Monday, 24 June 2013
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan
Lengkap Praktikum Biologi Dasar dengan judul “Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim” di susun oleh :
Nama : Rustam Hafid
N I M : 1212041011
Kelas : A (Pendidikan Fisika)
Kelompok : II(Dua)
telah diperiksa dan dikonsultasikan kepada Asisten dan Koordinator Asisten, maka dinyatakan diterima.
Makassar,Desember
2012
Koordinator Asisten Asisten
(Syamsu Rijal, S.Pd) (Ulil
Ardi Syahdan)
NIM: 101404050
Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab
(Dr.
Ir. Muh. Junda, M.Si)
NIP: 19621108 199103 1 002
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makhluk hidup selalu mengalami dinamika selama proses pertumbuhan dan
perkembangannya. Dinamika tersebut merupakan hal urgen yang harus dialami oleh
makhluk hidup agar tetap hidup dan berkembang biak. Langkah awalnya adalah
dalam proses metabolisme.
Metabolisme merupakan reaksi kimia yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup
untuk menghasilkan unsur-unsur penunjang kehidupan.Makhluk hidup pasti melakukan
metabolisme dalam hidupnya.Siklus metabolisme ini terdiri atas pembentukan
ataupun penguraian.Untuk melakukan kerjanya, metabolisme membutuhkan piranti
sebagai motor penggeraknya, yakni enzim.
Enzim merupakan senyawa yang dibentuk oleh organisme.
Enzim pencernaan banyak terdapat dalam sel-sel tubuh. Reaksi metabolisme dalam sel
sangat membutuhkan keberadaan enzim. Seluruh reaksi kimia yang membangun proses
metabolisme merupakan reaksi enzimatis. Enzim mengatur kecepatan dan kekhususan
ribuan reaksi kimia yang berlangsung di dalam sel. Walaupun enzim dibuat
didalam sel, tetapi untuk bertindak sebagai katalis tidak harus didalam sel.
Enzim memiliki beberapa karakteristik yang
menjelaskan sistem kerja enzim, dimulai dari ciri-ciri, fungsi sampai pada cara
kerjanya. Termasuk salah satunya adalah indikator-indikator penentu baik
tidaknya enzim yang menentukan keoptimalan, yakni dari segi suhu dan pH.
Sebagian
besar enzim dapat bekerja paling efektif pada kisaran pH lingkungan yang agak
sempit. Diluar pH optimum tersebut, kenaikan atau penurunan pH menyebabkan
penurunan aktivitas enzim dengan cepat.
Untuk mengetahui lebih jelas tentang pengaruh pH
terhadap aktivitas enzim, maka kami melakukan praktikum yang berjudul pengaruh
pH terhadap aktivitas enzim untuk mengetahui bagaimana pengaruh yang dimaksud.
B. Tujuan Praktikum
Praktikum
ini bertujuan agar mahasiswa dapat membuktikan pengaruh pH terhadap
aktivitas enzim amilase.
C.
Manfaat Praktikum
Setelah
melaksanakan praktikum ini, mahasiswa telah mampu
membuktikan pengaruh pH terhadap aktivitas enzim amilase serta
telah mengetahui bagaimana pengaruh tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kata enzim berasal dari “en
zyme” yang berarti dalam ragi (yeast), mulai dipakai semenjak tahun
1877.Sebelum itu telah dikenal diastate, pepson dan emulsin yang masing-masing
adalah senyawa organik yang dapat menghidrolisis pati, protein dan
glikosida.Pada tahun 1866 Louis Pasteur mendapatkan bahwa cairan anggur bergula
dapat mengalami perubahan menjadi alkohol dan CO2 oleh karena adanya
ragi yang tumbuh didalamnya.Oleh karena itu Pasteur memastikan bahwa yang
menyebabkan peristiwa “fermentasi’ itu adalah zat yang dikeluarkan oleh
ragi.Zat itu berhubungan erat dengan
kehidupan jasad tersebut. Pasteur menyebutnya sebagai “organized ferment” untuk
membedakannya dengan diastase pepsin, dan emulsi yang dinamakannya “un
organized fermet” (Anonim, 2012).
