Catatan Perjalanan Hidup Seorang Pemuda Muslim

Tuesday 28 January 2014

On 06:43 by Unknown in ,    No comments
Safar sesuai sunnah
           
Safar adalah cara untuk berlepas diri dari sesuatu yang ditakuti atau keinginan untuk sampai kepada sesuatu yang diinginkan.
Syekh al utsaimin : “السفر هو مفارقة الوطن “ Safar adalah meninggalkan tempat tinggal atau kampung halaman.
Seseorang tidak akan dikenal pribadinya kecuali jika kita safar bersamanya, karena ketika safar akhlaq dan tabiat seseorang akan muncul, Umar bin Khathab Radhiallahu ‘anhu apabila ada yang ingin merekomendasi seseorang, beliau selalu bertanya : “apakah engkau pernah safar dengannya? Apakah engkau pernah bermu’amalah dengannya? Jika dia mengatakan : “iya” barulah beliau mau menerima.
Safar tidak lepas dari dua tujuan : lari atau mencari
Safar karena lari seperti : karena takut fitnah atau wabah to’un atau pertengkaran dasb
Safar karena mencari, seperti mencari ilmu, harta, kedudukan dsb, sejak zaman shahabat sampai zaman sekarang, ilmu sedikit sekali bisa didapat kecuali dengan cara safar.
Adab-adab safar
1.      disunnahkan memulai safar pada hari kamis
Seyogyanya sesorang apabila safar memilih waktu-waktu yang baik dan mudah, sebagaimana yang dicontohkan oleh nabi Saw, bahwasanya beliau kebanyakan memulai safarnya pada hari kamis, berdasarkan hadist diriwayatkan dari Ka’ab bin malik, berkata “كَانَ يُحِبُّ أَنْ يَخْرُجَ يَوْمَ الْخَمِيسِ
adalah  Rasulullah Saw suka keluar(safar) pada hari Kamis”(Mutaffaq alaihi)
Beliau pernah safar pada hari sabtu, akan tetapi kebanyakan beliau safar pada hari kamis.

2.      memulai berangkat safar ketika pagi hari sekali
Beliau Saw safar ketika pagi hari sekali, sebagaimana diriwayatkan dari sokhr AlGhomidi, berkata “وكان إذا بعث سرية أو جيشا بعثهم من أول النهار “dan Adalah beliau jika mengutus brigade atau pasukan, beliau mengutusnya pada awal siang (Pagi sekali).(HR>Abu daud dan Ahmad).

3.      Dan hendaknya jangan safar sendiri karena Rasulullah Saw bersabda :
لو يعلم الناس ما في الوحدة ما أعلم ما سار راكب بليل وحده “ seandainya orang-oramg tahu akan (bahayanya safar) sendirian, niscaya tidak akan ada yang mau berjalan berkendaraan(safar)sendirian ketika malam”(HR.Bukhori).

4.      Janganlah safar dengan membawa lonceng dan anjing, Rasulullah Saw bersabda :
 لا تصحب الملائكة رفقة فيها كلب ولا جرس “ malaikat tidak akan menemani orang yang ada padanya anjing dan lonceng”(HR.Muslim).

5.      Hendaknya para musafir saling tolong- menolong sebagian kepada sebagian yang lain, Rasulullah Saw bersabda : “من كان معه فضل ظهر فليعد به على من لا ظهر له ومن كان له فضل زاد فليعد به على من لا زاد له
Barang siapa yang memiliki tunggangan yang lebih, maka hendaknya dia memberikan kepada orang yang tidak memiliki tunggangan, dan barangsiapa yang memiliki perbekalan yang lebih hendaknya dia memberikan kepada orang yang tidak mempunyai perbekalan” (Muttafaq ‘Alaihi).

6.      Dimakruhkan untuk safar sendiri, Hendaknya bersafar minimal tiga orang, berdasarkan sabda nabi Saw :
الرَّاكِبُ شَيْطَانٌ وَالرَّاكِبَانِ شَيْطَانَانِ وَالثَّلَاثَةُ رَكْبٌ
Seorang penunggang (safar) ada satu syetan, dua orang penunggang, dua syetan, sedang bertiga itulah tunggangan(safar sebenarnya)”(HR.Malik, Tirmidzi, Abu daud dan Nasaai) 
 .
7.      Memilih seseorang menjadi Amir(pemimpin) didalam safar, berdasarkan sabda Nabi Saw :
إِذَا كَانَ ثَلَاثَةٌ فِي سَفَرٍ فَلْيُؤَمِّرُوا أَحَدَهُمْ
Jika ada tiga orang didalam safar, maka hendaknya menjadi Amir(pemimpin) salah seorang dari mereka”.(HR.Abu daud).

