Catatan Perjalanan Hidup Seorang Pemuda Muslim

Sunday 19 May 2013

On 16:21 by Unknown in    No comments
Download disini
On 07:12 by Unknown in ,    1 comment
A. Tujuan Percobaan:
     1. Terampil melakukan pengukuran kuat arus listrik dan beda potensial pada kawat dengan menggunakan alat ukur,
     2. memahami pengaruh luas penampang, panjang kawat, dan hambatan jenis kawat terhadap kuat arus listrik dan beda potensial
     3. menentukan hambatan kawat, dan hambatan jenis kawat penghantar,
     4. memahami hukum ohm

B. Alat dan Bahan
    1. Perangkat pengukuran resistansi kawat
    2. Power Supply AC/DC 0-12 V
    3. Multimeter LD Analog 20
    4. Kabel Penghubung

C. Langkah Kerja
    1. Pengaruh luas penampang kawat logam terhadap beda potensial dan kuat arus listrik
        a. Disediakan perangkat percobaan, rangkaikan setiap perangkat dan lakukan pengukuran tegangan      dan kuat arus listrik, kemudian catat hasilnya dalam tabel hasil pengamatan.*)
    2. Pengaruh panjang kawat logam terhadap beda potensial dan kuat arus listrik.
        a. Disediakan perangkat percobaan, rangkaikan setiap perangkat dan lakukan pengukuran tegangan      dan kuat arus listrik, kemudian catat hasilnya dalam tabel hasil pengamatan.*)
   3. Pengaruh jenis kawat (hambatan jenis) terhadap beda potensial dan kuat arus listrik.
        a. Disediakan perangkat percobaan, rangkaikan setiap perangkat dan lakukan pengukuran tegangan      dan kuat arus listrik, kemudian catat hasilnya dalam tabel hasil pengamatan.*)

*) Sebelum menyalakan Power Supply, periksakan rangkaian anda pada asisten untuk memastikan bahwa rangkaian yang dibuat benar.
     

On 06:28 by Unknown in    No comments

A.   Pengertian dan Tujuan membuat Proposal
Dapat diartikan proposal merupakan suatu penjabaran peneltian, tujuan dari pembuatan proposal biasanya untuk mejabarkan penelitian yang sudah dilakukan, dapat dikatakan juga proposal merupakan suatu dokumentasi hasil penelitian.

B.    Jenis - Jenis Proposal

Proposal Penelitian dibagi 4 yaitu:
1. Proposal Penelitian Pengembangan
2. Proposal Penelitian Kajian Pustaka
3. Proposal Penelitian Kualitatif
4. Proposal Penelitian Kuantitatif

1. Proposal Penelitian Pengembangan

Kegiatan yang menghasilkan rancangan atau produk yang dapat dipakai untuk memecahkan masalah-masalah aktual. Dalam hal ini, kegiatan pengembangan ditekankan pada pemanfaatan teori-teori, konsep-konsep, prinsip-prinsip, atau temuan-temuan penelitian untuk memecahkan masalah.

Skripsi, tesis, dan disertasi yang ditulis berdasarkan hasil kerja pengembangan menuntut format dan sistematika yang berbeda dengan skripsi, tesis, dan disertasi yang ditulis berdasarkan hasil penelitian, karena karakteristik kegiatan pengembangan dan kegiatan penelitian tersebut berbeda.

Kegiatan penelitian pada dasarnya berupaya mencari jawaban terhadap suatu permasalahan, sedangkan kegiatan pengembangan berupaya menerapkan temuan atau teori untuk memecahkan suatu permasalahan.

2. Proposal Penelitian Kajian Pustaka

Telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarnya bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan. Telaah pustaka semacam ini biasanya dilakukan dengan cara mengumpulkan data atau informasi dari berbagai sumber pustaka yang kemudian disajikan dengan cara baru dan atau untuk keperluan baru.

Dalam hal ini bahan-bahan pustaka itu diperlukan sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran atau gagasan baru, sebagai bahan dasar untuk melakukan deduksi dari pengetahuan yang sudah ada, sehingga kerangka teori baru dapat dikembangkan, atau sebagai dasar pemecahan masalah.

3. Proposal Penelitian Kualitatif
Penelitian yang dimaksudkan untuk mengungkapkan gejala secara holistik-kontekstual melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif.

Ciri-ciri penelitian kualitatif mewarnai sifat dan bentuk laporannya. Oleh karena itu, laporan penelitian kualitatif disusun dalam bentuk narasi yang bersifat kreatif dan mendalam serta menunjukkan ciri-ciri naturalistik yang penuh keotentikan.

