Catatan Perjalanan Hidup Seorang Pemuda Muslim

Wednesday 10 September 2014

On 12:47 by Unknown in    No comments
Memang benar lirik lagu yang mengatakan bahwa masa remaja adalah masa yang paling indah.

Sepercik lirik lagu itu sempat terlintas didepan keningku, dan memaksa pikiran untuk menyorot kembali masa remaja yang pernah lewat didepanku semenjak mengenakan seragam putih abu-abu.

Keindahan masa itu tak ada yang dapat dideskripsikan olehku, hanya sepenggal kisah di akhir cerita yang sempat membuatku merasakan keindahan itu dan mungkin tersipu jika mengingatnya..

Yah, romansa remaja berupa ikatan non permanen sempat menjeratku yang bahkan mengikuti alur perjalanan putih abu-abu ku.

Masa itu tak dapat terdefinisikan melalui untaian karangan atau tetesan curahan pikiran. Namun hanya bisa tergambarkan oleh alunan indah bermelodi simponi sendu.

Ibarat daun hijau yang ditetesi embun pagi dibawah siraman cahaya matahari pagi disamping kicauan burung pagi, masa itu aku rasa merupakan sejarah yang tak akan terlupakan walaupun telah kusesali mengapa skenario ceritanya seperti itu.

Cerita itu aku mulai dari menginjak tahun kedua perjalanan putih abu-abu ku. Pinggir meja belajar dalam ruang kelas adalah tempat pertama kali alur cerita ini berawal.

 Pandangan anak muda membawaku terus memperhatikannya dikarenakan kharisma dan keelokan rupanya.

Yah cucu hawa yang satu ini telah merebut perhatianku yang membuat seluruh cerita indahku berawal disini.

Senyum sipu dan sapaan halus kerap terlontar diantara kami, dan aku rasa mungkin ini yang dilirik semua lagu tentang hubungan spesial - katanya.

Pandangan mematikan itu kini terkonversi pada suatu gejolak lahar gunung dalam hati yang membuat si pemompa berdeguk kencang dan kurasa disinilah saatnya..

Komunikasi kami berawal dari handphone yang kupinjam dari kakakku, yang pada awalnya hanya berkomunikasi tentang lalu lintas tugas.

Rambutnya serata bahu, ikal dan kulitnya putih, tak terlalu tinggi dari pandanganku, itulah gambaran sosok tersebut. Bahkan senyumnya masih terlihat olehku saat aku menulis kembali kisah ini, membayangkan apa yang sedang dia kerjakan sekarang...

Bersamanya, tertulis kronologi cerita kasih yang maha dahsyat, bahkan tak dapat kubayangkan jika di konversi menjadi sebuah novel (mungkin suatu saat nanti aku yang akan menjadi penulisnya) kemudian difilmkan, cerita paling romantis menurutku.

Terpaan badai itu bertemakan cinta segitiga, antara sosok itu, aku dan si dia.

Script cerita aku dan si-dia juga bermula dari kegiatan belajar bersama dalam kelas, yang tak tahu darimana alurnya sehingga membuat aku juga mengisi ceritanya.

Sosok itu dan si-dia merupakan sepasang sahabat kepompong - kupu-kupu yang hampir tak dapat terpisahkan, itulah yang membuat aku mampu dibuat terayuh.

Bermula dari komunikasi pesan singkat melalui alat elektronik, kisah itu terus anggun berjalan tanpa memerhatikan terpaan badai gelisah dan sibuknya laskar putih abu-abu.

Musim berlalu, tibalah suatu waktu dimana sosok itulah yang menjembatani aku untuk memulai hubungan romansa ala remaja dengan si-dia. Kata-kata comblangannya membuat aku bertekuk lutut dan memberikan arah yang salah pada alur ceritaku.

Sosok itu bahkan tak tahu bahwa ada pria dalam kelas itu yang memiliki sudut pandang berbeda dari pria lainnya dalam kelas, yah itu aku.

Seuntai kalimat pesan singkat itu tak kusangka harus keluar dari sang sosok, yang membuat dilema entah mana yang akan kulalui.

yah memang pada saat itu, alur cerita antara aku-sosok itu dan aku-si dia, sama besar beriring berjalannya kisah itu. Sebuah relasi romansa akhirnya resmi kuukir bersama si dia, dan menjadikan sosok itu bak penasehat kami.