Enzim dapat ditemukan baik pada hewan maupun pada
tumbuhan.Salah satu enzim yang terdapat pada tumbuhan adalah amilase. Nama lain
dari amilase adalah Diastase. Enzim tersebut dapat menhhidrolisis amilum
menjadi gula.Amilase dihasilka oleh daun atau biji yang sedang
berkecambah.Aktivitas amilase dipengaruhi oleh garam-garam anorganik, pH, suhu,
dan cahaya.pH optimum dari amilase menurut Hopkins, Cole, dan Green (Miller,
1938) adalah 4, 5-4, 7 (Tim
Penyusun, 2012).
Metabolisme
dalam arti sempit meliputi proses respirasi atau katabolisme (pembongkaran),
dan proses sintesis atau anabolisme (pembentukan) senyawa organik. Metabolisme
yang merupakan segala reaksi kimia didalam sel selalu melibatkan enzim yaitu
protein yang berfungsi sebagai biokatalisator (Supeni, 1997).
Enzim
merupakan biokatalisator (katalisator biologis) pada reaksi-reaksi
biokimia.Dalam mengkatalis suatu reaksi, enzim sendiri tidak ikut menjadi hasil
reaksi. Dengan demikian apabila suatu subrat (S) dikatalis oleh enzim (E) akan
menghasilkan produk (P) dan enzim bebas (E) ringkasnya sebagai berikut:
E + S ---------à ES ----------à P + E.
Suatu enzim dalam keadaan utuh
(holoenzim) terdiri dari bagian protein (apoenzim) dan bagian non-protein
(ko-faktor).Ko-faktor sangat dibutuhkan dalam aktivitas suatu enzim.Ko-faktor
dapat berupa senyawa organik misalnya derivat vitamin dan dapat berupa
unsur/gugus anorganik misalnya ion-ion. Ko-faktor yang berupa senyawa organik
disebut ko-enzim, apabila berupa gugus logam yang terikat kuat (permanen)
disebut gugus prostetik (Sutarno, 2001).
Menurut
anonim (2012), ciri-ciri enzim adalah diperlukan dalam jumlah sedikit, dapat
bekerja secara bolak-balik, merupakan suatu protein, bekerja secara khusus,
dapat digunakan berulang kali, rusak oleh panas, dan sensitif terhadap kondisi
lingkungan, yakni:
a.
merupakan protein
b.
bekerja secara khusus
c.
dapat digunakan berulang kali
d.
rusak oleh panas
e.
diperlukan dalam jumlah sedikit
f.
dapat bekerja bolak-balik
g.
kerja enzim dipengaruhi lingkungan
Suatu enzim memiliki substrat tertentu artinya
enzim hanya bekerja pada satu substrat yang cocok dengan enzim itu.Ada dua
model interaksi enzim dan substrat yang diusulkan, yaitu model kunci dan anak
kunci (lock and key model) dan model kecocokan karena induksi substrat (induced
fit model). Pada saat ini, model induced fit model merupakan model yang paling
sesuai (Sutarno, 2001).
Menurut anonim (2012), beberapa faktor yang
mempengaruhi kerja enzim adalah sebagai berikut:
a.
Suhu, sebagian besar enzim mempunyai suhu optimum yang
sama dengan suhu normal sel organisme tersebut. Suhu optimum enzim pada hewan
poikilotemik didaerah dingin biasanya lebih rendah daripada enzim hewan
homoetermik. Contohnya, suhu optimum enzim pada manusia adalah 37
, sedangkan pada katak adalah 25
. Kenaikan suhu diatas suhu optimum dapat
mengakibatkan peningkatan atau penurunan aktivitas enzim. Secara umum, tiap
kenaikan suhu 10
, kecepatan reaksi menjadi dua kali lipat dalam batas
suhu yang wajar. Hal tersebut juga berlaku pada enzim. Panas yang ditimbulkan
akibat kenaikan suhu dapat mempercepat reaksi sehingga kecepatan molekul
meningkat. Hasilnya adalah frekuensi dan daya tumbukan molekuler juga
meningkat. Akibat kenaikan suhu dalam batas tidak wajar, terjadi perubahan
struktur enzim (denaturasi).
b.
pH atau keasaman, seluruh enzim peka terhadap
perubahan derajat keasaman (pH). Enzim
menjadi nonaktif bila diperlakukan pada asam basa yang sangat kuat. Sebagian
besar enzim dapat bekerja paling efektif pada kisaran pH lingkungan yang agak
sempit. Diluar pH optimum tersebut, kenaikan atau penurunan pH menyebabkan
penurunan aktivitas enzim dengan cepat. Misalnya, enzim pencerna dilambung
mempunyai pH optimum 2 sehingga hanya dapat bekerja pada kondisi sangat asam.