4. Proposal Penelitian Kuantitatif
Suatu penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan deduktif-induktif. Pendekatan ini berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli, ataupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya, kemudian dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan beserta pemecahan-pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) dalam


C.   Unsur-Unsur Proposal


Secara umum proposal memiliki komponen atau unsur-unsur sebagai berikut:
a.       nama kegiatan,
b.      dasar pemikiran,
c.       tujuan dan manfaat kegiatan,
d.      ruang lingkup,
e.      waktu dan tempat kegiatan,
f.        penyelenggara atau panitia,
g.       anggaran biaya,
h.      penutup.

Penulisan proposal yang lebih kompleks digunakan pada saat seseorang mempunyai program yang besar, misalnya menulis karangan ilmiah yang berupa tesis atau disertasi.

a.       Nama Kegiatan
Nama kegiatan yang direncanakan tidak ubahnya sebuah judul proposal. Oleh sebab itu nama tersebut harus dibuat semenarik mungkin sehingga menimbulkan rasa keingintahuan seorang pembaca. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan nama seperti berikut ini:
1)      sesuai topik atau pokok permasalahan dalam kegiatan,
2)      singkat, padat, dan jelas,
3)      sebaiknya diungkapkan dalam bentuk frase.

b.      Dasar Pemikiran
Dasar pemikiran dalam proposal merupakan alasan mengapa kegiatan itu harus dilaksanakan. Dalam hal ini, penyusun proposal diharapkan dapat menunjukkan arti pentingnya pelaksanaan kegiatan yang akan dilaksanakan.



c.       Tujuan dan Manfaat
Tujuan proposal yaitu sesuatu yang akan dicapai kegiatan yang direncanakan tersebut. Dalam langkah kerja, tujuan ini akan berfungsi mengarahkan aktivitas sehingga tidak mengalami lepas kontrol dari sasaran. Biasanya, tujuan dibedakan atas dua hal yaitu: tujuan jangka pendek dan jangka panjang.
Dalam merumuskan tujuan, harus diingat pula manfaat yang akan dicapai, baik itu manfaat bagi individu perencana maupun manfaat bagi masyarakat umum atau khalayak.

d.      Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan harus jelas, artinya penyusun proposal harus menetapkan batas-batas pokok permasalahan, sasaran peserta, wilayah, dan aspek lain yang memerlukan pembatasan. Dari pembatasan ini seorang pembaca proposal dapat mengetahui kedalaman dan keluasan objek materi yang direncakan.

e.      Waktu dan Tempat Kegiatan
Penentuan waktu dan tempat kegiatan sepertinya mudah, tetapi penyusun proposal jangan sekali-kali meremehkan hal ini. Faktor ini sangat menunjang keberhasilan kegiatan, bahkan sekali salah perhitungan mengenai waktu atau tempat, kegiatan akan mengalami kerugian yang besar. Terlebih-lebih jika penyusunan proposal ini bertujuan untuk mencari sponsor dalam rangka penggalangan dana, faktor waktu dan tempat dapat mempengaruhi penilai proposal sampai pada penentuan disetujui atau ditolaknya proposal tersebut.

f.        Penyelenggara/Panitia
Penyusun proposal dapat bersifat pribadi atau tim. Biasanya penyusun yang bersifat tim mengatasnamakan suatu organisasi. Untuk membentuk panitia, penyusun proposal harus jeli dalam menempatkan personal-personalnya sebab dengan membaca kepanitiaan ini seseorang dapat memperkirakan kualitas kegiatan. Ingat, penempatan orangorang yang terkenal sering mempengaruhi pembaca bahkan penyelenggara sering dianggap sebagai jaminan kualitas kegiatan.

g.       Anggaran Biaya
Proposal yang baik selalu mencantumkan rincian biaya penyelenggaraan kegiatan. Sebaiknya biaya itu diperhitungkan secara logis dan realistis, baik itu pemasukan maupun pengeluarannya. Estimasi pembiayaan yang dibuat oleh seorang penyusun proposal akan menjadi pertimbangan calon penyandang dana atau donatur. Anggaran biaya dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu: persiapan, operasional dan laporan/hasil.

h.      Penutup
Penutup merupakan akhir pembicaraan perencanaan kegiatan. Oleh sebab itu, bagian ini merupakan rayuan terakhir penyusun proposal kepada pembaca atau penilainya untuk menentukan diterima atau ditolaknya suatu proposal. Untuk itu, pada bagian ini penyusun proposal harus dapat memotivasi calon penyandang dana, donatur, sponsor, atau partisipan dengan cara menunjuk-kan rasa optimistis (positive thinking) terhadap kegiatan yang direncanakan.



Contoh Proposal Sederhana



PROPOSAL EKSPO PERGURUAN TINGGI 2009
SMA XAVERIUS 1 PALEMBANG
18 – 19 JANUARI 2009


I. LATAR BELAKANG

Memasuki perkembangan abad XI selaras dengan kemajuan dunia teknologi informasi, dunia terasakan dunia semakin menyempit dan kian mengglobal dalam konteks peradaban teknologi. Demikian pula halnya dengan informasi dalam dunia pendidikan, kian hari semakin terasa amat menyeluruh dan kompleks, terutama selaras dengan kompleksitas jenjang dan jenisnya. Begitupun halnya dengan perguruan tinggi yang ada di dunia ini, seolah terpaparkan semakin majemuk dalam aneka ragam jenis perguruan tinggi dan spesifikasi fakultas serta jurusan. Semua yang ditawarkan dalam profil perguruan tinggi terasa seolah amat menjanjikan dan memberikan gambaran masa depan lebih baik.

