Friday, 22 July 2016
On 07:18 by Unknown in Belajar Islam No comments
Ramadhan
datang dan telah pergi, ‘Ied (hari raya) tiba dan telah berlalu dan ini adalah sunatullah
(ketetapan Allah) pada makhluk-Nya bahwa segala sesuatu itu datang dan pergi,
ada awal dan ada akhir, ada kehidupan dan ada kematian.
Ramadhan datang kepada kita sebagai tamu yang
mulia, dan setiap tamu suatu hari nanti pasti akan pergi. Saya dan anda
sekalian wahai para hamba Allah di dunia ini adalah tamu-tamu yang pada suatu
hari nanti pasti akan meninggalkan dunia ini. Maka bersiap-siaplah untuk meng-hadapi hari itu dengan ketaatan, amal shalih,
ke-takwaan dan keimanan.
Ramadhan seperti manusia,
ketika dia datang keluarganya bergembira dengan kedatangannya dan mereka semua
tertawa dengan kelahirannya. Demikian juga Ramadhan, seluruh kaum mukminin
bergembira dengan kedatangannya, dan mereka saling mengucapkan selamat dengan
datangnya Ramadhan. Dan ketika manusia itu meninggalkan dunia, maka orang-orang
terdekat dan kekasihnya menangis atas perpisahan tersebut. Demikian juga
Ramadhan, setiap mukmin menangis karena berpisah dengannya.
Ramadhan pergi setelah menjadi tamu
yang mulia bagi kita setelah berlalu kira-kira 30 hari, akan tetapi apakah
Ramadhan akan menjadi saksi bagi kita terhadap kebaikan-kebaikan, shalat malam,
dan puasa yang kita laksanakan? Ataukah justru dia bersaksi atas
keburukan-keburukan, maksiat-maksiat dan kelalaian kita dari ketaatan kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala? Dan dia pergi menyayangkan (sedih) terhadap
kita dan kondisi kita. Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar menerima amalan Ramadhan kita,
sebagaimana Dia menyampaikan kita kepada Ramadhan dan memberikan taufiq
(kemudahan) kepada kita untuk berpuasa, shalat malam dan membaca Alquran
sepanjang siang dan malamnya.
Waspadai syaithan setelah Ramadhan
Sesungguhnya
syaithan dilepas ikatannya dan dibebaskan belenggunya setelah bulan Ramadhan,
akan tetapi tipu daya syaithan lemah sebagaimana telah dikabarkan kepada kita dari Allah Subhanahu
wa Ta’ala, dan barang siapa yang meminta perlindungan kepada Allah, maka
Allah akan melindunginya dari tipu daya syetan.
Syaithan adalah musuh yang kebanyakan manusia lalai darinya, dan tidak
memperhitungkan hal itu kecuali orang-orang yang dirahmati oleh Allah Subhanahu
wa Ta’ala, meskipun kita telah mengetahui permusuhan syaithan kepada kita dan peringatan dari Allah kepada kita dengan
firman-Nya (yang artinya):
”Sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang nyata bagimu, maka jadikanlah ia musuh(mu), karena sesungguhnya
syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya
mereka menjadi penghuni neraka
yang menyala-nyala.” (QS. Faathir: 6).
Syaithan memiliki misi yaitu untuk memasukan kita (manusia) ke dalam neraka, dan dia memiliki
target-target yang jelas, yaitu membuat kita
terjatuh ke dalam maksiat, dan dosa-dosa yang menjadi sebab masuknya kita ke dalam neraka, dan supaya hancur dan hilanglah
semua yang telah kita lakukan di bulan Ramadhan berupa
ketaatan-ketaatan.
Bertakwalah kepada Allah untuk menjaga shalat
lima waktu secara berjama’ah, khususnya shalat shubuh
Kita di dalam bulan Ramadhan
telah membuktikan kepada diri kita bahwa kita mampu untuk menunaikan shalat berjama’ah
di Masjid, dan kita mampu untuk menunaikan shalat shubuh setiap hari. Maka
hendaknya setelah Ramadhan kita tetap menjaganya. Shalat adalah cahaya bagi
kita baik dalam kehidupan kita di dunia, di dalam kubur dan ketika melewati Shirath.