Sebaliknya, enzim pencerna protein yang dihasilkan pankreas mempunyai pH
optimum 8,5. Kebanyakan enzim intrasel mempunyai pH optimum sekitar 7,0
(netral).
Kerja suatu enzim dapat dihambat oleh suatu
molekul penghambat (inhibitor).Apabila molekul penghambat strukturnya
menyerupai substrat, penghambat itu disebut sebagai penghambat bersaing
(competitive inhibitor). Disebut demikian karena molekul penghambat akan
bersaing untuk “menempati” sisi katalitik dari enzim (Sutarno, 2001).
Banyak enzim-enzim yang memerlukan bantuan dari
komponen nonprotein untuk aktivitas katalitiknya.Komponen ini, yang disebut
kofaktor, dapat berikatan kuat dengan tempat aktif secara permanen, atau dapat
juga berikatan secara lemah dan reversibel sama-sama dengan substrat.Kofaktor
beberapa enzim adalah molekul anorganik, seperti atom logam zink, besi dan
tembaga.Jika kofaktor itu merupakan molekul organik, maka molekul itu secara lebih
spesifik disebut koenzim (Campbell,
2008).
Senyawa kimiawi tertentu secara selektif
menghambat (manginhibisi) kerja enzim spesifik.Jika inhibitor berikatan dengan
enzim melalui ikatan kovalen, inhibisi yang terpakai umumnya bersifat
irreversibel. Akan tetapi, akan menjadi dapat balik atau reversibel jika
inhibitor itu berikatan melalui ikatan lemah. Beberapa inhibitor yang kemal dan
bersaing untuk dapat menempati tempat aktif enzim. Senyawa yang mirip seperti
ini, yang disebut inhibitor kompetitif, mengurangi produktivitas enzim dengan
cara mencegah substrat untuk memasuki tempat aktif. Inhibisi seperti ini
sifatnya refersibel. Hambatan ini dapat diatasi dengan cara meningkatkan
konsentrasi substrat sedemikian rupa sehingga begitu tempat aktif tersedia, aka
nada lebih banyak molekul substrat dibandingkan dengan molekul inhibitor
disekitarnya sehingga akan dapat memenangkan persaingan untuk memasuki tempat
aktif (Campbell, 2008).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Kamis/06
Desember 2012
Waktu
: Pukul 07.30 s.d 09.10 WITA
Tempat : Laboratorium Biologi lantai III sebelah barat, Jurusan Biologi FMIPA UNM.
B. Alat dan Bahan
1.
Alat
a. Tabung
reaksi 10
buah
b. Pipet
tetes
c. Rak
tabung reaksi
d. Lampu
spiritus
e. Penjepit
tabung
f. Gelas
ukur 10 ml
g. Kertas label
2.
Bahan
a. Ekstrak kacang hijau
b. Larutan
amilum
c. Larutan
Fehling A dan Fehling
B
d. Larutan
HCL 10%
e. Larutan
NaOH 10%
f. Kertas
pH
g. Korek Api
C. Prosedur
Kerja
1. Menyiapkan
alat dan bahan yang diperlukan.
2. Mengisi Tabung Ia,Ib, dan Ic dengan amilum dan selanjutnya
menambahkan ekstrak. Kemudian mengecek pHnya. Menambahkan
Fehlin A dan B setelah itu
cek pHnya lalumengamati warnanya sebagai warna awal.
Kemudian mamanaskannya masing-masing tabung Ia setelah selama 5 menit, tabung Ib selama 10 menit dan tabung Ic selama 15 menit. Kemudian mengamati warnanya.
3. Mengisi tabung Ia,Ib, dan Ic dengan amilum dan ekstrak, kemudian menambahkan 2 tetes HCl. Kemudian cek pHnya. Menambahkan Fehlin A
dan B setelah itu cek pHnya laluamati
warnanya sebagai warna awal. Kemudian memanaskan
masing-masing tabung IIa setelah selama 5 menit, tabung IIb
selama 10 menit dan tabung IIc selama 15 menit. Kemudian mengamati warnanya.
4. Mengisi tabung Ia,Ib, dan Ic dengan amilum dan ekstrak, kemudian menambahkan 2 tetes NaOH. Kemudian mengecek pHnya. Menambahkan
Fehlin A dan B setelah itu
cek pHnya lalumengamati warnanya sebagai warna awal.