Dalam kompleksitas jenis dan spesifikasi perguruan tinggi beserta fakultas dan jurusannya justru seringkali membuat seorang tamatan sekolah menengah mengalami kebingungan untuk menentukan pilihan jenis dan spesifikasi pendidikan perguruan tingginya demi masa depan yang diperjuangkan. Keanekaragaman yang ditawarkan justru semakin membuat siswa tamatan sekolah menengah mengalami keraguan tatkala harus memilih. Oleh sebab itu, kejelasan informasi tentang suatu perguruan tinggi amat diperlukan sehingga memberikan gambaran idealisme profesi dan masa depan kepada pembelajar, yang bermanfaat dalam memberikan motivasi dan semangat menempuh dan berjuang demi masa depan.

Perkembangan kemajuan pendidikan di Sumatera Selatan, khususnya di Kota Palembang yang semakin mengglobal perlu mendapat perhatian khusus secara positif, antisipatif, prediktif, preventif, edukatif, dan multidimensional, baik untuk jati diri secara perseorangan, bangsa, dan negara.

Dalam rangka mengantisipasi dan menyikapi kondisi di atas dirasakan amat perlu diberikan informasi dan gambaran profil secara lengkap kepada para siswa dan masyarakat tentang gambaran masa depan yang akan dimasuki serta kondisi realistis dunia semakin mengglobal yang terus berkembang secara kompetitif. Kondisi semacan ini akan memberikan peluang ke arah kesadaran jenis profesi yang semakin kompetitif antargenerasi muda, baik secara lokal, nasional, maupun internasional. Oleh sebab itu, perlu diadakan kegiatan yang bersifat memaparkan kejelasan arah, merangsang, memicu, dan memberikan peluang kepada generasi muda untuk lebih belajar berjuang, bersaing, bekerja sama, dan bersikap sportif.

Menyikapi kondisi semacam itu SMA Xaverius 1 Palembang bermaksud mengadakan Ekspo Perguruan Tinggi 2009 kepada para generasi muda, khususnya siswa sekolah menengah kota Palembang untuk menambah cakrawala pengetahuan dan informasinya tentang perguruan tinggi, baik negeri amupun swasta nasional maupun internasional sehingga dapat membina hari depan dengan lebih baik.


II. LANDASAN KEGIATAN:

2.1 Program Kerja SMA Xaverius 1 Palembang, tahun 2008/2009.
2.2 Keputusan Rapat Staf Pimpinan SMA Xaverius 1 Palembang, tanggal 23 Oktober 2008
2.3 Keputusan Rapat Dewan Guru SMA Xaverius 1 Palembang, tanggal, 25 Oktober 2008.


III. TUJUAN KEGIATAN:

Kegiatan Ekspo Perguruan Tinggi 2009 diadakan dengan tujuan:

3.1 Memberikan peluang kepada pelajar sekolah menengah di lingkungan Kota Palembang untuk mengetahui berbagai informasi tentang kehidupan dan lekuk liku Perguruan Tinggi demi masa depan mereka.
3.2 Memberikan informasi perkembangan dunia Perguruan Tinggi dan dinamika bentuk-bentuk pelayanan pembelajarannya.
3.3 Memberikan bimbingan kepada generasi muda untuk menentukan pilihan fakultas, jurusan, dan Perguruan Tinggi yang tepat demi pengembangan kompetensi dan masa depan
3.4 Membantu orang tua dalam memberikan bimbingan kepada anak-anaknya dalam menentukan fakultas, jurusan, dan Perguruan Tinggi yang tepat
3.5 Memberi peluang kepada generasi muda pelajar Kota Palembang mengamati sumber-sumber pembelajaran agar tepat menentukan pilihan sesuai dengan standar kompetensi kelulusan yang berlaku.
3.6 Memberikan dorongan kepada generasi muda menentukan sikap serta memperoleh bimbingan yang tepat dari perguruan tinggi yang sesuai dengan telenta, kompetensi, dan prospeknya.


IV. SASARAN KEGIATAN:

4.1 Generasi muda Indonesia, khususnya pelajar sekolah menengah atas umum maupun kejuruan se-Kota Palembang.
4.2 Para orang tua siswa
4.3 Masyarakat Kota Palembang, Sumatera Selatan, dan sekitarnya.

