan berita, opini, pengetahuan dan sebagainya. Sifat media massa adalah mencari dan mengolah bahan pemberitaan yang actual, menarik perhatian, dan menyangkut kepentingan bersama. Berdasarkan sifatnya, media massa berfungsi sebagai control social terhadap segala bentuk penyimpangan dari nilai, norma, dan aturan yang berlaku di masyarakat. Dengan pemberitaan yang baik dan benar masyarakat menjadi tahu terhadap setiap peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar.
            Salah satu fungsi media massa adalah fungsi pendidikan bagi masyarakat. Banyaknya informasi yang diberikan, baik berupa pendapat-pendapat, masalah social budaya secara langsung maupun tidak dapat memperluas wawasan para pembacanya. Melalui media massa terjalin hubungan atau kontak social secara tidak langsung antar anggota masyarakat. Keseluruhan itu menunjukan besarnya peran media massa dalam proses transformasi budaya bagi seluruh anggota masyarakat.

G.    KONSEP BUDAYA BELAJAR PENDIDIKAN ANTROPOLOGI
Budaya atau kebudayaan tidak hanya berupa fenomena yang berwujud material semata, baik yang berupa benda, tindakan ataupun emosi, melainkan sesuatu yang abstrak yang terdapat dalam pikiran manusia, yaitu berupa model system pengetahuan manusia yang digunakan oleh pemiliknya untuk menafsirkan benda, tindakan dan emosi (Geodenough dalam Spradley, 1972). Tegasnya kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosio budaya yang digunakan untuk memahami dan menginterpretasikan pengalaman, lingkungannya yang menjadi kerangka landasan untuk menciptakan dan mendorong terwujudnya kelakuan (Suparlan: 1980). Berdasarkan konsep tersebut, maka budaya belajar juga dipandang sebagai model-model pengetahuan manusia mengenai belajar yang digunakan oleh individu atau kelompok social untuk menafsirkan benda, tindakan dan emosi dalam lingkungannya.
Cara pandang budaya belajar sebagai system pengetahuan mengisyaratkan bahwa, budaya belajar merupakan “pola kelakuan manusia yang berfungsi sebagai blueprint (pedoman hidup) yang dianut secara bersama” (Keesing & Keesing, 1971). Sebagai sebuah pedoman, budaya belajar digunakan untuk memahami dan menginterpretasi lingkungan dan pengalamannya, yang dapat menciptakan dan mendorong individu-individu bersangkutan melakukan berbagai macam tindakan dan pola tindakan yang sesuai dengan kerangka aturan yang telah digariskan bersama. 
Budaya belajar dapat menjadi piranti proses adaptasi manusia dengan lingkungannya, baik berupa lingkungan fisik maupun lingkungan social. System pengetahuan belajar digunakan untuk adaptasi dalam kerangka memenuhi tiga syarat kebutuhan hidup, yakni:
1)      Syarat dasar alamiah, yang berupa kebutuhan biologis, seperti pemenuhan kebutuhan makan, minum, menjaga stamina, menjadikan organ-organ tubuh manusia lebih berfungsi
2)      Syarat kejiwaan, yakni pemenuhan kebutuhan akan perasaan tenang, jauh dari perasaan takut, keterkucilan, kegelisahan dan berbagai kebutuhan kejiwaan lainnya
3)      Syarat dasar social, yakni kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain, dapat melangsungkan hubungan, dapat mempelajari kebudayaan, dapat mempertahankan diri dari serangan musuh. (Suparlan, 1980, Bennet, 1976: 172)
Lebih lanjut Bunnet (1976) menjelaskan, bahwa adaptasi adalah upaya menyesuaikan dalam arti ganda, yakni manusia belajar menyesuaikan kehidupan dengan lingkungannya, atau sebaliknya manusia belajar agar lingkungan yang dihadapi dapat disesuaikan dengan keinginan dan tujuannya. Pada kenyataannya manusia memang tidak hanya sekedar menerima lingkungan dengan apa adanya, melainkan belajar untuk menanggapi bergabai masalah yang ada  di lingkungannya. Oleh karena itu, pada suatu lingkungan masyarakat terdapat ragam bentuk tindakan belajar individu atau kelompok yang pada dasarnya terdorong oleh sikap adaptif mereka. Upaya manusia melakukan belajar menyesuaikan dengan lingkungannya senantiasa berhubungan dengan pranata social, psikologis, ekonomi dan juga fisik nya. (Montagu, 1969, Smith, 1982: 85-S89).
Dalam kaitannya itu, maka budaya belajar dapat dipandang juga sebagai strategi adaptasi yang berupa model-model pengetahuan belajar yang mencakup serangkaian aturan, petunjuk, resep-resep, rencana, strategi yang dimiliki dan digunakan oleh individu pembelajar untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya(spradley, 1972). Resep-resep tersebut berisikan pengetahuan belajar yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi tujuan-tujuan dan tata cara yang digunakan untuk mencapai tujuan dengan sebaik-baiknya.
Pendidikan sebagai pranata social selalu berbeda dalam tatanan system social masyarakat pendukungnya, yang memiliki kedudukan penting yang relative sama dengan pranata keluarga, agama dan pemerintahan dalam menentukan tata kelakuan seseorang dan kelompok. Oleh karena itu kepribadian seseorang adalah produk dari budaya masyarakat pendukung kebudayaan itu.