Liku-liku kisah itu terus berlalu, dan sampai pada sebuah ujung ketika si dia mengetahui bahwa aku juga memiliki perasaan yang sama dngan sahabatnya, sosok itu.

dan aku baru tahu ternyata sosok itu juga memiliki alur yang sama dengan yang kurasakan.
Betapa tidak, dekatnya aku dan sosok itu teruntai saat menginjak tahun terakhir di sekolah menengah atas itu, mulai dari belajar bersama, jalan kesekolah bersama, joging bersama, sampai pada secarik kisah yang kuanggap sangat romans pada masaku dulu.

Saat itu adalah memasuki masa persiapan ujian akhir yang memaksa kami untuk menambah jam belajar di sekolah. hal itu membuat kami harus menyediakan perbekalan makanan agar kuat sampai sore. Subuh setelah shalat, tanpa ingin mebangunkan orang rumah yang masih asik berpetualang dalam alam mimpi, kutarik sebuah kuali untuk membuat masakan khusus perbekalan disekolah. Walaupun sangat sederhana karena hanya berkomposisi nasi, ikan tumis, mie goreng dan sedikit kerupuk, hidangan itu kukemas dalam sebuah stoples yang dibantu oleh ibu, untuk kemudian di bawah ke sekolah, dan tentunya hidangan itu aku persiapkan khusus untuk sang sosok dalam kisah ini.
Sip, dia menerimanya dengan senyuman walaupun tak habis.
Sempat berdeguk kencang aku saat itu, betapa tidak, itulah pemberianku yang tak pernah kulupakan, bahkan walaupun telah berlalu selama hampir 3 tahun saat aku menulis kembali kisah ini.

Alur ceritanya terus berlanjut, sampai pada sebuah peristiwa percekcokan aku si dia dan sosok itu, yang membuat semuanya menjauh.

Ketika menginjak masa yang membuat kami harus berpisah dengan era putih abu-abu, aku tak henti mendekatkanku terhadap sang sosok. Kudengar bahwa ia harus nganggur 1 tahun untuk mencari arah masa dpannya. yah, cita-citanya telah kuketahui sejak lama, ia ingin berkonsentrasi pada jurusan pendidikan tinggi yang langsung menghasilkan pekerjaan juga buatnya.

Akunnya di media sosial tak pernah lepas dari pantauanku, berharap ada secarik kisah yang dituliskannya kembali, sebagai sinyal bahwa ia mengalami hal yang sama sepertiku.

Kisah ini masih panjang, namun hanya ini yang dapat kutulis ulang dalam laman sempit ini. Banyak momen yang terlewatkan yang tak dapat tertuang.

Bagaikan sebuah kapal, saat-saat kerasnya ombak, sepoinya angin laut sampai rindangnya cahaya bulan, menghiasi cerita ini. Bahkan mungkin seandainya mampu kuulas skeseluruhan skenarionya, butuh 10 postingan paling sedikit.

Kisah ini berakhir disini, ketika kami harus berpisah karena masa depan yang harus kami persiapkan, dimana aku telah menempuh pendidikan di perguruan tinggi yang telah berusia 2 tahun, dan sosok itu sedang menjalani pendidikan kedirgantara-an. 

Namun jika sosok itu tahu, sosok itulah yang telah menggores perjalanan remajaku hingga membuatnya tak bisa hilang hingga sekarang. Seuntai kisah indah selalu tersimpan disini.

Ingin aku melenyapkannya karena aku mulai mengenal tarbiyah yang memang benar tak diperbolehkannya laki-laki berhubungan dengan wanita yang bukan mahramnya.

Namun kisah itu terus meracuni liang bathinku, walaupun kata-kata ini dianggap lebay oleh pembaca, namun itulah kenyataannya.

Aku yang kini seorang aktivis dakwah kampus, juga seorang manusia biasa, yang kisah ini terus membekas dan akhirnya kutuang ulang dalam cerita sendu ini.

Aku sadar perkataan bahwa kita belum mengetahui akan bersama siapa nanti, maka merupakan kodrat jika nantinya sang sosok ditakdirkan bersama yang lain...

Semoga keselamatan dan kesuksesan selalu menyertainya,,,,,

Dan semoga istighfar selalu menyertaiku....

0 comments:

Post a Comment