V. JENIS KEGIATAN:

5.1 Eksposisi Perguruan-Perguruan Tinggi, baik nasional maupun internasional, berasal dari Sumatera, Jawa , Singapura, Malaysia, Taiwan, Korea, Cina, Australia, Selandia Baru, Swis, Belanda, Jerman, dan Amerika Serikat;
5.2 Penyuluhan tentang fakultas dan jurusan serta prospeknya oleh perguruan-perguruan tinggi bersangkutan yang ditawarkan melalui program pelayanan pembelajaran;
5.3 Tes Seleksi calon mahasiswa oleh perguruan tinggi yang bersangkutan dalam waktu yang terjadwal;
5.4 Pameran Buku oleh beberapa penerbir buku media pembelajaran.


VI. PELAKSANA:

Panitia Ekspo Perguruan Tinggi 2008/2009 SMA Xaverius 1 Palembang.
Susunan Panitia terlampir ( Lampiran 1 ).

VII. PESERTA

Perguruan tinggi dari dalam dan luar negeri, baik negeri maupun sawsta, kurang lebih sekitar 50 perguruan tinggi.
Prosedur Kerja Sama dan Tata Tertib terlampir (Lampiran 1I)

VIII. TEMPAT DAN WAKTU KEGIATAN:

7.1 Waktu : Jumat – Sabtu. Tanggal 18 – 19 Januari 2009. Pukul 07.00-16.00
7.2 Tempat : Gedung Fransiskus Lantai II, III. Gedung Markus Lantai I, II, III, Gedung Matius Lantai I, II, III SMA Xaverius 1 Palembang.
Rancangan Kegiatan terlampir (Lampiran III)

Rancangan Denah Ruang, tempat, waktu kegiatan terlampir ( Lampiran IV )


IX. SARANA KEGIATAN:

9.1 Tempat dan Ruangan dalam Gedung Fransiskus, Gedung Markus, Gedung Matius, Gedung Paulus, Gedung Lukas; Lantai I, II, III, dan IV. Rincian penggunaan ruang terlampir ( Lampiran V).
9.2 Perangkat sound system pengendali dari kantor pusat kegiatan.
9.3 Hot spot untuk layanan publikasi melalui sarana multimedia
9.4 Video klip, foto, serta media cetak (borsur, leaflet, buku mini profil perguruan tinggi, dan lain-lain).


X. ANGGARAN:

9.1 Rencana Pengeluaran Rp. 50. 000.000,00
9.2 Rencana Pemasukan Rp. 50.000.000,00
Rincian anggaran terlampir (Lampiran VI)


XI. PENUTUP

Demikian proposal ini disusun dengan pertimbangan dapat dipedomani dan digunakan sebagaimana mestinya. Terima kasih kepada semua pihak yang telah menjalin kerja baik dengan SMA Xaverius 1 Palembang hingga kini maupun masa yang akan datang..



Palembang, Oktober 2008


Panitia Ekspo Perguruan Tinggi






R.B.M. Sutartomo, B.A. Drs. Kasdi Haryanta
Ketua Sekretaris


Mengetahui






Drs. Y. Susilo Andreas Sarjono
Kepala Sekolah Ketua Komite Peduli Pendidikan
SMA Xaverius 1 Palembang


YAYASAN XAVERIUS PALEMBANG
SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) XAVERIUS 1
STATUS : DISAMAKAN
Jalan Bangau No.60/1258 Palembang – 30113
(0711)358005,Fax:(0711)373061Email:sma_xav1@telkom.net

Lampiran I

PANITIA EKSPO PERGURUAN TINGGI
Tahun 2008/2009
SMA Xaverius 1 Palembang


1. Pelindung : Ketua Dewan Pengurus Yayasan Xaverius Palembang
Y.A.M. Fridho Mulya, SCJ
2. Penasihat : Rektor SMA Xaverius 1 Palembang
Titus , SCJ
3. Penanggung Jawab : Kepala SMA Xaverius 1 Palembang
Drs. Y. Susilo
4. Ketua : Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Masyarakat
R.B.M. Sutartomo, B.A.
5. Wakil Ketua : Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan
Drs. B. Wilarno.
6. Sekretaris : Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
Drs. Kasdi Haryanta
7. Bendahara : Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana
Dra. Lucia Chia

8. Seksi-seksi:

8.1 Publikasi dan Pendataan:
8.1.1.Maria Baharuddin, S.Pd.
8.1.2.Andreas Wiyohantoro, S,Pd.
8.1.3.A. Rudy Listyanto, S.Pd.

8.2 Kesekretariatan
8.2.1 Markus Tukiran
8.2.2 Teguh Rahayu
8.2.3 Anang Kisworo, S.T.

8.3 Seksi Tempat-Sarana-Dekorasi
8.3.1 Drs. A.N. Grahito
8.3.2 Sahala Simamora, S.Pd.
8.3.3 M. Yusuf
8.3.4 M. Marbun, S.T.