Kemudian memanaskannya dengan masing-masing tabung IIIa setelah selama 5 menit, tabung IIIb
selama 10 menit dan tabung IIIc selama 15 menit. Kemudian mengamati warnanya.
5. Mengisi tabung IV dengan amilum. Setelah itu menambahkan fehlin A dan B, kemudian mengamati perubahan warna yang
terjadi.
6. Membandingkan
perubahan warna yang terjadi dari tabung I,II,III,
dan IV.
kemudian membuat tabel dan
menarik kesimpulan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Tabel perubahan pH dan warna
pada ekstrak
No. Tabung
|
Ph
|
Perubahan (Warna
ekstrak)
|
|
Awal
|
Akhir
|
||
I
|
7
|
11
|
a. Hijau Lumut
|
b. Biru Muda
|
|||
c. Hijau
|
|||
II
|
7
|
2
|
a. Putih Keruh
|
b. Putih Keruh
|
|||
c. Putih Keruh
|
|||
III
|
7
|
12
|
a. Kuning
|
b. Kuning Pudar
|
|||
c. Kuning Pekat
|
|||
IV
|
7
|
7
|
Tidak mengalami perubahan
|
B. Pembahasan
1.
Tabung I
Tabung Ia, Ib dan Ic ditetesi amilum
sebanyak tiga tetes, kemudian ditembahkan dengan tiga tetes ekstrak. Kemudian dilakukan pengecekan pH. Setelah dilakukan
pengecekan, diketahui bahwa pH larutan dalam tabung adalah netral. Setelah
diketahui pH-nya, larutan Fehling A dan B kemudian ditambahkan pada seluruh
tabung I.
Setelah menunggu selama 5 menit, tabung Ia
dipanaskan selama 2 menit kemudian diamati perubahan warna yang terjadi, 3
menit berikutnya atau 10 menit setelah pencampuran dengan larutan fehling A dan
B, tabung Ib
dipanaskan selama pula selama dua menit, kemudian mengamati perubahan warna
yang terjadi. Tabung Ic dipanaskan setelah 15 menit selama 2
menit, kemudian mengamati perubahan warna yang terjadi.
Perubahan
warna dan pH sedemikian pada tabel hasil pengamatan dari yang awalnya berwarna
biru mudah dengan pH 7 membuktikan
bahwa larutan bersifat basa. Membuktikan bahwa pH larutan bersifat basa.Menurut teori, hasil pembakaran dan perubahan
warna pada praktikum tabung Ia,
harusnya berwarna merah bata, tetapi pada praktikum tersebut, percobaan kami
tidak sesuai dengan teori yang sebenarnya. Ini disebabkan karena penggunaan pipet tetes yang terkontaminasi fehlin dan HCL, dan terlalu
lama ketika memanaskan tabung sehingga warna yang muncul bukan warna merah.
2. Tabung II
Perlakuan pada tabung II serupa dengan
perlakuan pada tabung a, namun ditambahkan HCl sehingga pH larutan dalam tabung
bersifat asam. Setelah ditambahkan larutan Fehling A dan B seluruh tabung II
dipanaskan dengan pengaturan waktu pemanasan seperti pada tabung I, perubahan
warna kemudian diamati.Perubahan warna dan pH sedemikian pada tabel hasil
pengamatan dari yang awalnya berwarna putih tulang dengan pH 7 membuktikan bahwa larutan
bersifat asam dan adanya aktivitas enzim amilase
pada suasana asam.
3. Tabung III
Tabung III ditetesi amilum dan ekstrak, kemudian
suasana larutannya dibuat basa dengan menambahkan larutan NaOH. Setelah ditambahkan larutan Fehling A dan B,
seluruh tabung III
dipanaskan dengan pengaturan waktu pemanasan seperti pada tabung A, kemudian
diamati perubahan warnanya.
Perubahan
warna dan pH sedemikian pada tabel hasil pengamatan dari yang awalnya berwarna
biru mudah dengan pH 7 membuktikan
bahwa larutan bersifat basa dan memperlihatkan adanya penurunan
aktivitas enzim amilase pada suasana basa.
4. Tabung IV
Pada tabung IV, yaitu tabung kontrol kita
hanya menggunakan satu tabung, larutan yang digunakan hanya terdiri atas JKJ
atau kanji.Hal ini dikarenakan tidak ada aktivitas enzim
sebab di dalam tabung tidak terdapat enzim amilase yang berfungsi sebagai
katalisator.
