Monday, 7 October 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kajian tentang hubungan manusia dan
lingkungannya lebih banyak ditekankan pada tema adaptasi pandangan ini dalam
antropologi mengalami pasang surut pendekatan. Pandangan terakhir tentang pola
hubungan ini mencoba menjelaskan bahwa pola hubungan manusia dan lingkungannya
tidak selalu bertujuan menjaga homeostatis (keseimbangan). Ini bergerak dari
pandangan bahwa walaupun adaptasi tertentu kelihatannya baik untuk jangka waktu
pendek dan bijaksana dimata masyarakat bersangkutan, tetapi dalam jangka waktu
panjang justru terlihat merugikan keseimbangan lingkungan, kesehatan manusia,
bahkan merugikan masa depan satuan sosio-kultural tersebut.
Untuk
memahami perilaku-perilaku responsif seperti ini, dari sudut antropologi harus
juga melihatnya sebagai suatu perangkat proses psikologis yang universal atau
hampir universal sekaligus suatu perangkat respon perilaku baru yang
diadaptasikan pada situasi-situasi dan waktu-waktu tertentu.
Masalah
lain yang menjadi sorotan dalam antropologi adalah perbedaan antara fungsi
pengendalian pada tahapan individu, kelompok dan masyarakat. Pengendalian
kebutuhan-kebutuhan individual dipandang tidak relevan bagi pengendalian sumber
alam oleh kelompok atau masyarakat, karena dalam mengendalikan penggunaan
sumber alam, suatu kelompok atau masyarakat bisa saja menyalahgunakan sumber
alam lainnya. Lagi pula pemanfaatan yang rendah oleh individu bisa
mengakibatkan pemanfaatan yang tinggi oleh kelompok masyarakat atau sebaliknya.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Apakah pengertian Antropologi dan
apasajakah cabang-cabang antropologi serta ruang lingkupnya?
2.
Jelaskan sejarah perkembangan
antropologi !
3.
Jelaskan hubungan antropologi dengan
ilmu-ilmu sosial lainnya !
4.
Apasajakah konsep-konsep anrtopologi
?
5.
Bagaimanakah ketrkaitan antara
antropologi dan pendidikan ?
C.
TUJUAN
1.
Mengetahui pengertian antropologi , cabang-cabang
antropologi serta ruang lingkup antropologi
2.
Mengetahui hubungan antropologi
dengan ilmu-ilmu sosial lainnya.
3.
Mengetahui konsep-konsep
antropologi.
4. Mengetahui
keterkaitan antropologi dan pendidikan.
D. METODE
PENULISAN
Metode
penulisan yang digunakan dalam makalah ini adalah metode pustaka, yakni dengan
bereferensi pada buku-buku bacaan dan juga artikel-artikel dari internet.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
ANTROPOLOGI
a.
Pengertian
Istilah
anrtopologi berasal dari bahasa yunani , asal kata anthropos berarti manusia
dan ligos berarti ilmu. Dengan demikian secara harfiah antropologi berarti
manusia. Para ahli antropologi (antropolog) sering mengemukan bahwa antropologi
merupakan studi tentang umat manusia yang berusaha menyusun generalisasi yang
bermanfaat tentang manusia dan perilakunya dan untuk memperoleh , dan untuk
memperoleh pengertian ataupun pemahaman yang lengkap tentang keanekaragaman
manusia (Haviland 1999:7;koentjaraningrat,1987:1-2).
Defenisi antropologi menurut para
ahli :
·
William A. Havilland: Antropologi adalah studi tentang
umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia
dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang
keanekaragaman manusia.
·
David Hunter: anthropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang
tidak terbatas tentang umat manusia.
·
Koentjaraningrat: Anthropologi adalah ilmu yang
mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
Dari definisi-definisi tersebut,
dapat disusun pengertian sederhana anthropologi, yaitu sebuah ilmu yang
mempelajari tentang segala aspek dari manusia, yang terdiri dari aspek fisik
dan nonfisik berupa warna kulit, bentuk rambut, bentuk mata, kebudayaan, aspek
politik, dan berbagai pengetahuan tentang corak kehidupan lainnya yang
bermanfaat.
Jadi antropologi merupakan ilmu yang berusaha mencapai pengertian atau
pemahaman tentang manusia dengan mempelajari aneka warna bentuk fisik,
masyarakat dan kebudayaannya.
b. Cabang-cabang ilmu antropologi
Secara
garis besar, antropologi memiliki cabang-cabang ilmu yang terdiri dari:
ü Anthropologi Fisik , terdiri dari :
1. Paleoantropologi adalah ilmu yang
mempelajari asal usul manusia dan evolusi manusia dengan meneliti fosil-fosil.
2. Somatologi adalah ilmu yang
mempelajari keberagaman ras manusia dengan mengamati ciri-ciri fisik.
Antropologi
fisik memusatkan perhatiannya pada manusia sebagai organism biologis
yangtekanannya pada upaya melacak evolusi perkembangan manusia dan mempelajari
variasi-variasi biologis dalam species manusia. Sedangkan antropologi budaya
berusahamempelajari manusia berdasarkan kebudayaannya. Dimana kebudayaan dapat
merupakanperaturan-peraturan atau norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.Di
antara ilmu-ilmu social, dan alamiah, antropologi memiliki kedudukan,
tujuan,manfaat yang unik karena bertujuan dan bermanfaat dalam merumuskan
penjelasan-penjelasan tentang perilaku manusia yang didasarkan pada studi atas
semua aspek biologismanusia dan perilakunya di semua masyarakat, konsep
antropologi dan hubungannyadengan ilmu lain
ü Antropologi
Budaya, terdiri
dari :
1. Prehistori
adalah ilmu yang mempelajari sejarah
penyebaran dan perkembangan budaya
manusia mengenal tulisan.
2. Etnolingustik
antrologi adalah ilmu yang mempelajari suku-suku bangsa yang ada di dunia atau
bumi.
3. Etnologi
adalah ilmu yang mempelajari asas kebudayaan manusia didalam kehidupan
masyarakat suku bangsa di seluruh dunia.
4. Etnopsikologi
adalah ilmu yang mempelajari kepribadian bangsa serta peranan individu pada
bangsa dalam proses perubahan adat istiadat dan nilai universal dengan
berpegang pada konsep tertentu.
c.
Ruang lingkup
Antropologi mempunyai dua cabang utama, yaitu antropologi
yang mengkaji evolusi fisik manusia dan adaptasinya terhadap lingkungan yang
berbeda-beda, dan antropologi budaya yang mengkaji baik kebudayaan-kebudayaan
yang masih ada maupun kebudayaan yang sudah punah. Secara umum antropologi
budaya mencakup antropologi bahasa yang mengkaji bentuk-bentuk bahasa,
arkeologi yang mengkaji kebudayaan- kebudayaan yang masih punah,
etnologi yang mengkaji kebudayaan yang masih ada atau kebudayaan yang hidup
yang masih dapat di amati secara langsung.
