Tuesday, 21 January 2014
SI RANAH ASING
Pengalaman adalah ketika engkau mencoba untuk
megenangnya.
yah, banyak orang yang berandai-andai apabila
masa lalunya kembali, seketika ia terhainyut oleh jurus khayalan, sedang
membayangkan ketika sedang asyik bermain layang-layang sepulang sekolah,
ditemani angin sepoi dan tertawaan sinar mentari, membayangkan amboinya
terhipnotis oleh sinar televisi, membayangkan ayunan kaki saat menggulirkan
bola bersama teman-teman kecil, dan masih banyak lagi. Semua itu pasti akan
menerpa setiap orang yang sedang melamun dan membayangkan masa lalu yang indah
yakni masa kecil.
Sewaktu kecil, kita belum memiliki khayalan
kritis seperti ini, karena pada masa itu kita masih digandrungi oleh
perangkat-perangkat imajinatif yang hanya membuat keasyikan, membayangkan semua
bisa diraih. Karena masa itulah hormon-hormon dalam tubuh baru mulai
beradaptasi dan lembur,
Namun hal tersebut sangat berbeda dengan
sekarang. Tubuh mulai berat, itu yang kurasakan. Pikiran mulai menerawangi batu
loncatannya, asa mulai menggerutu, dan batin yang tidak pernah berhenti
mengomel.
Kala sunyi di kampung orang, semua itu
terlintas dan tertuang dalam tulisan, yang mewakili apa yang ia sedang rasakan.
Yah, kegalauan adalah induknya. Galau akan semakin kompleksnya kehidupan, galau
akan terjalnya permadani pencarian jati diri, asamnya keringat perjuangan, dan
sepinya istana batin. Di tanah rantau, setiap orang akan merasa terasing,
terasing dari ramainya ruang keluarga, terasing dari masa berfoya-foya, dan
terasing dari kelalaian yang dia-sia.
Di tanah rantau, dia membuka pikiran, disana
ia membayangkan masa lalu yang indahnya, masa kecil yang menjadi cita-cita
terendahnya, masa lalu yang penuh gelak tawa dan senyum kecut. Disanalah
pikirannya berdiri dan terbangunkan, tergenjot dan ternafikkan, terangkat dan
tersentak.
Di tanah rantau, wajah orang tuanya selalu
membayangi, wajah adik-adiknya selalu menghiasai pikirannya, wajah kakaknya
yang menyenternya, dan wajah masa lalunya yang membuatnya tersenyum sendiri.
Di tanah rantau, terjalnya jurang dan
derasnya sungai telah menjadi makanannya. Betapa sulitnya mencapai tahap
istimewa, betapa sulitnya mencapai jati diri sesungguhnya, dan betapa payahnya
bermain dengan pengalaman.
Pemikiran sewaktu kecil dijadikannya selir,
masa-masa pakaian seragam dijadikannya embun penyegar jiwa, dan masa-masa itu
dijadikannya kapsul pengobat dari sakau kegalauan.
Ayah dan Ibunya pun menjadi manusia setengah
dewanya, yang mampu menemaninya disaat suka maupun duka, walaupun terjalin
hubungan lintas darat dan lautan. Semuanya dicitakannya kepada wasiat ibu dan
ayahnya.
Ditanah rantaulah semua itu terlintas.
Di tanah rantaulah engkau akan mendapatkan
jawabannya,
Dan..
Ditanah rantaulah, engkau Kan mendapatkan
jurang yang menjulang ke atas, dimana air terjun mengalir ke atas, melawan
gravitasi sang bumi.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Search
Peduli Syam
Kunjungi Ane di Facebook
Popular Posts
Blog Archive
Powered by Blogger.
0 comments:
Post a Comment