Tuesday, 30 September 2014
On 20:26 by Unknown in Pendidikan No comments
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Proses pengajaran akan lebih hidup dan menjalin kerjasama
diantara siswa, maka proses pembelajaran dengan paradigma lama harus diubah
dengan paradigma baru yang dapat meningkatkan kreativitas peserta didik dalam
berpikir, arah pembelajaran yang lebih kompleks tidak hanya satu arah sehingga
proses belajar mengajar akan dapat meningkatkan kerjasama diantara siswa dengan
guru dan siswa dengan siswa, maka dengan demikian siswa yang kurang akan
dibantu oleh siswa yang lebih pintar sehingga proses pembelajaran lebih hidup
dan hasilnya lebih baik.
Banyaknya model, metode, serta strategi pembelajaran yang
berkembang di dunia banyak diterapkan di kalangan kependidikan dalam
menerapkannya kepada peserta didik. Namun tak boleh dilupakan bahwa tokoh-tokoh
masyarakat terdahulu khususnya daerah bugis. Seperti Lamaddukelleng yang
memiliki filosofi terkenal di daerah bugis. Filosofi tersebut menyatukan dan
membentuk karakter setiap jiwa orang bugis dalam menjunjung tinggi melebihi
dari gotong royong, adalah suatu kebersamaan antar individu maupun kelompok.
Berdasarkan pandangan diatas, maka permasalahan yang muncul
adalah bagaimana upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan cara yang
tepat. Salah satu solusinya yaitu dengan mengembangkan suatu pembelajaran
denagn menanamkan nilai-nilai budaya pada daerah sekitarnya yang membuat akan siswa
lebih senang dan lebih termotivasi untuk belajar. Beberapa filosofi kebudayaan
yang dianggap efisien akan dijelaskan penulis tentang pada makalah ini.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa makna Model
Pembelajaran “A’bulo Sibatang” ?
2.
Bagaimana cara Pendekatan
Pembelajaran “Rebba Sipatokkong” ?
3.
Bagaimana Strategi
Pembelajaran “Samaturu” ?
4.
Bagaimana
penerapan Metode Pembelajaran “Mali Siparappe, Tallang Sipahua?
5.
Bagaimana Teknik
Pembelajaran”Siri na Pacce” ?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Memahami filosofi “A’bulo Sibatang” sebagai model pembelajaran
2.
Mengetahui cara
pendekatan pembelajaran dengan filosofi “Rebba Sipatokkong”
3.
Mengetahui strategi
pembelajaran berdasarkan filosofi “Samaturu”
4.
Memahami
penerapan metode pembelajaran “Mali Siparappe, Tallang Sipahua”
5.
Mampu menerapkan
teknik pembelajaran ” Siri na Pacce”
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Model Pembelajaran “A’bulo Sibatang”
Model
pembelajaran adalah pola atau rencana yang dapat digunakan untuk mengoperasikan
kurikulum. Merancang materi pembelajaran, dan untuk membimbing belajar dalam
setting kelas atau lainnya.
Filosofi a’bulo sibatang adalah sebatang bambu yang dimaknai
sebagai bentuk kesatuan dan
kebersamaan yang kuat. Pohon bambu yang sebelum
muncul dipermukaan tanah, akarnya telah tersebar luar didalam tanah dan membuat
pondasi yang begitu kuat untuk menopang batang-batang bambu tersebut. Ibaratnya
kesatuan kelompok masyarakat ini telah terbentuk sedemikian kuat walaupun
kesatuan itu belum muncul. Setelah tumbuh, batang bambu tersusun oleh ruas-ruas
yang saling bersama memperkokoh batang bambu. Ibarat dari ruas-ruas tersebut
adalah sekelompok orang yang bersatu mempertahankan apa yang mereka miliki
dengan cara berhimpun bersama-sama.
Dihubungkan dengan model pembelajaran, yang merupakan
penghimpun dari pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran, menjadi
suatu model pembelajaran “A’bulo Sibatang”.