Antropologi merupakan salah satu cabang ilmu sosial yang
mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Lahir atau muncul berawal
dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat
istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa. Antropologi lebih
memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti
kesatuan masyarakat yang tinggal di daerah yang sama, antropologi mirip seperti
sosiologi tetapi pada sosiologi lebih
menitikberatkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.
Antropologi adalah suatu ilmu yang memahami sifat – sifat
semua jenis manusia secara lebih banyak. Antropologi yang dahulu dibutuhkan
oleh kaum misionaris untuk penyebaran agama Nasrani dan bersamaan dengan itu
berlangsung system penjajahan atas Negara-Negara di luar Eropa, dewasa ini
dibutuhkan bagi kepentingan kemanusiaan yang lebih luas. Studi antropologi
selain untuk kepentingan pengembangan ilmu itu sendiri, di Negara-Negara yang
telah membangun sangat diperlukan bagi pembuatan-pembuatan kebijakan dalam
rangka pembangunan dan pengembangan masyarakat.
Sebagai suatu disiplin ilmu yang sangat luas cakupannya,
maka tidak ada seorang ahli antropologi yang mampu menelaah dan menguasai
antropologi secara sempurna. Demikianlah maka antropologi dipecah – pecah
menjadi beberapa bagian dan para ahli antropologi masing – masing mengkhususkan
diri pada spesialisasi sesuai dengan minat dan kemampuannya untuk mendalami
studi secara mendalam pada bagian – bagian tertentu dalam antropologi. Dengan
demikian, spesialisasi studi antropologi menjadi banyak, sesuai dengan
perkembangan ahli – ahli antropologi dalam mengarahkan studinya untuk lebih
mamahami sifat – sifat dan hajat hidup manusia secara lebih banyak.
B.
SEJARAH PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI
Tahap pertama, antropologi muncul ketika orang pribumi di Asia, Afrika
dan Amerika didatangi oleh orang Eropa. Orang Eropa tertarik kepada orang
pribumi karena kebudayaan orang Eropa sangat berbeda dengan kebudayaan orang
pribumi.
Tahap kedua, antropopologi telah berkembang dengan tujuan utama untuk
mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk mendapat
suatu pengertian tentang tingkat-tingkat kuno dalam sejarah dan evolusi dan
sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
Tahap ketiga, pada fase perkembangan ketiga ini, antroplogi menjadi
suatu ilmu yang praktis, dengan tujuannya adalah mempelajari masyarakat dan
kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa guna kepentingan kolonial dan guna
mendapat suatu pengertian tentang masyarakat masa kini yang kompleks.
Tahap keempat, antropologi mengalami masa perkembangan yang paling luas,
baik mengenai bertambahnya bahan pengetahuan yang jauh lebih teliti maupun
mengenai ketajaman dari metode-metode ilmiahnya. Pada masa perkembangan ini,
antropologi mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan akademis dan tujuan praktis.
Tujuan akademis dari ilmu ini adalah mencapai pengertian
tentang makhluk manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna bentuk
fisiknya, masyarakat serta kebudayaan, sedang tujuan praktis dari
ilmu antropologi adalah mempelajari manusia dalam aneka warna masyarakat
suku bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa itu.
Dari tahap-tahap perkembangan ilmu antropologi tampak bahwa sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang lain ilmu pengetahuan antroplogi pun terus mengalami perkembangan.
Dari tahap-tahap perkembangan ilmu antropologi tampak bahwa sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang lain ilmu pengetahuan antroplogi pun terus mengalami perkembangan.
Pada tahap awal sejarah perkembangannya, antropologi hanya
bersifat deskripsi, kemudian dalam perkembangannya bahasan/ulasan antropologi
disertai penjelasan atas dasar analisis dari interaksi antara manusia dengan
kebudayaannya. Di samping itu, antropologi mempunyai perhatian utama adanya
perbedaan dan persamaan (keanekawarnaan) berbagai manusia (ras) dan budaya di
muka bumi.
C.
HUBUNGAN
ANTROPOLOGI DENGAN ILMU-ILMU SOSIAL LAINNYA
1. Hubungan Antropologi dengan Sosiologi
Objek kajian sosiologi adalah
masyarakat manusia terutama dari sudut hubungan antar manusia dan proses- proses yang timbul dari hubungan manusia dalam
masyarakat.Dalam antropologi budaya mempelajari gambaran tentang perilaku
manusia dan kontekssosial budayanya.
Dalam hal ini masyarakat menjadi kajian pokok sosiologi dan
kebudayaan menjadi kajian pokok antropologi. Hal ini disebabkan hubungan erat
antara kebudayaan dan masyarakat diibaratkan semut dan lebah bermasyarakat,
tetapi tidak berkebudayaan. Sehingga daapt ditarik kesimpulan bahwa masyarakat
lebih mendasar dan merupakan tanah dimana kebudayaan itu tumbuh.
Kebudayaan selalu berbentuk atau bercorak sesuai dengan
masyarakatnya. Menurut Ralph Linton, kata masyarakat menunjuk pada segolongan
manusia yang pandai dan bekerja sama, sedangkan kata kebudayaan menunjuk pada
cara hidup yang khas dari golongan manusia tersebut. Dengan kata lain,
masyarakat merupakan fungsi-fungsi yang asasi dalam hubungan manusia, sedangkan
kebudayaan adalah cara fungsi itu dilaksanakan.
Masyarakat berhubungan dengan susunan dan proses hubungan
antar manusia dan golongan, kebudayaan berhubungan dengan isi corak dengan
hubungan yang ada. Karena itu, keduanya baik masyarakat dan kebudayaan penting
bagi sosiologi dan antropologi. Hanya saja, penekanan antara keduanya berbeda.
Kedua spesialisasi ini sering digabungkan menjadi satuan bagian.
Adapun bidang yang menjadi bahan kajian antara sosiologi dan
antropologi meliputi hal-hal berikut :
Ø Sejarah terjadinya dan perkembangan
manusia sebagai makhluk biologis.
Ø Sejarah terjadinya berbagai bahasa manusia
diseluruh dunia dan penyebarannya.
Ø Masalah terjadinya persebaran dan
perkembangan berbagai kehidupan diseluruh dunia.. Masalah dasar kebudayaan
dalam kehidupan manusia dari suku-suku bangsa yang tersebar dimuka bumi sampai
sekarang.