H.    APLIKASI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI BAGI PENDIDIKAN MULTIKULTURAN
            Bagi pendidik persoalan pendidikan multicultural merupakan sesuatu yang sensitive dalam pengertian isu yang kompleks dan unik yang mesti diantisipasi. Dalam kaitannya dengan menumbuhkan kesadaran terhadap keberagaman ini, secara dini harus terjadi suasana saling memahami melalui interaksi yang bermakna anatr satu dengan yang lainnya. Dengan memperhatikan keragaman sebagai bagian dari lingkungan dan perilaku yang dibentuk oleh budaya, maka pembelajaran seyogyanya berpusat pada keragaman latar sosiobudaya.

            Berdasarkan pandangan ini, beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh seorang pendidik antara lain:
1. Penyelenggaraan pendidikan bertumpu pada kesadaran adanya keberagaman
2.      Memahami dan mengenai pengalaman setiap individu peserta didik berdasarkan pada etnis dan keturunan, dst.
3.      Orientasi pelayanan bertolak dari kondisi keberagaman menuju keberasamaa.
4.      Kiat mempromosikan perbedaan yang ditujukan untuk membangun kesamaan dan tidak memperbesar perbedaan.
5.      Memahami peran organisasi termasuk pengusaha dan profesi sebagai sumber belajar potensial dalam pelaksanaan dan peningkatkan proses pembelajaran, pendidikan dan pelatihan.
Pendidikan multicultural tidak hanya dimaksudkan memberikan akses kepada kelompok etnik dan minoritas untuk memperoleh akses pendidikan secara baik. Tetapi menciptakan interaksi antara individu dari kelompok tersebut agar tercipta harmoni kehidupan dalam masyarakat plural. Melalui pendekatan pendidikan multicultural akan tercipta :
a.       Saling memahami perbedaan sosiobudaya.
b.      Menciptakan harmoni kehidupan dalam suasana berbeda budaya, sebab kesadaran bagaimana mengelola keragaman sosiobudaya untuk harmoni kehidupan dalam masyarakat plural telah muncul sejak tahun 1900.
BAB III
PENUTUP

A.           KESIMPULAN

Kesimpulan yang di peroleh dari makalah ini, yaitu :
1.    Antropologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata ”antrophos” berarti manusia, dan “logos” berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial.
2.    Wiliam A. Haviland, Antropologi adalah studi tentang manusia, berusahamenyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusi adan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.
3.    Masyarakat berhubungan dengan susunan dan proses hubungan antar manusia dan golongan, kebudayaan berhubungan dengan isi corak dengan hubungan yang ada. Karena itu, keduanya baik masyarakat dan kebudayaan penting bagi sosiologi dan antropologi.
4.    Teori-teori kebudayaan terdiri dari superorganik, konseptualis dan realis.

B.       SARAN.

Seharusnya di sekolah-sekolah juga perlu mengembangkan antropologi pendidikan kurikulum agar anak didik serta pendidiknya mengerti dan paham asal-usul mengapa kebudayaan di sekeliling kita diadakan, apa makna dibalik kebudayaan tersebut, apa manfaat dari kebudayaan tersebut, relevankah kebudayaan itu dengan kehidupan dan kepercayaan umat manusia sebagai manusia yang beragama masa kini.



C.     DAFTAR PUSTAKA

Anonym.1989. Antttopologi Pendidikan.Jakarta: P2LPTK.
antropologi/Diunduh pada tanggal 26
September 2012.
Anonym.2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.Bandung: PT. IMTIMA.
              http://id.wikipedia.org/wiki/Antropologi. Diunduh pada tanggal 26
          September 2012.
Anonim.2012. PENGERTIAN-DAN-RUANG-LINGKUP-ANTROPOLOGI.
           http://www.scribd.com/doc/48735759. Diunduh pada tanggal 27 
          September 2012.
Koenjaraningrat.1982.Sejarah Teori Antropologi.Jakarta: Universitas Islam.
Koentjaraningrat. 2009.Pengantar Ilmu Antropologi.Jakarta: PT Rineka Cipta.





0 comments:

Post a Comment