Selama ini, para guru sering menggunakan model
kerja kelompok dalam
pembelajarannya. Namun, pada model
pembelajaran ini pembagian
kelompok peserta didik
masih kurang heterogen,
tidak memperhatikan tingkat kepandaian,
atau latar belakang
peserta didik. Untuk memahami pengertian model pembelajaran
ini sebaiknya kita membedakannya dengan pembelajaran secara
kelompok. Model Pembelajaran
“A’bulo Sibatang” adalah suatu model yang
menekankan pada sikap
atau perilaku bersama
dalam bekerja atau membantu
di antara sesama
dalam struktur kerjasama
yang teratur dalam
kelompok, yang terdiri atas
dua orang atau
lebih. Keberhasilan kerja
sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari
setiap anggota kelompok
itu sendiri. Model Pembelajaran “A’bulo Sibatang” ini
juga memandang bahwa keberhasilan dalam belajar bukan semata-mata harus
diperoleh dari guru, melainkan bisa
juga dari pihak
lain yang terlibat
dalam pembelajaran itu,
yaitu teman sebaya. Jadi keberhasilan belajar dalam pendekatan ini bukan
hanya ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan itu
akan baik bila dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok kecil yang
terstruktur dengan baik.
B.
Pendekatan Pembelajaran “Rebba Sipatokkong”
Pendekatan
pembelajaran
dapat diartikan sebagai titik tolak
atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum,
didalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Pendekatan pembelajaran merupakan aktifitas guru dalam
memilih kegiatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran tentu tidak kaku harus
mennggunakan pendekatan tertentu, tetapi sifatnya lugas dan terencana. Artinya
memilih pendekatan disesuaikan dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan
dalam perencanaan pembelajaran.
Filosofi “Rebba Sipatokkong” yang berarti jatuh sama-sama
bangkit. Dengan kata lain, “Rebba Sipatokkong” menekankan pada pendekatan
belajar yang bersifat konstruktif (saling membangun) dan berorientasi pada
peserta didik. Di dalam konteks pembelajaran “Rebba Sipatokkong”, ilmu
pengetahuan tidak boleh
wujud diluar minda
tetapi dibina dalam minda
berdasarkan pengalaman sebenar
iaitu pengetahuan dibina
melalui proses pengaruh di antara pembelajaran terdahulu dengan
pembelajaran terbaru yang berkaitan.
C.
Strategi Pembelajaran “Samaturu”
Kompetensi
Supervisi Akademik merupakan salah satu
kompetensi yang harus dimiliki oleh para pengawas satuan pendidikan. Kompetensi
ini berkenaan dengan kemampuan
pengawas dalam rangka
pembinaan dan pengembangan kemampuan guru untuk
meningkatkan mutu pembelajaran dan bimbingan di sekolah/satuan pendidikan.
Secara spesifik pengawas satuan pendidikan harus memiliki kemampuan untuk
membantu guru dalam mengembangkan strategi pembelajaran, serta dapat memilih strategi
yang tepat dalam kegiatan pembelajaran. Strategi merupakan pola umum rentetan
kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Secara umum strategi dapat diartikan
sebagai suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai
sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi
juga bisa diartikn sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam
perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah
digariskan.
Filosofi “Samaturu” bermakna mendalam melebihi dari makna
gotong royong pada masyarakat pada umumnya. Strategi Pembelajaran Samaturu
menekankan pada peningkatan kerja sama antarsesama peserta didik serta
penguasaan materi yang merata pada setiap peserta didik tersebut. Strategi
Samaturu cenderung mengarah pada kerja kelompok dimana semua siswa diupayakan
untuk bekerja sama menyumbang pikiran diantara sesame mereka dalam memecahkan
masalah belajar yang didapatkan selama proses belajar. Strategi Pembelajaran
ini digunakan sejak dahulu di ranah Bugis dalam tatanan masyarakat guna
menciptakan ikatan emosional dan silaturahmi. Dalam konteks dunia pendidikan,
Samaturu diharapkan dapat memicu kekompakan siswa atau peserta didik dan
keseragaman pengetahuan diantara mereka.
D.
Metode Pembelajaran “Mali Siparappe, Tallang
Sipahua”
Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara
mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur. Atau
pengertian lainnya yaitu teknik penyajian yang dikuasai oleh guru untuk
mengajar dan menyajikn bahan pelajaran pada siswa di dalam kelas, baik secara
individual maupun secara kelompok / klasikan, agar pelajaran itu dapat diserap,
dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik.