2.Hubungan Antropologi dengan Sosiologi Psikologi
pada hakikatnya mempan kelajari
perilaku manusia dan proses- prosesmentalnya. Psikologi pun membahas faktor-
faktor penyebab perilaku manusia secara internal, seperti motivasi, minat,
sikap, konsep diri dan lain- lain. Sedangkan dalamantropologi khususnya
antropologi budaya lebih bersifat faktor eksternal yaitu lingkunganfisik,
lingkungan keluarga dan lingkungan sosial dalam arti luas. Kedua unsur itu
salungberinterkai satu sama lain yang menghasilkan suatu kebudayaan melalui
proses belajar.Denagn demikian keduanya memerlukan interaksi yang intens untuk
memahami pola- polabudaya masyarakat terntentu secara bijak.
3.Hubungan Antropologi dengan Ilmu Sejarah
Lebih menyerupai hubungan ilmu
arkeologi dengan antropologi. Antropologi memberi
bahan prehistori sebagai pangkal bagi tiap penulis sejarah dari tiap bangsa
didunia. Selain itu banyak persoalan dalam historiografi dari sejarah suatu
bangsa dapatdipecahkan dengan metode antropologi. Konsep- konsep tentang
kehdupan masyarakatyang dikembangkan oleh antropologi dan ilmu- ilmu sosial
lainnya akan memberi pengertianbanyak kepada seorang ahli sejarah untuk mengisi
latar belakang dari peristiwa politikdalam sejarah yang menjadi objek
penelitiannya. Demikian juga sebaliknya bagi para ahliantropologi jelas
memerlukan sejarah sterutama sekali sejarah dari suku- suku bangsa dalam daerah yang didatanginya.
4.Hubungan Antropologi dengan Ilmu Geografi
Diantara berbagai macam bentuk hidup
di bumi yang berupa flora dan fauna itu,terdapat sefatnya yang beraneska ragam
di muka bumi ini. Disinilah antropologi berusahamenyalami keanekaragaman
manusia jika dilihat dari ras, etnis maupun budayanya.Begitupun sebaliknya
seorang sarjana antropologi sangat memerlukan ilmu geografi karenatidak sedikit
masalah- masalah manusia baik fisik maupun kebudayaannya tidak lepas
daripengaruh lingkungan alamnya.
5.Hubungan Antropologi dengan Ilmu Ekonomi
Kekuatan, proses dan hukum-hukum
ekonomi yang berlaku dalam aktivitas kehidupan ekonominya sangat dipengaruhi
system kemasyarakatan, cara berpikir, pandangan dan sikap hidup dari warga
masyarakat. Seorang ahli ekonomi yang akanmembangun perekonomiannya itu tentu akan
memerlukan bahan komparatif mengenaimisalnya sikap terhadap kerja, sikap
terhadap kekayaan, system gotong royong dansebagainya yang menyangkut bahan
komparatif tentang berbagai unsur dari systemkemasyarakatan. Untuk pengumpulan
keterangan komparatif tersebut ilmu antropolgimemiliki manfaat yang tinggi bagi
seorang ekonom.
6.Hubungan Antropologi dengan Ilmu Politik
Penting halnya jika seorang ahli
ilmu politik harus meneliti ataupun menganalisis kekuatan- kekuatan politik di
Negara- Negara yang sedang berkembang agar dapat memahami latar belakang dan
adat istiadat dari suatu suku bangsa tertentu maka metode analisis antropologi
menjadi penting bagi seorang ahli ilmu politik untuk mendapat pengertian
tentang tingkah laku dari partai politik
yang ditelitinya.
D. KONSEP-KONSEP ANTROPOLOGI
a.
Kebudayaan
ü
Pengertian
Secara umum pengertian kebudayaan
mengacu kepada kumpulan pengetahuan yang secara sosial diwariskan dari satu
generasi ke generasi berikutnya.
Makna itu, kontras dengan pengertian kebudayaan
sehari-hari yang hanya merujuk kepada bagian-bagian tertentu warisan sosial,
yakni tradisi sopan santun dan kesenian.
Masyarakat merupakan suatu penduduk lokal yang bekerja sama
dalam jangka waktu yang lama untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan
kebudayaan merupakan cara hidup dari masyarakat tersebut atau hal-hal yang
mereka pikirkan, rasakan dan kerjakan. Masyarakat mungkin saja memiliki satu
kebudayaan jika masyarakat tersebut kecil, terpisah dan stabil.
ü Isi kebudayaan
Pada dasarnya gejala kebudayaan dapat diklasifikasikan
sebagai kegiatan/aktivitas, gagasan/ide dan artefak yang diperoleh, dipelajari
dan dialami. Kebudayaan dapat diklasifikasikan atas terknologi sebagai
alat-alat yang digunakan, organisasi sosial sebagai kegiatan institusi
kebudayaan dan ideologi yang menjadi pengetahuan atas kebudayaan tersebut.
Kebudayaan merupakan gabungan dari keseluruhan kesatuan yang
ada dan tersusun secara unik sehingga dapat dipahami dan mengingat masyarakat
pembentuknya. Setiap kebudayaan memiliki konfigurasi yang cocok dengan
sikap-sikap dan kepercayaan dasar dari masyarakat, sehingga pada akhirnya
membentuk sistem yang interdependen, dimana koherensinya lebih dapat dirasakan
daripada dipikirkan pembentuknya.
Kebudayaan dapat bersifat sistematis sehingga dapat menjadi
selektif, menciptakan dan menyesuaikan menurut dasar-dasar dari konfigurasi
tertentu. Kebudayaan akan lancar dan berkembang apabila terciptanya suatu
integrasi yang saling berhubungan.
Dalam kebudayaan terdapat subsistem yang paling penting
yaitu foci yang menjadi kumpulan pola perilaku yang menyerap banyak waktu dan
tenaga. Apabila suatu kebudayaan makin terintegrasi maka fokus tersebut akan
makin berkuasa terhadap pola perilaku dan makin berhubungan fokus tersebut satu
dengan yang lainnya dan begitu pula sebaliknya.
Kebudayaan akan rusak dan bahkan bisa hancur apabila
perubahan yang terjadi terlalu dipaksakan, sehingga tidak sesuai dengan keadaan
masyarakat tempat kebudayaan tersebut berkembang. Perubahan tersebut didorong
oleh adanya tingkat integrasi yang tinggi dalam kebudayaan. Apabila tidak
terintegrasi maka kebudayaan tersebut akan mudah menyerap serangkaian inovasi
sehingga dapat menghancurkan kebudayaan itu sendiri.
ü Sifat kebudayaan
Kebudayaan yang berkembang pada
masyarakat memiliki sifat seperti:
Ø Bersifat organik dan superorganik
karena berakar pada organ manusia dan juga karena kebudayaan terus hidup
melampaui generasi tertentu.