8.4 Seksi Acara Seremonial
8.4.1 Maria Baharuddin, S.Pd.
8.4.2 St. Agus Susanto, S.Pd.:
8.5 Seksi Keamanan dan Parkir

8.6.1 Drs. B. paikun
8.6.2 Drs. B. Sugino
8.6.3 Y. Sitohang, B.A.
8.6.4 J. Ismantri, B.A.
8.6.5 Drs. Edward Bastomi
8.6.6 Dra. Nengah Sumatrhi
8.6.7 P. Susanti Rahayu
8.6.8 C, Bernardy, B.A.
8.7 Seksi Koordinasi Presentasi
8.7.1 Dra. Estri Murwani
8.7.2 Herman Yoseph Sunu E., S.Pd.
8.7.3 Rizki Pusrikasari, S.Pd.

8.9 Seksi Dokumentasi:
8.1.4.1 Video : 1. Jeddy Suparman, S.T.; 2. Ign. Purwanto
8.1.4.2 Foto : 1. Redaksi Gita ; 2.

8.10 Konsumsi:
8.10.1 E.M. Wuryaningsih
8.10.2 Lucia Sri Haryati
8.10.3 Maria Virginia

8.11 Seksi Tata Ruang dan Penguncian
8.11.1 Juande Vero
8.11.2 Ign. Eko Ferdianto, S.Pd.
8.12 Seksi Transportasi

8.13 Seksi Tata Listrik dan Sound System:
Koordinator: Ign. Sutriyanto dan Purwandi
Anggota: 1) Danang Riyanto; 2) Ardian; 3) Benny Iswanto, S.T.; 4) Florentinus Novanda Ade Priyadi.



Palembang, Oktober 2008


…………………………………
Ketua Panitia

Thursday 16 May 2013

On 07:09 by Unknown in    No comments
Download disini
On 07:02 by Unknown in    No comments
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Makna akhir dari hasil pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal yang telah dipelajari dapat membantunya dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan masyarakat. Berdasarkan pengalaman-pengalaman yang didapat di sekolah dan di luar sekolah itu memiliki sejumlah pengetahuan, kecakapan, minat -minat, dan sikap-sikap. Dengan pengalaman-pengalaman itu ia secara berkesinambungan dibentuk menjadi seorang pribadi seperti apa yang dia miliki sekarang dan menjadi seorang pribadi tertentu di masa mendatang.


Seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri atau tidak mampu menyesuaikan diri. Kondisi fisik, mental dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan dimana kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian yang baik atau yang salah. Sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan organisme yang aktif. Ia aktif dengan tujuan dan aktifitas yang berkesinambungan. Ia berusaha untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya dan juga semua dorongan yang memberi peluang kepadanya untuk berfungsi sebagai anggota kelompoknya.
Penyesuaian diri adalah suatu proses. Dan salah satu fitur pokok dari kepribadian yang sehat mentalnya adalah memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya. Untuk lebih jelasnya marilah kita tinjau secara lebih rinci pengertian dan proses penyesuaian diri, karakteristik penyesuaian diri remaja dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka sebagai pemakalah kami mengangkat beberapa masalah, yakni:
1.      Bagaimanakah konsep penyesuaian diri remaja?
2.      Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian ini?
3.      Bagaimanakah permasalahan-permasalahan pada proses penyesuaian diri remaja?
4.      Bagaimana implikasi penyesuaian diri remaja terhadap pendidikan?

C.    Ruang Lingkup
Dari masalah-masalah yang diangkat sebelumnya, maka pemakalah mengatur ruang lingkup untuk materi yang akan dibahas yakni:
1.      Konsep penyesuaian diri remaja,
2.      Faktor yag mempengaruhi proses penyesuaian diri remaja,
3.      Permasalahan pada proses penyesuaian diri remaja,
4.      Implikasi penyesuaian diri remaja.


BAB II
PENYESUAIAN DIRI REMAJA
A.      Konsep dan Proses Penyesuaian Diri
1.       Pengertian Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk konfornitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery).
Pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi (adaptation) , padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis. Misalnya, seseorang yang pindah tempat dari daerah panas ke daerah dingin harus beradaptasi dengan iklim yang terjadi di daerah dingin tersebut.
a.        Aspek-aspek Penyesuaian Diri
1)       Penyesuaian Pribadi
Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut.
2)       Penyesuaian Sosial  
Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum. Dalam hal ini individu dan masyarakat sebenarnya sama-sama memberikan dampak bagi komunitas. Individu menyerap berbagai informasi, budaya dan adat istiadat yang ada, sementara komunitas (masyarakat) diperkaya oleh eksistensi atau karya yang diberikan oleh sang individu.

