Monday, 24 June 2013
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan
Lengkap Praktikum Biologi Dasar dengan judul “Respirasi” di susun oleh :
Nama : Rustam Hafid
N I M : 1212041011
Kelas : A (Pendidikan Fisika)
Kelompok : II (Dua)
telah diperiksa dan dikonsultasikan kepada Asisten dan Koordinator Asisten, maka dinyatakan diterima.
Makassar, Desember 2012
Koordinator Asisten Asisten
(Syamsu Rijal, S.Pd) (Nurhidayah)
NIM: 101404024
Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab
(Dr.
Ir. Muh. Junda, M.Si)
NIP: 19621108 199103 1 002
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makhluk hidup selalu mengalami dinamika selama proses pertumbuhan dan
perkembangannya. Dinamika tersebut merupakan hal urgen yang harus dialami oleh
makhluk hidup agar tetap hidup dan berkembang biak.
Salah satu ciri makhluk hidup adalah bernapas. Kegiatan bernapas adalah
barang wajib yang dimiliki oleh makhluk hidup, karena tanpa bernapas seluruh
system yang ada dalam makhluk hidup tersebut tidaka dapat beraktifitas. Hal ini
disebabkan karena tidak adanya asupan oksigen dalam tubuhnya, sedangkan oksigen
adalah unsure penting yang dibutuhkan oleh seluruh sistem organ dalam tubuh,
sebagai contoh untuk menghasilkan ATP sebagai energI penopang hidup makhluk
hidup.
Sistem pernapasan biasa dikenal dengan istilah respirasi yang pada
masing-masing jenis makhluk hidup berbeda-beda strukturnya walaupun fungsinya
sama. Contohnya adalah pada manusia dan hewan yang hidup di laut memiliki alat
respirasi yang berbeda, dimana manusia bernapas menggunakan paru-paru dan hewan
yang hidup dilaut seperti ikan bernapas dengan menggunakan insang.
Keanekaragaman makhluk hidup baik dari jenis atau spesiesnya menyebabkan
adanya perbedaan sistem respirasinya baik dalam hal kuantitas maupun kualitas.
Hal ini dikarenakan adanya faktor-faktor internal maupun eksternal yang
mempengaruhinya.
Berdasarkan latar belakang tersebut sehingga diadakan paraktikum yang
berjudul “respirasi” ini untuk menyelidiki bagaimana makhluk hidup membutuhkan
oksigen, kemudian mengetahui kuantitas pernapasan yang dialami oleh mekhluk
hidup yang berbeda baik dari ukuran tebuh dari jenis yang sama maupun dari
jenis yang berbeda.
B. Tujuan Praktikum
Praktikum
ini bertujuan agar mahasiswa dapat:
1. Membuktikan bahwa organisme hidup membutuhkan
oksigen untuk respirasinya.
2. Membandingkan
kebutuhan oksigen beberapa organism menurut jenis dan ukuran berat tubuhnya.
C. Manfaat Praktikum
Setelah melaksanakan praktikum ini,
mahasiswa telah mampu:
1. membuktikan bahwa organisme hidup membutuhkan
oksigen untuk respirasinya.
2. Membandingkan
kebutuhan oksigen beberapa organisme menurut jenis dan ukuran berat tubuhnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Respirasi
adalah proses oksidasi bahan makanan atau bahan makanan atau bahan organik yang
terjadi didalam sel yang dapat dilakukan secara aerob maupun anaerob. Dalam
kondisi aerob, respirasi ini memerlukan oksigen bebas dan melepaskan
karbondioksida serta energi. Apabila yang dioksidasi adalah gula, maka reaksi
yang terjadi adalah:
Jumlah CO2
yang dihasilkan dengan jumlah O2 yang digunakan dalam respirasi aerob tidak terlalu sama. Hal
ini bergantung pada jenis bahan yang digunakan. Perbandingan antara jumlah CO2
yang dilepaskan dan jumlah O2 yang dibutuhkan disebut Respiratory Quotient (RQ). Untuk karbohidrat
nilai RQ=1. Nilai RQ ini dapat bervariasi bergantung pada bahan untuk respirasi
dan kondisi-kondisi lainnya (Tim Penyusun,
2012).