Ø Bersifat terlihat (overt) dan
tersembunyi (covert) terlihat dalam tindakan dan benda, serta bersifat tersembunyi
dalam aspek yang mesti diintegrasikan oleh tiap anggotanya.
Ø Bersifat eksplisit dan implisit
berupa tindakan yang tergambar langsung oleh orang yang melaksanakannya dan
hal-hal yang dianggap telah diketahui dan hal-hal tersebut tidak dapat diterangkan.
Ø Bersifat ideal dan manifest berupa
tindakan yang harus dilakukannya serta tindakan-tindakan yang aktual.
Ø Bersifat stabil dan berubah yang
diukur melalui elemen-elemen yang relatif stabil dan stabilitas terhadap elemen
budaya.
ü Teori-teori kebudayaan , yaitu :
1)
Superorganik
Kebudayaan adalah realitas super dan ada di atas dan di luar
pendukung individualnya dan kebudayaan memiliki hukum-hukumnya sendiri. Inti
pandangan superorganik adalah kebudayaan merupakan sebuah kenyataan sui
generis, karena itu mesti dijelaskan dengan hukum-hukumnya sendiri.
Kebudayaan tidak mungkin diterangkan dengan menggunakan
sumbernya sebagaimana sebuah molekul dimengerti hanya dengan jumlah
atom-atomnya, sumber-sumber bisa menjelaskan bagaimana kebudayaan muncul, tetapi
bukan kebudayaan itu sendiri. Kebudayaan lebih daripada hasil kekuatan-kekuatan
sosial dan ekonomi dan kebudayaan merupakan realitas yang menyebabkannya
mungkin ada.
Pandangan superorganik mempunyai implikasi terhadap
pendidikan. Yang pertama adalah bahwa pendidikan ialah sebuah proses mengontrol
manusia dan membentuknya sesuai dengan tujuan kebudayaan. Kebijakan pendidikan
ditentukan oleh individu-individu, tetapi individu-individu hanya alat melalui
mana kekuatan-kekuatan budaya mencapai tujuannya. Jika kebudayaan menentukan
perilaku anggota-anggotanya, kurikulum mesti dikembangkan atas kajian langsung
dari keadaan kebudayaan sekarang dan masa depan.
Pandangan superorganik juga berimplikasi pada pengawasan
pendidikan yang ketat dari pemerintah untuk menjamin bahwa guru-guru menanamkan
dalam diri generasi muda atas gagasan-gagasan, sikap-sikap dan
keterampilan-keterampilan yang perlu bagi kelanjutan kebudayaan.
2)
Konseptualis
Kebudayaan adalah sebuah konsep yang digunakan antropolog
untuk menghimpun/menyatukan serangkaian fakta-fakta yang terpisah-pisah.
Menurut kaum konseptualis, pada akhirnya semua kebudayaan mesti diterangkan
secara sosial psikologis. Kebudayaan bukan dihasilkan dari kekuatan super human
karena kebudayaan mendapatkan semua kualitas dari kepribadian dan interaksi
dari kepribadian.
Pengikut konseptualis setuju bila anak-anak harus
mempelajari warisan budaya sesuai dengan perhatiannya. Melalui pengalamannya
sendiri dengan mengetes pengalaman belajarnya dan orang lain bila mendapat pandangan
dan hal yang objektif mengenai kebudayaan.
3)
Realis
Kebudayaan adalah kedua-duanya, yaitu sebuah konsep dan
entitas empiris. Kebudayaan adalah konsep dimana ia bangunan dari Antropologi
dan kebudayaan sebuah entitas empiris yang menunjukkan cara mengorganisir
fenomena-fenomena.
Beberapa antropolog mempertahankan bahwa kebudayaan
merupakan konsep dan realita yang berbentuk konstruk, bukan sebagai satu
entitas yang bisa diamati tapi nyata karena tidak berbeda dalam mengamatinya.
Menurut kaum realis terhadap pendidikan adalah dengan
menanamkan pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan tertentu yang dipilih
kebudayaan maka sistem pendidikan akan melatih individu untuk merubah
kebudayaannya.
b.
Evolusi
Secara sederhana , konsep evolusi
mengacu pada sebuah transformasi yang berlangsung secara bertahap. Dalam
pandangan antrpolog, istilah evolusi merupakan gagasan bahwa bentuk-bentuk
kehidupan berkembang dari suatu bentuk, ke bentuk lain melalui mata
rantaitransformasi dan modifikasi yang tak pernah putus, pada umumnya diterima
sebagai awallandasan berpikir mereka.
c.
Daerah budaya (Culture area)
Suatu daerah kebudayaan pada mulanya
berkaitan dengan pertumbuhankebudayaan yang menyebabkan timbulnya unsur-unsur
baru yang akan mendesak unsurlama ke arah pinggir, sekeliling daerah pusat
pertumbuhan tersebut. Oleh karena itu, jikapeneliti ingin memperoleh unsure
budaya kuno, maka tempat untuk mendapatkannyaadalah daerah-daerah pinggir yang
dikenal dengan maginal survival.
d.
Enkulturasi
Konsep enkulturasi, memiliki hakikat
bahwa setiap orang sejak kecil sampai tuamelakukan proses pembelajaran
kebudayaan, mengingat manusia sebagai makhluk yangdianugerhi kemampan untuk
berpikir, dn bernalar sangat memungkinkan untuk setiapwaktu meningkatkan
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotornya.
e.
Difusi
Proses penyebaran unsur-unsur
kebudayaan secara meluas, sehingga melewatibatas tempat dimana kebudayaan itu
timbul. Dalam proses difusi ini erat kaitannya dengan konsep inovasi.
f.
Aklturasi
Akulturasi adalah proses pertukaran
ataupun saling mempengaruhi dari sutukebudayaan asing yang berbeda sifatnya
sehingga nsur-unsur asing tersebut, lambat laundiakomodasikan dan
diintregasikan ke dalam kebudayaan itu sendiri, tanpa kehilangan
kepribadiannya.
g.
Etnosentrisme
Etnosentrisme
yaitu, pemikiran yang enganap bahwa kebudayaan dirinya adalahsuperior(Lebih
baik dan lebih segalanya) daripada semua budaya yang lain.
Etnosentrismemerupakan penghambat ketiga dalam keterampilan komunikasi
intercultural setelahkecemasan dan pengumpamaan persamaan sebagai perbedaan.
h.
Tradisi
Tradisi adalah suatu pola perilaku
atau kepercayaan yang telah menjadi bagiandari suatu budaya yang telah lama
dikenal segingga menjadi adat istiadat dan kepercayaansecara turun temurun.
i.
