Monday, 9 February 2015
On 17:03 by Unknown in Top Secret No comments
Sebuah pertempuran besar luput dari
catatan sejarah nasional. Pertempuran tersebut terjadi di desa
Kedongdong, Kecamatan Susukan, Cirebon. Peperangan tersebut terjadi selama 20
tahun (1753-1773), atau tujuh belas tahun sebelum pecahnya perang Diponegoro
atau yang lebih dikenal dengan Perang Jawa.
http://indocropcircles.wordpress.com - Diawali dengan kebijakan pemerintah
kolonial Belanda yang menetapkan pajak dengan nilai tinggi kepada rakyat,
dinilai sebagai kebijakan yang sangat mencekik, karena saat itu rakyat berada
pada kondisi yang miskin dan serba kesulitan.
Kebijakan ini mendapatkan tentangan
yang sangat kuat dari rakyat, khususnya kaum santri. Saat itu mulailah terjadi
perlawanan-perlawanan rakyat terhadap Belanda.
Pergolakan melawan belanda bertambah
hebat, Setelah Pangeran Suryanegara, Putra Mahkota Sultan Kanoman IV menolak
tunduk terhadap perintah kolonial Belanda.
Ia memutuskan untuk keluar dari keraton
dan bergabung bersama rakyat untuk melakukan perlawanan. Di bawah pimpinan sang
pangeran, semangat rakyat semakin membara sehingga pemberontakan sengit terjadi
di mana-mana.
Pasukan Belanda pun semakin terdesak,
mereka mengalami kekalahan perang yang sangat besar, bukan saja kehilangan
ribuan nyawa prajuritnya, tapi juga kerugian sebesar 150.000 Gulden untuk
mendanai perang tersebut.
Dalam keadaan putus asa menghadapi
perlawanan rakyat di bawah pimpinan Pangeran Suryanegara, Belanda pun meminta
tambahan pasukan.
Bahkan Belanda pun meminta bantuan dari
pasukan Portugis yang berada di Malaka, untuk membantu mereka meredam
perlawanan rakyat Cirebon.
Kedatangan enam kapal perang yang
mengangkut bala bantuan pasukan Belanda, yang didukung oleh kekuatan tentara
portugis di Pelabuhan Muara Jati, tidak membuat ciut perlawanan rakyat. Justru
sebaliknya semangat perlawanan mereka semakin menjadi.
Pertempuran besar-besaran terjadi di
Desa Kedongdong Kecamatan Susukan. Dalam pertempuran tersebut ribuan nyawa
melayang, baik di pihak rakyat maupun Belanda.
Setelah menjalani pertempuran selama
dua puluh tahun (1753-1773), akhirnya Belanda sadar bahwa mereka tidak bisa
menghadapi perlawanan rakyat secara frontal.
Merekapun mencari cara untuk
melumpuhkan semangat perlawanan rakyat. Salah satu caranya adalah menangkap
Pangeran Kanoman, karena dibawah kepemimpinan sang pangeran semangat perlawanan
rakyat semakin berkobar.
Akhirnya dengan segala tipu dayanya
yang licik, Belanda dapat menangkap Pangeran Kanoman tersebut. Belanda pun
menahannya di Batavia, kemudian mengasingkannya di Benteng Victoria Ambon.
Pasukan
Cirebon (illustrasi)
Bukan itu saja, Belanda juga mencabut
gelar dan hak kebangsawanan Pangeran Kanoman.
Setelah ditangkapnya sang pangeran,
perlawanan rakyat semakin melemah. Sedikit demi sedikit pasukan Belanda
berhasil menguasai pertempuran.
Walaupun luput dari catatan sejarah
nasional, Perang Kedongdong ternyata memiliki arti tersendiri
bagi Belanda.
Pertempuran yang memakan kerugian besar
bagi Belanda, baik harta maupun nyawa itu, telah ditulis dalam sebuah kisah
naratif oleh seorang prajurit Belanda bernama Van Der Kamp. Tulisan asli Van
Der Kamp saat ini tersimpan di Perpustakaan Nasional Belanda.
Perlawanan yang diberikan oleh Pangeran
Suryanegara beserta rakyat Cirebon dalam Perang Kedongdong, dapat kita
setarakan dengan sengitnya perlawanan yang di berikan oleh Pangeran Diponegoro,
Tuanku Imam Bonjol maupun Cut Nyak Dien.
Karena itu sudah sepantasnya
pertempuran tersebut di catat dalam sejarah sebagai pertempuran yang bersifat
nasional bukan hanya sekedar pertempuran masyarakat lokal. (cirebonis@blogspot
/ edited: IIC).
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Search
Peduli Syam
Kunjungi Ane di Facebook
Popular Posts
Blog Archive
Powered by Blogger.
0 comments:
Post a Comment