Semua organisme, baik hewan maupun
tumbuhan melakukan respirasi, namun pada tumbuhan sering agak sukar untuk menunjukkan
respirasinya, Karena tumbuhan yang berklorofil juga melakuka fotosintesis. Pada
fotosintesis terjadi sebaliknya, yaitu menggunakan CO2 dan
melepaskan O2. Untuk menunjukkan respirasi pada tumbuhan, biasanya
digunakan kecambah yang belum mengandung klorofil, atau jika tumbuhan tadi
mengandung klorofil, harus didimpan disimpan ditempat gelap. Pada respirasi
hewan hewan vertebrata darat, terjadi pengambilan dan pengeluaran udara dalam
mekanisme respirasinya. Komposisi udara yang diisap dapat dianggap sama dengan
atmosfer diluar tubuh. Sedangkan udara yang dikeluarkan dari paru-paru
mengandung O2 yang lebih sedikit dan CO2 yang lebih
banyak (Wahyuningsih, 2004).
Respirasi yaitu suatu proses
pembebasan energi yang tersimpan dalam zat sumber energi melalui proses kimia
dengan menggunakan oksigen. Dari respirasi akan dihasilkan energi kimia ATP
untak kegiatan kehidupan, seperti sintesis (anabolisme), gerak, pertumbuhan. Kimia yang disimpannya dapat digunakan untuk berbagai proses yang
memerlukan tenaga, termasuk biosintesis, gerak alih atau pengangkutan molekul
merentas membran plasma. Disebabkan ciri merata ini, ATP juga dikenali sebagai
“mata uang tenaga sejagat”, karena jumlah ATP dalam sel menunjukkan beberapa
banyak tenaga yang tersedia ada untuk proses memerlukan tenaga (Anonim, 2012).
Respirasi merupakan fungsi kumulatif dan tiga tahapan metabolik yaitu glikolisis, siklus
krebs, dan rantai transfer elektron. Dua tahapan pertama yaitu glikolisis dan siklus krebs merupakan
jalur katabolik yang menguraikan glukosa dan bahan bakar lainnya. Glikolisis yang
terjadi di dalam sitosol, mengalami perombakan dengan pemecahan glukosa menjadi
dua molekul senyawa yang disebut piruvat. Siklus krebs yang terjadi pada
matriks mitokondria, menyempurnakan pekerjaan ini dengan menguraikan turunan
piruvat menjadi karbondioksida. Dengan demikian, karbondioksida yang dihasilkan
oleh respirasi merupakan fragmen molekul organik yang teroksidasi. Sebagian tahap glikolisis dan
siklus krebs ini merupakan reaksi redoks dimana enzim dehidrogenase mentransfer
electron dari substrat ke NAD+ dan membentuk NADH. Energi yang dilepas pada setiap
langkah oleh mitokondria untuk memuat ATP.modus sintesis ATP ini disebut
fosforilasi oksidatif karena sintesis ini digerakkan oleh reaksi redoks yang
mentransfer elektron dari makanan ke oksigen (Campbell, 2002).
Menurut Suntoro (2001), respirasi
pada makluk hidup berlangsung melalui tahapan berikut:
a. pernapasan
luar (respirasi ekternal), merupakan proses pertukaran gas oksigen (O2)
dan gas karbondioksida (CO2) antara medium (lingkungan) eksternal
dengan organ pernapasan
b. pengangkutan
gas O2 dan gas CO2, meliputi pengangkutan gas O2
dari kapiler organ pernapasan ke seluruh sel-sel tubuh dan pengangkutan gas CO2
dari sel-sel seluruh tubuh ke organ pernapasan.
c. pernapasan dalam (respirasi internal),
merupakan proses reaksi oksidasireduksi dimana O2 dikonsumsi CO2
diproduksi yang berlangsung didalam sel.
Organ-organ
pernapasan pada hewan vertebrata dapat berupa paru-paru bagi hewan terestrial,
insang dan kulit bagi hewan-hewan akuatik. Selain organ-organ respirasi utama,
pada beberapa hewan sering terdapat organ-organ pembantu bagi pernapasan
seperti gelembung renang (vesika natatoria) pada teleostei, organ arboresen
labirin pada ikan lele. Pada bangsa burung ditemukan adanya pundi-pundi sebagai
reservoir atau menyimpan udara cadangan yang sangat berkembang pada sejenis
burung peterbang jauh atau yang sering bermigrasi (Suntoro, 2001).