Shalat adalah berkah dalam harta dan keluarga, apabila
kualitas shalat baik maka baiklah seluruh amalannya, maka takutlah kepada
Allah, janganlah kita menyia-nyiakan shalat setelah Ramadhan berakhir, Dan
janganlah pula meninggalkan shalat malam, walaupun hanya satu hari.
Jangan acuhkan Alquran setelah Ramadhan
Jangan menjadi orang-orang yang
hanya membaca Alquran di bulan Ramadhan saja dan mengacuhkannya pada bulan yang lain. Alquran diturunkan supaya
kita membacanya di bulan Ramadhan dan di luar Ramadhan. Kita semua (pada bulan Ramadhan) telah
mampu membacanya satu juz, dua sampai tiga juz setiap hari dan telah bersungguh-sungguh dalam
mem-bacanya. Janganlah
kita menjadi orang-orang yang disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika menghikayatkan
perkataan Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam (yang artinya): Berkatalah
Rasul: ”Ya Rabbku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Alquran ini sesuatu
yang tidak diacuhkan.” (QS. Al-Furqan: 30).
Apakah kita termasuk orang yang diterima amalannya atau ditolak?
Diantara tanda diterimanya ketaatan (ibadah)
kita adalah adanya ketaatan setelahnya, maka bersungguh-sungguhlah dalam kebaikan, ketaatan, Alquran,
iman, shodaqoh,
dan puasa setelah Ramadhan agar kita termasuk orang-orang yang diterima
pahalanya, amin.
Upayakanlah
setelah Ramadhan terjadi perubahan dalam hidup kita, yakni menjadi lebih baik, dan mampu menahan
nafsu dan syaithan yang ada pada diri
kita. Maka wajib bagi setiap muslim untuk memaksa dirinya dengan kadar tertentu
dari ibadah yang dia mampu untuk konsisten walaupun sedikit, karena Rasulullah Shalallahu
alaihi wa sallam pernah bersabda:
”Sesungguhnya amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah apa yang
dilakukan secara kontinyu (terus-menerus), walaupun sedikit.” (HR. Muslim).
Jangan lupakan puasa enam hari di
bulan Syawwal
Termasuk
amal shalih yang disyaratkan kepada kita setelah Ramadhan adalah puasa enam
hari di bulan Syawwal. Imam
Muslim rahimahullah meriwayatkan
bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
”Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dan diikuti enam hari dari
bulan Syawwal, maka itu adalah puasa sepanjang tahun (satu tahun).”
Hal itu karena bulan Ramadhan
setara dengan sepuluh bulan, kemudian satu kebaikan setara dengan
sepuluh kebaikan maka enam hari
setara dengan 60 hari atau dua bulan, maka berpuasa dalam waktu ini setara dengan 10+2 bulan
(puasa satu
tahun penuh). Maka
jangan sampai kesempatan yang besar ini terlewatkan dari kita sekalian. Tidak
disyaratkan untuk berurutan (bersambung) pada puasa enam hari di bulan Syawwal ini, dan tidak harus berpuasanya dilakukan langsung setelah
lebaran, bahkan boleh dilakukan kapanpun selama masih di bulan Syawwal.
Pada
akhirnya, janganlah berhenti sampai disini, janganlah pada saat Ramadhan
berakhir maka berakhir pula ketaatan yang kita lakukan, karena batas waktu kita
adalah sampai malaikat kematian menjumpai kita.
Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman dalam Alquran (yang artinya):
”Dan sembahlah (ibadahlah)
Rabb-mu sampai datang al-yakin (maksudnya kematian)” (QS. Al-Hijr: 99).
Waspadailah sikap meremehkan
ketaatan setelah bulan Ramadhan, dan jauhilah maksiat setelah Ramadhan
sebagaimana kita menjauhinya ketika bulan Ramadhan. Dan ketahuilah bahwasanya
dunia adalah ladang untuk kampung akhirat, maka barangsiapa yang menanam kebaikan
maka dia akan memanen kebaikan, dan siapa saja yang menanam keburukan
maka dia akan
memanen keburukan pula.
Wallahu
A’lam Bishshawab.
(Sumber Artikel Dakwah: www.alsofwa.com dengan beberapa
penyuntingan)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Search
Peduli Syam
Kunjungi Ane di Facebook
Popular Posts
Blog Archive
Powered by Blogger.
0 comments:
Post a Comment