Ras dan etnik
Ras adalah sekelompok orang yang
memiliki sejumlah ciri biologi(fisik) tertentu atau suatu populasi yang
memiliki suatu persamaan dalam sejumlah unsurbiologi atau fisik ras yang
disebabkan oleh faktor hereditas atau keturunan. Sedangkankajian etnik lebih
menekankan sebagai klompok sosial bagain dari ras yang memiliki ciri-ciribudaya
yang sifatnya unik.
j.
Stereotik
Istilah yng berasal dari bahasa
Yunani yaitu stereos yang berarti solid dan tuposyang berarti citra atau kesan.
Suatu stereotik mulanya adalah sesuatu rencana cetakan yangbegitu terbentuk
sulit diubah. Lippman (1922) mengemukakan bahwa stereotik merupakanfungsi
penting dari penyederhanaan kognitif yang berguna untuk mengelola realitas
ekonomi dimana tanpa penyederhanaan maka realitas tersebut menjadi sangat
kompleks
k.
Kekerabatan
Istilah kekerabatan merupakan konsep
inti dalam antropologi. Konsepkekerabatan tersebut merujuk kepada tipologi
klasifikasi kerabat menurut pendudukberdasarkan aturan- aturan keturunan dan
aturan perkawinan. Radcliffe-Brownberpandangan bahwa system kekerabatan yang
lebih luas dibangun dibangun diatas pondasi keluarga namun bila keluarga secara
universal bersifat bilateral-ikatan ibu danayah- kebanyakan masyarakat lebih
menyukai satu sisi dalam keluarga untuk tujuan- tujuanpublic sebab fungsi utama
keturunan adalah untuk meregulasi transmisi dan kepemilikandan hak masyarakat
dari generasi ke generasi.
l.
Magis
Merupakan ilmu pseudo dan slaah satu
khayalan yang paling merusak yangpernah menggerogoti manusia.Magis juga
merupakan penerapan yang salah pada duniamateriil dari hukum pikiran dengan
maksud untuk mendukung system palsu dari hukumalam.
m.
Tabu
Istilah tabu berasal dari polinesia
yang berarti terlarang. Secara spesifik apa yang dikatakan terlarang adalah
persentuhan antara hal- hal duniawi dengan hal yang keramat,termasuk yang suci
dan yang cemar (mayat)
n.
Perkawinan
Secara umum konsep perkawinan
tersebut mengacu pada proses formal pemaduan hubungan dua individu yang berbeda
jenis yang dilakukan secara ceremonial simbolis dan makin dikarakterisasi oleh
adanya kesederajatan, kerukunan dan kebersamaan dalam memulai hidup baru dalam
hidup berpasangan.
E.
OBJEK STUDI DAN PENGAMATAN
ANTROPOLOGI
Objek studi antropologi dapat dipilah
menjadi dua, yaitu objek material dan objek formal. Objek material
adalah sasaran yang menjadi perhatian dalam penyelidikan. Mengingat lingkup
pelajaran antropologi manusia dan budaya, maka sasaran penyelidikan sebagai
objek material sangat luas. Sasaran penyelidikan yang banyak
tersebut pada umumnya juga menjadi sasaran penyelidikan ilmu pengetahuan sosial
lainnya: maka objek formallah yang membedakan ciri ilmu pengetahuan antropologi
dengan yang lain. Yang dimaksud objek formal adalah cara pendekatan dalam
penyelidikan terhadap objek yang sedang menjadi pusat perhatiannya.
Ada tiga cara pendekatan dalam
ilmu antropologi, yaitu:
Pertama, pengumpulan fakta. Dalam pengumpulan
fakta di sini terdiri dari berbagai metode observasi, mencatat, mengolah dan
melukiskan fakta-fakta yang terjadi dalam masyarakat hidup. Sedangkan
metode-metode pengumpulan fakta dalam ilmu ini adalah penelitian di lapangan
(utama), dan penelitian perpustakaan.
Kedua, penentuan ciri-ciri umum dan
sistem.
Hal ini adalah tingkat dalam cara berpikir ilmiah yang bertujuan untuk
menentukan ciri-ciri umum dan sistem dalam himpunan fakta yang dikumpulkan
dalam suatu penelitian. Adapun ilmu antropologi yang bekerja dengan bahan
berupa fakta-fakta yang berasal dari sebanyak mungkin macam masyarakat dan
kebudayaan dari seluruh dunia, dalam hal mencari ciri-ciri umum di antara aneka
warna fakta masyarakat itu harus mempergunakan berbagai metode membandingkan
atau metode komparatif. Adapun metode komparatif itu biasanya dimulai dengan
metode klasifikasi.
Ketiga, verifikasi. Dalam kaitan ini, ilmu antropologi
menggunakan metode verifikasi yang bersifat kualitatif. Dengan mempergunakan
metode kualitatif, ilmu ini mencoba memperkuat pengertiannya dengan menerapkan
pengertian itu dalam kenyataan beberapa masyarakat yang hidup, tetapi dengan
cara mengkhusus dan mendalam.
F. ANTROPOLOGI
DAN PENDIDIKAN
Antropologi adalah suatu ilmu yang memahami sifat-sifat
semua jenis manusia secara lebih banyak. Antropologi yang dahulu dibutuhkan
oleh kaum misionaris untuk penyebaran agama nasrani dan bersamaan dengan itu berlangsung
sistem penjajahan atas negara-negara di luar eropa, dewasa ini dibutuhkan bagi
kepentingan kemanusiaan yang lebih luas. Studi antropologi selain untuk
kepentingan pengembangan ilmu itu sendiri, di negara-negara yang sedang
membangun sangat diperlukan bagi pembuatan-pembuatan kebijakan dalam rangka
pembangunan dan pengembangan masyarakat.
Sebagai suatu disiplin ilmu yang sangat luas cakupannya, maka tidak ada seorang ahli antropologi yang mampu menelaah dan menguasai antropologi secara sempurna.
Sebagai suatu disiplin ilmu yang sangat luas cakupannya, maka tidak ada seorang ahli antropologi yang mampu menelaah dan menguasai antropologi secara sempurna.
Demikianlah maka antropologi dipecah-pecah menjadi beberapa
bagian dan para ahli antropologi masing-masing mengkhususkan diri pada
spesialisasi sesuai dengan minat dan kemampuannya untuk mendalami studi secara
mendalam pada bagian-bagian tertentu dalam antropologi. Dengan demikian,
spesialisasi studi antropologi menjadi banyak, sesuai dengan perkembangan
ahli-ahli antropologi dalam mengarahkan studinya untuk lebih mamahami
sifat-sifat dan hajat hidup manusia secara lebih banyak.
Antropologi secara garis besar dipecah menjadi 2 bagian,
yaitu antropologi fisik/biologi dan antropologi budaya. Tetapi dalam pecahan
antropologi budaya, terpecah – pecah lagi menjadi banyak sehingga menjadi
spesialisasi – spesialisasi, termasuk Antropologi Pendidikan. Seperti halnya
kajian antropologi pada umumnya, antropologi pendidikan berusaha menyusun
generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya dalam rangka
memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia khususnya
dalam dunia pendidikan. Studi antropologi pendidikan adalah spesialisasi
termuda dalam antropologi.
Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses
pembelajaran, pemberian pengetahuan, keterampilan dan sikap melalui pikiran,
karakter serta kapasitas fisik dengan menggunakan pranata-pranata agar tujuan
yang ingin dicapai dapat dipenuhi. Pendidikan dapat diperoleh melalui lembaga
formal dan informal. Penyampaian kebudayaan melalui lembaga informal tersebut
dilakukan melalui enkulturasi semenjak kecil di dalam lingkungan keluarganya.
Dalam masyarakat yang sangat kompleks, terspesialisasi dan berubah cepat,
pendidikan memiliki fungsi yang sangat besar dalam memahami kebudayaan sebagai
satu keseluruhan.
Dengan makin cepatnya perubahan kebudayaan, maka makin
banyak diperlukan waktu untuk memahami kebudayaannya sendiri. Hal ini membuat
kebudayaan di masa depan tidak dapat diramalkan secara pasti, sehingga dalam
mempelajari kebudayaan baru diperlukan metode baru untuk mempelajarinya. Dalam
hal ini pendidik dan antropolog harus saling bekerja sama, dimana keduanya
sama-sama memiliki peran yang penting dan saling berhubungan. Pendidikan
bersifat konservatif yang bertujuan mengekalkan hasil-hasil prestasi
kebudayaan, yang dilakukan oleh pemuda-pemudi sehinga dapat menyesuaikan diri
pada kejadian-kejadian yang dapat diantisipasikan di dalam dan diluar
kebudayaan serta merintis jalan untuk melakukan perubahan terhadap kebudayaan.
G.D. Spindler berpendirian bahwa kontribusi utama yang bisa
diberikan antropologi terhadap pendidikan adalah menghimpun sejumlah
pengetahuan empiris yang sudah diverifikasikan dengan menganalisa aspek-aspek
proses pendidikan yang berbeda-beda dalam lingkungan social budayanya. Teori
khusus dan percobaan yang terpisah tidak akan menghasilkan disiplin antropologi
pendidikan. Pada dasarnya, antropologi pendidikan mestilah merupakan sebuah
kajian sistematik, tidak hanya mengenai praktek pendidikan dalam prespektif
budaya, tetapi juga tentang asumsi yang dipakai antropolog terhadap pendidikan
dan asumsi yang dicerminkan oleh praktek-praktek pendidikan.(Imran Manan, 1989)
Dengan mempelajari metode pendidikan kebudayaan maka
antropologi bermanfaat bagi pendidikan. Hal ini disebabkan karena kebudayaan
yang ada dan berkembang dalam masyarakat bersifat unik dan sukar untuk
dibandingkan. Setiap penyelidikan yang dilakukan oleh para ilmuwan akan
memberikan sumbangan yang berharga dan mempengaruhi pendidikan.
Antropologi pendidikan dihasilkan melalui teori khusus dan
percobaan yang terpisah dengan kajian yang sistematis mengenai praktek pendidikan
dalam prespektif budaya, sehingga antropolog menyimpulkan bahwa sekolah
merupakan sebuah benda budaya yang menjadi skema nilai-nilai dalam membimbing
masyarakat.
Pendekatan dan teori antropologi pendidikan dapat dilihat
dari dua kategori. Pertama, pendekatan teori antopologi pendidikan yang
bersumber dari antropologi budaya yang ditujukan bagi perubahan social budaya. Kedua,
pendekatan teori pendidikan yang bersumber dari filsafat.
Teori antropologi pendidikan yang diorientasikan pada
perubahan social budaya dikategorikan menjadi empat orientasi:
a.
Orientasi teoritik yang focus
perhatiannya kepada keseimbangan secara statis. Teori ini merupakan bagian dari
teori-teori evolusi dan sejarah.
b.
Orientasi teori yang memandang
adanya keseimbangan budaya secara dinamis. Teori ini yang menjadi penyempurna
teori sebelumnya, yakni orientasi adaptasi dan tekno-ekonomi yang menjadi
andalanya
c.
Orientasi teori yang melihat adanya
pertentangan budaya yang statis, dimana sumber teori dating dari rumpun teori
structural.
d.
Orientasi teori yang bermuatan
pertentangan budaya yang bersifat global atas gejala interdependensi antar
Negara, dimana teori multicultural termasuk didalamnya.
Namun ada kalanya sejumlah metode mengajar kurang efektif
dari media pendidikan sehingga sangat berlawanan dengan data yang didapat di
lapangan oleh para antropolog. Tugas para pendidik bukan hanya mengeksploitasi
nilai kebudayaan namun menatanya dan menghubungkannya
dengan pemikiran dan praktek pendidikan sebagai satu keseluruhan.
Dalam konteks transmisi kebudayaan, diperlukan piranti
tertentu. Piranti ini adalah berbagai institusi social, baik pada lingkungan
keluarga, masyarakat, lembaga pendidikan sekolah dan juga media masa sebagai
penyalur informasi.
a.
Lingkungan Pendidikan Keluarga
Lingkungan keluarga adalah unit social terkecil yang
memiliki peran penting dalam internalisasi. Proses identifikasi dalam keluarga
menjadikan seorang anak dapat mengenal keseluruhan anggota keluarganya, baik
saudara terdekat maupun saudara jauh. Seorang ayah yang berperan sebagai kepala
keluarga dikenalnya melalui tindakan-tindakannya. Demikian pun kegiatan ayah
dalam pekerjaan sehari-hari memungkinkan terjadinya identifikasi (bentuk
peniruan) oleh anak-anaknya. Upaya peniruan yang pada mulanya dilakukan sambil
lalu ini, secara perlahan akan menjadi bagian dalam transmisi buadaya. Para
orang tua berfungsi sebagai nara sumber utama.
Secara tersirat budaya belajar dari peniruan, baik secara
individual maupun kelompok memungkinkan terjadinya pemahaman utuh antar genersi
(orang tua versus anak). Lingkungan keluarga menjadi salah satu focus
kajian antropologi pendidikan. Terutama mengenai system kebudayaan. Di dalam
keluarga itulah suatu generasi dilahirkan dan dibesarkan. Mereka mendapat
pelajaran pertama kali, apalagi bagi masyarakat yang belum mengenal dan
menciptakan lingkungan pendidikan formal. Dalam lingkungan keluarga terdapat
tiga fungsi utama dalam keluarga, yaitu:
ü fungsi seksual.
ü fungsi ekonomi
ü fungsi edukasi.