Setelah dilakukan pengamatan, tidak
terjadi perubahan warna setelah proses pemanasan. Hal ini menandakan telah
terjadi kesalahan saat melakukan praktikum. Sebab menurut Purba (2006),
seharusnya warna larutan akan menjadi merah bata karena adanya glukosa yang
terbentuk dari penguraian amilum oleh enzim. Adanya warna merah bata ini
disebabkan oleh Fehling A yang merupakan larutan CuSO4 dan Fehling B
yang merupakan campuran larutan NaOH dan kalium-natrium tartrat akan bereaksi
dengan aldehida atau gula reduksi (seperti glukosa), dan menghasilkan Cu2O.
Endapan Cu2O inilah yang berwarna merah bata.
Kesalahan yang terjadi kemungkinan disebabkan
oleh jumlah amilum yang diteteskan terlalu sedikit sedangkan jumlah larutan
fehling A dan B yang diteteskan terlalu banyak. Akibatnya, larutan fehling A
dan B tidak dapat mendeteksi adanya glukosa yang terhidrolisis dari larutan
amilum tersebut.
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
praktikum yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa pH menentukan
aktivitas enzim.Sebuah enzim bekerja optimal pada kondisi yang tidak terlalu
asam dan tidak terlalu basah.Enzim menjadi nonaktif bila diperlakukan pada asam
basa yang sangat kuat. Sebagian besar enzim dapat bekerja paling efektif pada kisaran
pH lingkungan yang agak sempit.Diluar pH optimum tersebut, kenaikan atau
penurunan pH menyebabkan penurunan aktivitas enzim dengan cepat.
B. Saran
1. Untuk
praktikanhati-hati selama
memperlakukan
tabung reaksi, karena kesalahan
dapat menyebabkan kerusakan pada tabung yang akan mengganggu pengamatan.
2.
Untuk asistenagar kiranya memberikan arahan dan batasan yang jelas dalam setiap
kegiatan praktikum demi meminimalisir kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh
praktikan selama praktikum berlangsung.
3.
Untuk Laboratoriumsebaiknya
alat-alat yang disediakandiperhatikan, sehingga praktikan tidak menggunakan
alat yang kurang baik, khususnya keutuhan tabung reaksi dan alat bantunya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012.Enzim Sebagai Biokatalisator/http://biosejati.wordpress.com/ diakses
pada tanggal 10 Desember 2012.Makassar.
Penyusun, Tim.2012.Penuntun
Praktikum Biologi Dasar.Makassar:Universitas Negeri Makassar
Campbell, Neil A dkk. 2008. Biologi. Jakarta: Penerbit Erlangga
Supeni,
Tri dkk. 1997. Biologi. Bogor: Institut
Pertanian Bogor
Sutarno, Nono dkk. 2001. Biologi
Umum Lanjutan I. Jakarta: Universitas Terbuka
LAMPIRAN I
Pertanyaan:
1. Apa guna larutan fehling A dan B dan
JKJ ?
2. Mengapa pada ekstrak enzim dari biji
perlu di centrifuge ?
3. Apa fungsi HCL dan NaOH pada
percobaan yang dilakukan?
Jawaban:
1. Fungsi larutan fehling A dan fehling
B yaitu sebagai larutan atau indikator untuk membuktikan adanya kandungan
glukosa di dalam larutan percobaan.Fungsi JKJ yaitu sebagai larutan atau indikator
untuk membuktikan adanya kandungan protein di dalam larutan percobaan.
2. Ekstrak enzim dari biji perlu
dicentrifuge agar diperoleh cairan supernatan yang lebih murni dari sebelumnya
karena centrifuge dalam pemutarannya berfungsi untuk mengendapkan serat-serat
atau kotoran-kotoran dari cairan yang merupakan cairan supernatan.
3. HCL berfungsi untuk membuat sifat
keasaman pada ekstrak, dan NaOH untuk membuat sifat kebasaan pada ekstrak
tersebut untuk membukuktikan tingkat pH yang sesuai dengan kerja enzim.
LAMPIRAN II
Anonim
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Search
Peduli Syam
Kunjungi Ane di Facebook
Popular Posts
Blog Archive
Powered by Blogger.
0 comments:
Post a Comment