2.       Proses Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat (life long), dan manusia terus-menerus berupaya menemukan dan mengatsi tekanan dan tantangan hidup guna mencapai pribadi yang sehat.
Respon penyesuaian, baik atau buruk, secara sederhana dapat dipandang sebafai suatu upaya individu untuk mereduksi atau menjauhi ketegangan dan untuk memelihara kondisi-kondisi keseimbangan yang lebih wajar. Penyesuaian adalah sebagai suatu proses ke arah hubungan yang harmonis antara tuntutan internal dan tuntutan eksternal. Dalam proses penyesuaian diri dapat saja muncul konflik, tekanan, dan frustasi, membebaskan diri dari ketegangan.
Individu dikatakan berhasil dalam melakukan penyesuaian diri apabila ia dapat memenuhi kebutuhannyadengan cara-cara yang wajar atau apabila dapat diterima oleh lingkungan tanpa merugikan atau mengganggu lingkungannya.

3.       Karakteristik Penyesuaian Diri
a.       Penyesuaian Diri Secara Positif
Dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukannya dalam berbagai bentuk, antara lain:
1)       Penyesuaian menghadapi masalah secara langsung.
2)       Penyesuaian dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan).
3)       Penyesuaian dengan trial dan error atau coba-coba.
4)       Penyesuaian dengan substitusi (mencari pengganti).
5)       Penyesuaian diri dengan menggali kemampuan diri.
6)       Penyesuaian dengan belajar.
7)       Penyesuaian dengan inhibisi dan pengendalian diri.
8)       Penyesuaian dengan perencanaan yang cermat.
b.       Penyesuaian Diri yang Salah
Ada tiga bentuk reaksi dalam penyesuaian diri yang salah, yaitu:
1.     Reaksi Bertahan (Defence Reaction). Individu berusaha untuk mempertahankan dirinya, seolah-olah tidak mengalami kegagalan.
         2.       Reaksi Menyerang (Aggressive Reaction). Reaksi-reaksinya tampak pada perilaku:
    a)      Selalu membenarkan diri,
    b)        Mau berkuasa dalam setiap situasi,
    c)        Mau memiliki segalanya, dan yang lainnya.
        3.       Reaksi Melarikan Diri (Escape Reaction). Orang yang memiliki penyesuaian diri yang salah         akan melarikan diri dari situasi yang menimbulkan kegagalannya, reaksinya tampak dalam             tingkah laku seperti berfantasi, banyak tidur, minum-minuman keras, bunuh diri,  menjadi              pecandu ganja, narkotika , dan regresi.

B.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri
1.       Kondisi Jasmaniah
Kondisi jasmaniah merupakan kondisi primer yang penting bagi proses penyesuaian diri (sistem saraf, kelenjar otot) . Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gangguan-gangguan dalam sistem syaraf, kelenjar dan otot menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, perilaku dan kepribadian. Kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syarat bagi tercapainya proses penyesuaian diri yang baik. Kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula.
2        Perkembangan Kematangan dan Penyesuaian Diri
Sesuai dengan hukum perkembangan, tingkat kematangan yang dicapai berbeda - beda antara individu yang satu dengan yang lainnya, sehingga pencapaian pola - pola penyesuaian diri pun berbeda pula secara individual. Pola penyesuaian diri akan bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan dan kematangan yang dicapainya. Kondisi - kondisi perkembangan mempengaruhi setiap aspek kepribadian seperti emosional, sosial, moral, keagamaan dan intelektual.
3.   Lingkungan Sebagai Penentu Penyesuaian Diri
a.  Rumah dan Keluarga
Keluarga merupakan satuan kelompok sosial terkecil. Interaksi sosial yang pertama               diperoleh individu adalah dalam keluarga. Kemampuan interaksi sosial ini kemudian akan         dikembangkan di masyarakat.
                 b. Hubungan Orang Tua dan Anak
      Pola hubungan antara orang tua dengan anak akan berpengaruh terhadap proses                           penyesuaian diri anak-anak. Beberapa pola hubungan yang dapat dipengaruhi adaptor diri                 antara lain:
             1)       Menerima ( acceptance ),
             2)       Menghukum dan disiplin yang berlebihan,
             3)       Memanjakan dan melindungi anak secara berlebihan.
             4)       Penolakan.
             5)       Hubungan saudara yang penuh persahabatan, saling menghormati, penuh kasih                       sayang, memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk tercapainya penyesuaian yang               lebih baik, sebaliknya suasana permusuhan, perselisihan, iri hati, kebencian, dan                       sebagainya dapat menimbulkan kesulitan dan kegagalan penyesuaian diri.
                 c. Masyarakat
      Kondisi lingkungan masyarakat dimana individu berada merupakan kondisi yang                              menentukan proses dan pola-pola penguasaan diri. Kondisi studi menunjukan bahwa                        banyak gejala perilaku yang meyimpang bersumber dari kondisi masyarakat. Pergaulan                    yang salah dikalangan remaja dapat mempengaruhi pola-pola penyesuaian dirinya. Faktor                  kondisi lingkungan sosial yang tidak sehat atau "rawan", dapat merupakan faktor yang                      kondusif bagi anak / remaja untuk berperilaku menyimpang. Faktor masyarakat ini dapat                  dibagi dalam 2 bagian, yaitu pertama, faktor kerawanan masyarakat dan kedua, faktor                      daerah rawan (gangguan kamtibmas).
                d.  Sekolah
      Sekolah memiliki peranan sebagai media untuk mempengaruhi kehidupan intelektual,                        sosial, dan moral para siswa. Suasana disekolah baik sosial maupun psikologis                                menentukan proses dan pola penyesuaian diri. Disamping itu, hasil pendidikan yang                          diterima anak disekolah merupakan bekal bagi proses penyesuaian diri di masyarakat.

