Catatan Perjalanan Hidup Seorang Pemuda Muslim

Tuesday, 21 January 2014

On 15:06 by Unknown in ,    No comments
SI RANAH ASING
Pengalaman adalah ketika engkau mencoba untuk megenangnya.
yah, banyak orang yang berandai-andai apabila masa lalunya kembali, seketika ia terhainyut oleh jurus khayalan, sedang membayangkan ketika sedang asyik bermain layang-layang sepulang sekolah, ditemani angin sepoi dan tertawaan sinar mentari, membayangkan amboinya terhipnotis oleh sinar televisi, membayangkan ayunan kaki saat menggulirkan bola bersama teman-teman kecil, dan masih banyak lagi. Semua itu pasti akan menerpa setiap orang yang sedang melamun dan membayangkan masa lalu yang indah yakni masa kecil.
Sewaktu kecil, kita belum memiliki khayalan kritis seperti ini, karena pada masa itu kita masih digandrungi oleh perangkat-perangkat imajinatif yang hanya membuat keasyikan, membayangkan semua bisa diraih. Karena masa itulah hormon-hormon dalam tubuh baru mulai beradaptasi dan lembur,
Namun hal tersebut sangat berbeda dengan sekarang. Tubuh mulai berat, itu yang kurasakan. Pikiran mulai menerawangi batu loncatannya, asa mulai menggerutu, dan batin yang tidak pernah berhenti mengomel.
Kala sunyi di kampung orang, semua itu terlintas dan tertuang dalam tulisan, yang mewakili apa yang ia sedang rasakan. Yah, kegalauan adalah induknya. Galau akan semakin kompleksnya kehidupan, galau akan terjalnya permadani pencarian jati diri, asamnya keringat perjuangan, dan sepinya istana batin. Di tanah rantau, setiap orang akan merasa terasing, terasing dari ramainya ruang keluarga, terasing dari masa berfoya-foya, dan terasing dari kelalaian yang dia-sia.
Di tanah rantau, dia membuka pikiran, disana ia membayangkan masa lalu yang indahnya, masa kecil yang menjadi cita-cita terendahnya, masa lalu yang penuh gelak tawa dan senyum kecut. Disanalah pikirannya berdiri dan terbangunkan, tergenjot dan ternafikkan, terangkat dan tersentak.
Di tanah rantau, wajah orang tuanya selalu membayangi, wajah adik-adiknya selalu menghiasai pikirannya, wajah kakaknya yang menyenternya, dan wajah masa lalunya yang membuatnya tersenyum sendiri.
Di tanah rantau, terjalnya jurang dan derasnya sungai telah menjadi makanannya. Betapa sulitnya mencapai tahap istimewa, betapa sulitnya mencapai jati diri sesungguhnya, dan betapa payahnya bermain dengan pengalaman.
Pemikiran sewaktu kecil dijadikannya selir, masa-masa pakaian seragam dijadikannya embun penyegar jiwa, dan masa-masa itu dijadikannya kapsul pengobat dari sakau kegalauan.
Ayah dan Ibunya pun menjadi manusia setengah dewanya, yang mampu menemaninya disaat suka maupun duka, walaupun terjalin hubungan lintas darat dan lautan. Semuanya dicitakannya kepada wasiat ibu dan ayahnya.
Ditanah rantaulah semua itu terlintas.
Di tanah rantaulah engkau akan mendapatkan jawabannya,
Dan..
Ditanah rantaulah, engkau Kan mendapatkan jurang yang menjulang ke atas, dimana air terjun mengalir ke atas, melawan gravitasi sang bumi.


0 comments:

Post a Comment