Hewan artpoda darat memiliki sistem
trakea dan paru-paru difusi yang bermuara dipermukaan tubuh dengan sebuah
spirakel. Trakea yang berbentuk pipa yang berakhir pada tubulus-tubulus kecil
(trakeol), yang terdiri dari sel-sel trakeol yang mempunyai membrane pernapasan
masuk kesemua jaringan tubuh. Pada ujung trakeol terdapat sedikit cairan dan
gas-gas terlarut didalamnya (Tim Pengajar, 2003).
Alat pernapasan berupa trakea antara
lain dapat ditemukan pada insecta. Trakea merupakan suatu pembuluh halus yang
berjalan dari permukaan tubuh, bercabang-cabang keseluruh alat-alat dalam.
Trakea terbentuk sebagai invaginasi dinding tubuh, dilapisi oleh kitin. Setiap
percabangan berakhir dalam sel-sel trakea, yang mempunyai perluasan berupa
trakeola terisi cairan, dan melalui cairan inilah oksigen dan karbondioksida
berdifusi kedalam sel dan dari sel-sel jaringan didekatnya. Difusi gas melalui
sistem trakeal ini berlangsung karena pergerakan segmen-segmen dada dan perut.
Pada banyak jenis insekta, lubang masuk trakea (spirakulum) mempunyai valvulae
yang dapat menutup untuk mencegah kehilangan air yang terlalu banyak. Pada
insekta akuatik terdapat insang trakea yang merupakan evaginasi kulit atau rektum
yang berdinding tipis dengan banyak trakeola yang halus. Alat ini memiliki
permukaan respiratorik yang sangat luas untuk mendapatkan oksigen dari dalam
air secara difusi (Suripto, 2000).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Kamis/13
Desember 2012
Waktu
: Pukul 07.30 s.d 09.10 WITA
Tempat : Laboratorium Biologi lantai III sebelah barat, Jurusan Biologi FMIPA UNM.
B. Alat dan Bahan
1.
Alat
a.
Dua set respirometer sederhana (simple Respirometer)
b.
Pipet kecil
c.
Stopwatch (Handphone)
2.
Bahan
a.
Kecoa (Blatta orientalis), 1 ekor
b.
Belalang (Dissosteria carolina), 3 ekor
c.
Kecambah kacang
hijau
d.
Kristal KOH
e.
Larutan eosin
f.
Vaselin
g.
Kapas
C. Prosedur
Kerja
1.
Percobaan I
a.
Mengambil 1 ekor
belalang yang berukuran berat tubuh sama/hampir sama dengan kecoa yang akan
diteliti.
b.
Membungkus 1
butir Kristal KOH dengan kapas tipis kemudian memasukkannya kedalam tabung respirometer.
c.
Memasukkan
belalang kedalam tabung respirometer.
d.
Menutup tabung
respirometer dengan penutupnya yang berhubungan dengan pipa kaca berskala,
kemudian mengolesinya dengan vaselin pada sambungan tabung respirometer dengan
penutupnya untuk mencegah kebocoran.
e.
Meletakkan
tabung respirometer pada sandarannya.
f.
Menetesi ujung
pipa kaca berskala dengan larutan eosin sampai masuk kedalam salurannya.
g.
Mengamati
pergeseran eosin sepanjang saluran pipa berskala, kemudian mencatat berapa
jarak mulai dari skala 0,0 setiap 1 menit hingga menit ke-5.
h.
Setelah
dilakukan pengamatan selama 5 menit, kemudian mengeluarkan belalang dari tabung
respirometer.
i.
Mencuci tabung
respirometer, dan memasukkan kecoa yang memiliki ukuran tubuh sama/hampir sama
dengan belalang.
j.
Mengulang
langkah kerja b sampai g untuk pengamatan kecoa.
2. Percobaan II
a. Membersihkan kembali respirometer sederhana yang
telah digunakan.
b. Melakukan percobaan II dengan tata urutan kerja yang
sama pada percobaan I, dengan menggunakan 2 ekor belalang dengan ukuran berat
tubuh yang berbeda pada perlakuan dalam respirometer yang terpisah.