Fungsi eduksi berkaitan dengan pewarisan budaya. Keluarga
bukan hanya sebagai tempat melahirkan anak, tetapi sekaligus sebagai tempat
membesarkannya. Anak dalam lingkungan keluarga belajar berbahasa, mengumpulkan
berbagai pengertian serta belajar menggunakan nilai yang berlaku dalam
kebudayaan. Dengan demikian, keluarga berfungsi meneruskan nilai budaya yang
dimilikinya. Suasana edukasi berlangsung penuh kasih sayang, keakraban dan
penuh tanggung jawab. Dengan kata lain kegiatan edukasi dilakukan secara
terus-menerus dengan berbagai cara baik.
Inti dari proses pewarisan budaya dalam keluarga
adalah terjadinya interaksi penuh makna dalam suasana informal. Proses
pewarisan budaya di lingkungan keluarga telah banyak mendapat perhatian
antropolog. Seperti yang dilakukan oleh Margaret Mead, yang meneliti adat
istiadat pengasuhan anak-anak di masyarakat Manus (sebelah utara irian).
Bersama F. Cooke Mac Gregor. Med mengadakan penelitian tentang gerak-gerak
tubuh anak-anak Bali, yang kemudian hasilnya dibukukan dengan judul Growth
and Culture (1951).
b.
Lingkungan Pendidikan Masyarakat
J.P Gillin (1951) mengartikan masyarakat sebagai sekelompok
manusia yang tersebar, dan yang memiliki kebiasaan, tradisi, sikap dan peranan
untuk hidup bersama. Masyarakat terdiri atas kesatuan-kesatuan yang paling
kecil. Pada prinsipnya suatu masyarakat terwujud apabila diantara kelompok
individu tersebut telah lama melakukan kerja sama serta hidup bersama secara
menetap. System perwarisan budaya lewat lingkungan masyarakat berlangsung dalam
berbagai pranata social, diantaranya pemilihan hak milik, perkawinan, religi,
system hokum, system kekerabatan, dan system edukasi. Sebagai suatu komunitas
yang lebih luas, masyarakat memiliki struktur.
Pewarisan budaya menjadi tugasbersama bagi seluruh anggota masyarakat di
lingkungannya. Bila seorang anak melakukan hubungan pertemanan, maka hubungan
atau interaksi social itu menunjukan hubungan yang lebih luas. Mereka akan
menerima berbagai pembelajaran nilai dan norma, memperlakukan orang lain,
menghormati orang yang lebih tua, dan sebagainya. Mereka juga menyerap berbagai
pengetahuan dari lingkungan, mendapatkan bimbingan, dan nilai-nilai lain yang
berkembang pada masyarakatnya. Pada saat anak melakukan kekeliruan, maka
anggota masyarakat lainnya akan memberikan nasihat atau koreksi terhadap
perilakunya yang tidak sesuai tersebut. Demikian selanjutnya seorang anak
diberi pelajaran dan bimbingan oleh anggota masyarakat lainnya.
c.
Lingkungan Pendidikan sekolah
Sekolah adalah institusi yang diciptakan oleh masyarakat
yang berfungsi untuk melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran tidak hanya
menyampaikan pengetahuan saja yang berupa latihan untuk kecerdasan, melainkan
untuk menghaluskan moral dan menjadikan akhlak yang baik. Sekolah dalam
masyarakat dikategorikan sebagai pendidikan formal. Pada dasarnya lembaga
sekolah berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat dibidang
pembelajaran. Kebutuhan masyarakat tentang pembelajaran semakin hari semakin
banyak. Oleh karena itu, sekolah pada dasarnya menyiapkan dan membekali peserta
didik untuk kehidupan di masa yang akan datang.
d.
Lingkungan Pendidikan Media Massa
Media massa adalah bagian dalam masyarakat yang bertugas
menyebarluaskan berita, opini, pengetahuan dan sebagainya. Sifat media massa
adalah mencari dan mengolah bahan pemberitaan yang actual, menarik perhatian,
dan menyangkut kepentingan bersama. Berdasarkan sifatnya, media massa berfungsi
sebagai control social terhadap segala bentuk penyimpangan dari nilai, norma,
dan aturan yang berlaku di masyarakat. Dengan pemberitaan yang baik dan benar
masyarakat menjadi tahu terhadap setiap peristiwa yang terjadi di lingkungan
sekitar.
Salah satu fungsi media massa adalah fungsi pendidikan bagi masyarakat.
Banyaknya informasi yang diberikan, baik berupa pendapat-pendapat, masalah
social budaya secara langsung maupun tidak dapat memperluas wawasan para
pembacanya. Melalui media massa terjalin hubungan atau kontak social secara
tidak langsung antar anggota masyarakat. Keseluruhan itu menunjukan besarnya
peran media massa dalam proses transformasi budaya bagi seluruh anggota
masyarakat.
G.
KONSEP BUDAYA BELAJAR PENDIDIKAN
ANTROPOLOGI
Budaya atau kebudayaan tidak hanya berupa fenomena yang
berwujud material semata, baik yang berupa benda, tindakan ataupun emosi,
melainkan sesuatu yang abstrak yang terdapat dalam pikiran manusia, yaitu
berupa model system pengetahuan manusia yang digunakan oleh pemiliknya untuk
menafsirkan benda, tindakan dan emosi (Geodenough dalam Spradley, 1972).
Tegasnya kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai
makhluk sosio budaya yang digunakan untuk memahami dan menginterpretasikan pengalaman,
lingkungannya yang menjadi kerangka landasan untuk menciptakan dan mendorong
terwujudnya kelakuan (Suparlan: 1980). Berdasarkan konsep tersebut, maka budaya
belajar juga dipandang sebagai model-model pengetahuan manusia mengenai belajar
yang digunakan oleh individu atau kelompok social untuk menafsirkan benda,
tindakan dan emosi dalam lingkungannya.
Cara pandang budaya belajar sebagai system pengetahuan
mengisyaratkan bahwa, budaya belajar merupakan “pola kelakuan manusia yang
berfungsi sebagai blueprint (pedoman hidup) yang dianut secara bersama”
(Keesing & Keesing, 1971). Sebagai sebuah pedoman, budaya belajar digunakan
untuk memahami dan menginterpretasi lingkungan dan pengalamannya, yang dapat
menciptakan dan mendorong individu-individu bersangkutan melakukan berbagai
macam tindakan dan pola tindakan yang sesuai dengan kerangka aturan yang telah
digariskan bersama.
Budaya belajar dapat menjadi piranti proses adaptasi manusia
dengan lingkungannya, baik berupa lingkungan fisik maupun lingkungan social.