            4.  Kultur dan Agama Sebagai Penentu Penyesuaian Diri
 Lingkungan kultural dimana individu berada dan berinteraksi akan menentukan pola                          penyesuaian diri. Misalnya tata cara kehidupan di sekolah, di masjid dan semacamnya akan                mempengaruhi bagaimana anak menempatkan diri dan bergaul dengan masyarakat sekitarnya.            Agama memberikan suasana psikologis tertentu dalam mengurangi konflik, frustasi dan                    ketegangan lainnya. Agama memberi tuntunan, konsep dan filosofi hidup yang meyakinkan             dan benar. Oleh kepemilikan semua ini orang akan memperoleh arti hidup, kemana tujuan                 hidup, apa yang dicari dalam hidup ini dan bagaimana ia harus berperan dalam hidup sehingga            hidupnya di dunia tidak sia-sia.

C.      Permasalahan-Permasalahan Penyesuaian Diri Remaja
Diantara persoalan yang terpenting yang dihadapai remaja dalam penyesuaian diri yaitu:
1)    Hubungan remaja dengan orang dewasa terutama orang tua.
Disini sangat dipengaruhi oleh sikap orang tua dan suasana psikologis dan sosial dalam keluarga (kondisi lingkunan keluarga)
Orang tua yang otoriter akan menghambat perkembangan penyesuaian diri remaja, begitu juga perlindungan orang tua yang berlebihan juga berakibat tidak baik. Perpindahan tempat juga memiliki pengaruh yang kuat.
2)    Sekolah juga memiliki peran / pengaruh yang kuat dalam dalam perkembangan jiwa remaja.
     v      Kutub Keluarga (Rumah Tangga)
Dalam berbagai penelitian yang telah dilakukan, dikemukakan bahwa anak / remaja yang               dibesarkan dalam lingkungan sosial keluarga yang tidak baik / disharmoni keluarga, maka             resiko anak untuk mengalami gangguan kepribadian menjadi berkepribadian antisosial dan             berperilaku menyimpang lebih besar dibandingkan dengan anak / remaja yang dibesarkan              dalam keluarga sehat / harmonis (sakinah).
Kriteria keluarga yang tidak sehat tersebut menurut para ahli, antara lain:
           a. Keluarga tidak utuh (broken home by death, separation, divorce)
           b. Kesibukan orangtua, ketidakberadaan dan ketidakbersamaan orang tua dan anak di             rumah
           c.    Hubungan interpersonal antar anggota keluarga (ayah-ibu-anak) yang tidak baik                  (buruk)
          d. Substitusi ungkapan kasih sayang orangtua kepada anak, dalam bentuk materi dari                   kejiwaan (psikologis).
   
    v      Kutub Sekolah
  Kondisi sekolah yang tidak baik dapat menganggu proses belajar mengajar anak didik,                   yang pada gilirannya dapat memberikan "peluang" pada anak didik untuk berperilaku                       menyimpang. Kondisi sekolah yang tidak baik tersebut, antara lain;    
        a.        Sarana dan prasarana sekolah yang tidak memadai
b.       Kuantitas dan kualitas tenaga guru yang tidak memadai
c.        Kualitas dan kuantitas tenaga non guru yang tidak memadai
d.       Kesejahteraan guru yang tidak memadai
e.        Kurikilum sekolah yang sering berganti-ganti, muatan agama / budi pekerti yang kurang
f.         Lokasi sekolah di daerah rawan, dan lain sebagainya.

v      Kutub Masyarakat (Kondisi Lingkungan Sosial)
Faktor kondisi lingkungan sosial yang tidak sehat atau "rawan", dapat merupakan faktor yang kondusif bagi anak / remaja untuk berperilaku menyimpang. Faktor kutub masyarakat ini dapat dibagi dalam 2 bagian, yaitu pertama, faktor kerawanan masyarakat dan kedua, faktor daerah rawan (gangguan kamtibmas ).