3. Percobaan III
a. Membersihkan respirometer yang telah digunakan.
b. Melakukan percobaan III dengan tata urutan kerja
yang sama pada percobaan I, dengan menggunakan kecambah kacang hijau yang belum
dikuliti dan yang telah dikuliti pada perlakuan dalam respirometer yang
terpisah.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Percobaan
1 : Dua Organisme berbeda, ukuran sama
1. Tabel
Hasil Pengamatan
NO
|
Menit ke-n
|
Jenis organism
|
skala yang
ditunjukkan eosin
|
Volume oksigen yang
digunakan organisme
|
1
|
1
|
Belalang
|
12
|
0,12
|
Kecoa
|
9
|
0,09
|
||
2
|
2
|
Belalang
|
21
|
0,21
|
Kecoa
|
13
|
0,13
|
||
3
|
3
|
Belalang
|
29
|
0,29
|
Kecoa
|
14
|
0,14
|
||
4
|
4
|
Belalang
|
39
|
0,39
|
Kecoa
|
15
|
0,15
|
||
5
|
5
|
Belalang
|
48
|
0,48
|
Kecoa
|
16
|
0,16
|
2.
Grafik hubungan antara waktu dan skala yang ditunjukkan eosin masing-masing
makhluk hidup
Percobaan
2 : organisme sama, ukuran berbeda
1. Tabel
Hasil Pengamatan
NO
|
Menit ke-n
|
Jenis organisme
|
skala yang
ditunjukkan eosin
|
Volume oksigen yang
digunakan organism
|
1
|
1
|
Belalang besar
|
12
|
0,12
|
Belalang kecil
|
12
|
0,12
|
||
2
|
2
|
Belalang besar
|
20
|
0,20
|
Belalang kecil
|
20
|
0,20
|
||
3
|
3
|
Belalang besar
|
31
|
0,31
|
Belalang kecil
|
26
|
0,26
|
||
4
|
4
|
Belalang besar
|
41
|
0,41
|
Belalang kecil
|
31
|
0,31
|
||
5
|
5
|
Belalang besar
|
50
|
0,50
|
Belalang kecil
|
30
|
0,30
|
2. Grafik
Hubungan antara waktu dan skala yang ditunjukkan oleh eosin
Percobaan
3 : kecambah yang telah dikuliti dan yang belum
1. Tabel
Hasil Pengamatan
NO
|
Menit ke-n
|
Jenis organisme
|
skala yang ditunjukkan
eosin
|
Volume oksigen yang
digunakan organism
|
1
|
1
|
Belum dikuliti
|
10
|
0,10
|
Telah dikuliti
|
9
|
0,09
|
||
2
|
2
|
Belum dikuliti
|
13
|
0,13
|
Telah dikuliti
|
13
|
0,13
|
||
3
|
3
|
Belum dikuliti
|
15
|
0,15
|
Telah dikuliti
|
16
|
0,16
|
||
4
|
4
|
Belum dikuliti
|
17
|
0,17
|
Telah dikuliti
|
19
|
0,19
|
||
5
|
5
|
Belum dikuliti
|
19
|
0,19
|
Telah dikuliti
|
20
|
0,20
|
2. Grafik
hubungan antara waktu dan skala yang ditunjukkan eosin
B.
Analisis Data
Persamaan yang digunakan untuk menentukan kecepatan rata-rata pernapasan
masing-masing organisme adalah:
Keterangan:
v = kecepatan rata-rata pernapasan organisme
s awal = skala awal yang ditunjukan eosin
t = waktu yang diamati dalam menit
Percobaan 1: Dua organisme berbeda, ukuran sama.