8.      Doa ketika hendak safar,
 Rasulullah ketika hendak berangkat safar beliau bertakbir tiga kali lalu mengucapkan doa :
{ سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ }
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِي سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى وَمِنْ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى اللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ اللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِي السَّفَرِ وَالْخَلِيفَةُ فِي الْأَهْلِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ وَسُوءِ الْمُنْقَلَبِ فِي الْمَالِ وَالْأَهْلِ
 “"Maha Suci Tuhan yang Telah menundukkan semua Ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, “(QS:Zhukhruf:13) ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepadamu didalam safar kami ini, akan kebaikan dan Taqwa dari amal yang engkau ridhoi, Ya Allah mudahkanlah untuk kami, safar kami ini, dan lipatlah kejauhannya untuk kami, Ya Allah..engkaulah pendamping disafar dan pemimpin dikeluarga, Ya Allah..sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari kesulitan safar dan kepudaran pandangan dan  buruknya kembali pada harta dan keluarga.

9.      Disunnahkan ketika perjalanan safar mendaki mengucapkan Takbir ( الله أكبر ) dan ketika turun mengucapkan Tahmid ( سُبْحَانَ الله), sebagaimana hadits yang telah diriwayatkan oleh  Ibnu umar, beliau berkata : “وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَجُيُوشُهُ إِذَا عَلَوْا الثَّنَايَا كَبَّرُوا وَإِذَا هَبَطُوا سَبَّحُوا “  dan adalah Rasulullah Saw dan tentaranya , apabila mereka menaiki lembah, mereka bertakbir, dan apabila mereka turun, mereka bertasbih” (HR.Abu daud).

10.  Disunnahkan mengQhasar shalat yang empat rakaat menjadi 2 rakaat, berdasarkan hadits dari ibnu umar, berkata : “ Aku menemani Rasulullah Saw, dan adalah beliau tidak menambah dalam safarnya lebih dari 2 rakaat, begitupula Abu bakar, umar dan Utsman” (Mutaffaq ‘alaihi)
Beliaupun Saw bersabda : “صَدَقَةٌ تَصَدَّقَ اللَّهُ بِهَا عَلَيْكُمْ فَاقْبَلُوا صَدَقَتَهُ” (Qhasar didalam safar) adalah shadaqah yang Allah berikan kepada kalian, maka terimalah shadaqahnya”(HR.Jamaah, kecuali Bukhori).

11.  Diperbolehkan Shalat diatas kendaraan, kecuali shalat fardhu, berdasarkan riwayat dari jabir bin Abdullah, beliau berkata : “كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي عَلَى رَاحِلَتِهِ حَيْثُ تَوَجَّهَتْ فَإِذَا أَرَادَ الْفَرِيضَةَ نَزَلَ فَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ “  
Adalah rasulullah Saw shalat diatas kendaraanya searah dengan kendaraannya, dan apabila beliau hendak shalt wajib beliah turun dan menghadap Qiblat.”(HR.Bukhori)
Shalat diatas kendaraan yaitu dengan menjadikan ruku’nya dengan merunduk dan sujudnya lebih rendah lagi, berdasarkan hadits Ya’la bin Murrah riwayat Al Imam Ahmad, At-Tirmidzi dan yang lainnya
Dan apabila ia tidak mampu untuk turun dari kendarannya  karena macet atau sebaginya maka boleh baginya melakukan shalat Fardhu di atas kendaraannya.

12.  Dan hendaknya orang yang safar tidak pulang kerumahnya pada waktu malam, berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari anas bin malik, beliau berkata : “adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengetuk(Pintu) keluarganya diwaktu malam, dan beliau tidak masuk kecuali pagi atau petang” (HR.Muslim).

13.  Disunnahkan apabila telah kembali dari safar menyembelih, berdasarkan  hadits dari Jabir bin Abdullah berkata : Ketika beliau tiba dimadinah (dari safar) beliau menyembelih sesembelihan atau unta”(HR.Bukhori)

sumber: http://cahayaquransunnah.blogspot.com/2012/12/safar-sesuai-sunnah.html

0 comments:

Post a Comment