Berdasarkan definisi / pengertian metode
pembelajaran yang dikemukakan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran merupakan suatu cara atau strategi yang dilakukan oleh seorang
guru agar terjadi proses belajar pada diri siswa untuk mencapai tujuan.
Kemampuan
dalam bidang akademik yang dapat dioptimalkan lewat semboyan bulukumba yakni “Mali’
Siparappe, Tallang Sipahua” kita juga dapat mengembanyakan kreatifitas
para anak didik dengan berpacu pada selogan makna filosofi dari Bulukumba
BERLAYAR bahwa kreatifitas juga sangat berperan penting dalam dunia untuk
meraih hal yang luar biasa. Sehingga
sebaiknya para pendidik bisa memberikan wadah para pelajar untuk saling bersatu
agar anak didik bisa saling membantu dalam menyelesaikan tugas. Namun para
pendidik harus bisa menyikapi pelajar yang dibinahnya karena terkadang ketika
kita menyatukan anak didik secara keseluruhan dalam satu kelas maka sering
terjadi disconnect dari segelintir anak didik dengan rekan mereka. Semua itu disebabkan volume
kelompok mereka terlalu besar. Maka sebaiknya para pendidik harus menggunankan metode
pembelajaran yang singkron dengan semboyan para pelaut Kab.Bulukumba.
Metode
ini menekankan pada kerja keras peserta didik dalam berpikir dan bekerja sama
dalam hal menangkap apa yang diajarkan oleh pendidik.
E.
Teknik Pembelajaran “Siri na Pacce”
Teknik
pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode
ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik
tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah
pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan
metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya
tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru
pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
Filosofi
“Siri na Pacce” adalah sebuah ajaran moral masyarakat Bugis-Makasar, yang
menganjurkan untuk saling menjaga harga diri satu sama lain, agar tidak merasa
malu atau dipermalukan serta saling menjaga dalam setiakawanan dalam
bermasyarakat, dan tidak mementingkan diri sendiri. Seseorang harus menjunjung
tinggi semboyan ini karena jika tidak maka cenderung tidak memiliki rasa malu,
harga diri, dan kepedulian sosial. Teknik pembelajaran Siri na Pacce adalah
menyatukan peserta didik dalam sebuah system belajar agar sesuai dengan yang
diharapkan dalam metode pembelajaran sebelumnya. Filosofi ini telah tertanam
dalam masayarakat Bugis sejak lama dengan wujud terciptanya kesetiakawanan yang
dalam konteks pendidikan formal akan menciptakan peserta didik yang memiliki
simpati kepada sesamanya sehingga suasana belajar akan nyaman dan sesuai
harapan mereka.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Penerapan Model Pembelajaran “A’bulo Sibatang”, Pendekatan
Pembelajaran “Rebba Sipatokkong”, Strategi Pembelajaran “Samaturu”, Metode
Pembelajaran “Mali Siparappe, Tallang Sipahua””, serta Teknik Pembelajaran “Siri
na Pacce” dapat meningkatkan mutu belajar peserta didik dengan penanaman
nilai-nilai budaya bugis peninggalan leluhur daerah bugis. Dengan dituntut
untuk bekerja sama dalam segala hal pembelajaran serta memiliki satu rasa pada
setiap individu untuk mempedulikan individu lainnya, hal ini dapat mengikis
sifat keegoismean.
B.
Saran
Penanaman nilai-nilai budaya kepada peserta didik serta
memberikan pemahaman tentang filosofi budaya bugis dapat membangkitkan motivasi
belajar peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
http://abazariant.blogspot.com/2012/10/makalah-model-pembelajaran-kooperatif.html
http://dedi26.blogspot.com/2012/06/pengertian-strategi-pembelajaran.html
http://rikarahmadani.blogspot.com/2012/01/makalah-pendekatan-metode-model.html
http://www.akhmadSudrajablogspot.ac.id
http://www.sarjanaku.com/2011/03/strategi-pembelajaran.html
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Search
Peduli Syam
Kunjungi Ane di Facebook
Popular Posts
Blog Archive
Powered by Blogger.
0 comments:
Post a Comment