D.     Implikasi Proses Penyesuaian Diri Remaja Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Masa remaja adalah masa dimana seorang remaja mencari jati dirinya. Masa remaja juga disebut masa emas (golden age). Namun, para remaja pada masa perkembangan dihadapkan dengan berbagai masalah, baik eksternal maupun internal. Masalah-masalah yang timbul pada masa remaja harus bisa di pahami oleh seorang pendidik, agar remaja tidak mengalami keterbelakangan mental. Karena remaja yang tidak mendapatkan bimbingan pada masa remaja, mereka akan cenderung melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar norma-norma kehidupan. Pemecahan masalah tersebut bisa di selesaikan dengan mengaitkan masalah-masalah tersebut dengan pena -didikan, baik pendidikan formal atau non-formal.
Masa perkembangan remaja juga ditandai dengan keinginan mengaktualisasikan segala ide pikiran yang dimatangkan selama mengikuti pendidikan. Mereka bersemangat untuk meraih keberhasilan. Oleh karena itu, mereka berlomba dan bersaing dengan orang lain guna membuktikan kemampuannya. Segala daya upaya yang berorientasi untuk mencapai keberhasilan akan selalu ditempuh dan diikuti. Sebab dengan keberhasilan itu, ia akan meningkatkan harkat dan martabat hidup mereka di mata orang lain.
Laju proses perkembangan perilaku dan pribadi remaja dipengaruhi oleh tiga faktor dominan adalah faktor bawaan (heredity), kematangan (maturation), dan ling-kungan (environment): termasuk belajar dan latihan (training and learning). Ketiga faktor dominan utama itu senantiasa bervariasiyang mungkin dapat menguntungkan, menghambat atau membatasi lajunya proses perkembangan tesebut.
Lingkungan sekolah memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa remaja. Sekolah selain mengemban fungsi pengajaran juga fungsi pendidikan (transformasi norma). Dalam kaitannya dengan pendidikan ini, peran sekolah pada hakikatnya tidak jauh dari peran keluarga, yaitu sebagai referensi dan tempat perlindungan jika anak didik mengalami masalah.         
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memperlancar proeses penyesuaian diri remaja khususnya di sekolah adalah:
a)      Menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa "betah" (at home) bagi anak-anak didik, baik secara sosial, fisik maupun akademis.
b)       Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan bagi anak.
c)       Usaha memahami anak didik secara menyeluruh, baik prestasi belajar, sosial, maupun seluruh aspek pribadinya.
d)       Menggunakan metode dan alat mengajar yang menimbulkan gairah belajar.
e)       Menggunakan prosedur evaluasi yang dapat memperbesar motivasi belajar.
f)         Ruang kelas yang memenuhi persyaratan kesehatan.
g)       Peraturan / tata tertib yamg jelas dan dapat dipahami oleh siswa.
h)       Teladan dari para guru dalam hal pendidikan.
i)    Kerja sama dan saling pengertian dari para guru dalam melaksanakan kegiatan pendidikan di sekolah.
j)         Pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan yang sbaik-baiknya.
k)      Situasi kepemimpinan yang penuh saling pengertian dan tanggung jawab baik pada murid maupun pada guru.
l)         Hubungan yang baik dan penuh pengertian antara sekolah dengan orang tua siswa dan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
       A.    Kesimpulan
Manusia tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri, maka penyesuaian diri terhadap lingkungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan membutuhkan proses yamg cukup unik. Penyesuaian diri dapat diartikan adaptasi, konformitas, penguasaan, dan kematangan emosional. Proses penyesuaian diri yang tertuju pada pencapaian keharmonisan antara faktor internal dan eksternal anak sering menimbulkan konflik, tekanan, frustasi, dan berbagai macam perilaku untuk membebaskan diri dari ketegangan.
Kondisi fisik, mental, dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan di mana kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian yang baik atau salah. Selain faktor lingkungan, faktor psikologis, kematangan, kondisi fisik, dan kebudayaan juga mempengaruhi proses penyesuaian diri.
Permasalahan-permasalahan penyesuaian diri yang dihadapi remaja dapat berasal dari suasana psikologis keluarga seperti keretakan keluarga. Selain itu permasalahan-permasalahan penyesuaian akan muncul bagi remaja yang sering pindah tempat tinggal.
Lingkungan sekolah juga memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa remaja. Sekolah selain megemban fungsi pengajaran juga fungsi pendidikan. Di sekolah, guru hendaknya dapat bersikap yang lebih efektif, seperti adil, jujur, menyenangkan dan sebagainya sehingga siswanya akan merasa senang dan aman bersamanya.

        B.     Saran
Menurut kelompok kami seharusnya orang tua memahami kondisi remaja anaknya sehingga orang tua bisa mengarahkan anak remajanya menuju penyesuaian diri yang tepat. Selain itu orang tua juga harus peduli dengan semua faktor berpengaruh pada proses penyesuaian diri remaja.


DAFTAR PUSTAKA

Mulyani, S. 2008. Perkembangan Peserta Didik . Jakarta: Universitas Terbuka.
Anonim. 2013 Penyesuaian Diri Remaja. http://meccunindra.blogspot.com . Diakses pada tanggal 03 Naret 2013 Makasssar.