System pengetahuan belajar digunakan untuk adaptasi dalam kerangka memenuhi
tiga syarat kebutuhan hidup, yakni:
1)
Syarat
dasar alamiah,
yang berupa kebutuhan biologis, seperti pemenuhan kebutuhan makan, minum,
menjaga stamina, menjadikan organ-organ tubuh manusia lebih berfungsi
2)
Syarat
kejiwaan,
yakni pemenuhan kebutuhan akan perasaan tenang, jauh dari perasaan takut,
keterkucilan, kegelisahan dan berbagai kebutuhan kejiwaan lainnya
3)
Syarat
dasar social, yakni
kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain, dapat melangsungkan hubungan,
dapat mempelajari kebudayaan, dapat mempertahankan diri dari serangan musuh.
(Suparlan, 1980, Bennet, 1976: 172)
Lebih lanjut Bunnet (1976) menjelaskan, bahwa adaptasi
adalah upaya menyesuaikan dalam arti ganda, yakni manusia belajar menyesuaikan
kehidupan dengan lingkungannya, atau sebaliknya manusia belajar agar lingkungan
yang dihadapi dapat disesuaikan dengan keinginan dan tujuannya. Pada
kenyataannya manusia memang tidak hanya sekedar menerima lingkungan dengan apa
adanya, melainkan belajar untuk menanggapi bergabai masalah yang ada di
lingkungannya. Oleh karena itu, pada suatu lingkungan masyarakat terdapat ragam
bentuk tindakan belajar individu atau kelompok yang pada dasarnya terdorong oleh
sikap adaptif mereka. Upaya manusia melakukan belajar menyesuaikan dengan
lingkungannya senantiasa berhubungan dengan pranata social, psikologis, ekonomi
dan juga fisik nya. (Montagu, 1969, Smith, 1982: 85-S89).
Dalam kaitannya itu, maka budaya belajar dapat dipandang
juga sebagai strategi adaptasi yang berupa model-model pengetahuan belajar yang
mencakup serangkaian aturan, petunjuk, resep-resep, rencana, strategi yang
dimiliki dan digunakan oleh individu pembelajar untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya(spradley, 1972). Resep-resep tersebut berisikan pengetahuan
belajar yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi tujuan-tujuan dan tata cara
yang digunakan untuk mencapai tujuan dengan sebaik-baiknya.
Pendidikan sebagai pranata social selalu berbeda dalam
tatanan system social masyarakat pendukungnya, yang memiliki kedudukan penting
yang relative sama dengan pranata keluarga, agama dan pemerintahan dalam
menentukan tata kelakuan seseorang dan kelompok. Oleh karena itu kepribadian
seseorang adalah produk dari budaya masyarakat pendukung kebudayaan itu.
H.
APLIKASI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI BAGI PENDIDIKAN
MULTIKULTURAN
Bagi pendidik persoalan pendidikan
multicultural merupakan sesuatu yang sensitive dalam pengertian isu yang
kompleks dan unik yang mesti diantisipasi. Dalam kaitannya dengan menumbuhkan
kesadaran terhadap keberagaman ini, secara dini harus terjadi suasana saling
memahami melalui interaksi yang bermakna anatr satu dengan yang lainnya. Dengan
memperhatikan keragaman sebagai bagian dari lingkungan dan perilaku yang
dibentuk oleh budaya, maka pembelajaran seyogyanya berpusat pada keragaman
latar sosiobudaya.
Berdasarkan pandangan ini, beberapa
prinsip yang perlu diperhatikan oleh seorang pendidik antara lain:
1. Penyelenggaraan pendidikan bertumpu
pada kesadaran adanya keberagaman
2. Memahami dan mengenai pengalaman
setiap individu peserta didik berdasarkan pada etnis dan keturunan, dst.
3. Orientasi pelayanan bertolak dari
kondisi keberagaman menuju keberasamaa.
4. Kiat mempromosikan perbedaan yang
ditujukan untuk membangun kesamaan dan tidak memperbesar perbedaan.
5. Memahami peran organisasi termasuk
pengusaha dan profesi sebagai sumber belajar potensial dalam pelaksanaan dan
peningkatkan proses pembelajaran, pendidikan dan pelatihan.
Pendidikan multicultural tidak hanya
dimaksudkan memberikan akses kepada kelompok etnik dan minoritas untuk
memperoleh akses pendidikan secara baik. Tetapi menciptakan interaksi antara
individu dari kelompok tersebut agar tercipta harmoni kehidupan dalam
masyarakat plural. Melalui pendekatan pendidikan multicultural akan tercipta :
a.
Saling memahami perbedaan
sosiobudaya.
b. Menciptakan harmoni kehidupan dalam
suasana berbeda budaya, sebab kesadaran bagaimana mengelola keragaman
sosiobudaya untuk harmoni kehidupan dalam masyarakat plural telah muncul sejak
tahun 1900.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kesimpulan
yang di peroleh dari makalah ini, yaitu :
1. Antropologi berasal dari bahasa
Yunani, yaitu dari kata ”antrophos” berarti manusia, dan “logos” berarti ilmu.
Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk
sosial.
2. Wiliam A. Haviland, Antropologi
adalah studi tentang manusia, berusahamenyusun generalisasi yang bermanfaat
tentang manusi adan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap
tentang keanekaragaman manusia.
3. Masyarakat berhubungan dengan
susunan dan proses hubungan antar manusia dan golongan, kebudayaan berhubungan
dengan isi corak dengan hubungan yang ada. Karena itu, keduanya baik masyarakat
dan kebudayaan penting bagi sosiologi dan antropologi.
4. Teori-teori kebudayaan terdiri dari
superorganik, konseptualis dan realis.
B.
SARAN.
Seharusnya
di sekolah-sekolah juga perlu mengembangkan antropologi pendidikan kurikulum
agar anak didik serta pendidiknya mengerti dan paham asal-usul mengapa
kebudayaan di sekeliling kita diadakan, apa makna dibalik kebudayaan tersebut,
apa manfaat dari kebudayaan tersebut, relevankah kebudayaan itu dengan
kehidupan dan kepercayaan umat manusia sebagai manusia yang beragama masa kini.
C.
DAFTAR PUSTAKA
Anonym.1989.
Antttopologi Pendidikan.Jakarta: P2LPTK.
September
2012.
Anonym.2007.
Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.Bandung: PT. IMTIMA.
September 2012.
Anonim.2012. PENGERTIAN-DAN-RUANG-LINGKUP-ANTROPOLOGI.
September 2012.
Koenjaraningrat.1982.Sejarah Teori Antropologi.Jakarta: Universitas Islam.
Koentjaraningrat. 2009.Pengantar Ilmu Antropologi.Jakarta: PT Rineka Cipta.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Search
Peduli Syam
Kunjungi Ane di Facebook
Popular Posts
Blog Archive
Powered by Blogger.
0 comments:
Post a Comment