a. Belalang
v =
= 7,2 Skala/menit
b. Kecoa
v =
= 1,4 Skala/menit
Percobaan 2 : Organisme
sama, ukuran berbeda
a. Belalang
besar
v =
= 7,6 Skala/menit
b. Belalang
kecil
v =
= 3,6 Skala/menit
Percobaan 3 : Dua
kecambah dari jenis yang sama, yang belum dikuliti dan telah dikuliti
a. Kecambah
yang belum dikuliti
v =
= 1,8 Skala/menit
b. Kecambah
yang telah dikuliti
v =
= 2,2 Skala/menit
C. Pembahasan
I. Percobaan 1
Diperbandingkan
dua organisme berbeda yakni belalang (Dissosteria carolina) dan kecoa (Blatta
orientalis) dengan ukuran
tubuh yang sama. Berdasarkan pengamatan diperoleh data bahwa kecepatan
pernapasan belalang yang ditunjukkan eosin adalah 7,2 skala/menit dan pada
kecoa adalah 1,4 skala/menit. Ini berarti bahwa kecepatan pernapasan belalang
lebih besar dari pada kecoa. Hal tersebut terjadi karena perbedaan aktivitas
masing-masing organisme. Belalang membutuhkan oksigen yang lebih agar dapat
terbang dan melompat, sedangkan kecoa yang mayoritas aktivitasnya tidak seperti
belalang, yakni hanya berjalan dan menetap disatu tempat. Hal ini menunjukkan
bahwa kecepatan pernapasan suatu organisme bergantung pada aktivitas dan jenis
organismenya.
II. Percobaan
2
Diperbandingkan
dua organisme sejenis dengan ukuran tubuh yang berbeda yakni antara belalang
berukuran tubuh kecil dan belalang berukuran tubuh besar. Berdasarkan
pengamatan diperoleh data bahwa kecepatan pernapasan belalang besar adalah 7,6
skala/menit dan belalang kecil adalah 3,6 skala/menit. Ini menunjukkan bahwa
kecepatan pernapasan belalang bertubuh besar lebih tinggi dari pada belalang
bertubuh kecil. Hal ini terjadi karena perbedaan ukuran tubuh. Belalang besar
memiliki sistem respirasi dan sirkulasi yang lebih besar dibandingkan belalang
kecil, begitu juga kuantitas oksigen yang dibutuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa kecepatan pernapasa organisme bergantung
pada ukuran tubuh organisme tersebut.
III. Percobaan 3
Diperbandingkan
dua kecambah namun berlainan perlakuan. Kelompok kecambah pertama belum
dikuliti dan kelompok kecambah kedua telah dikuliti. Berdaasrkan pengamatan
diperoleh data bahwa kecepatan pernapasan kecambah yang belum dikuliti adalah
1,8 skala/menit dan kecambah yang telah dikuliti adalah 2,2 skala/menit yang
menunjukkan bahwa kecepatan pernapasan kecambah yang telah dikuliti lebih
tinggi dari pada yang belum dikuliti. Ini terjadi karena adanya kulit memperkecil
kecepatan respirasi kecambah.
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pengamatan yang
telah dilaksanakan dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa:
1.
Dalam respirasinya, mahluk
hidup/organisme membutuhkan oksigen untuk melangsungkan hidupnya.
2.
Kebutuhan oksigen yang di perlukan
makhluk hidup/organisme dalam melakukan respirasinya bergantung pada jenis dan
ukuran tubuh mahluk hidup. Semakin aktif organisme makan kebutuhan oksigennya
pun besar. Selain itu semakin kecil ukuran organisme tersebut maka oksigen yang
diperlukan sedikit dan sebaliknya semakin besar ukuran tubuh organsime tersebut
maka oksigen yang di perlukan semakin banyak.
B. Saran
1. Untuk
praktikan
hati-hati selama memperlakukan tabung
reaksi, karena kesalahan dapat
menyebabkan kerusakan pada tabung yang akan mengganggu pengamatan.
2. Untuk
asisten agar kiranya memberikan arahan dan batasan yang jelas dalam setiap
kegiatan praktikum demi meminimalisir kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh praktikan
selama praktikum berlangsung.
3. Untuk
Laboratorium
sebaiknya
alat-alat yang disediakan diperhatikan, sehingga praktikan tidak menggunakan
alat yang kurang baik, khususnya keutuhan tabung reaksi dan alat bantunya.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A dkk. 2008. Biologi. Jakarta: Penerbit Erlangga
Pengajar, Tim. 2003. Biologi Umum. Makassar: Universitas
Negeri Makassar
Penyusun, Tim. 2012. Penuntun
Praktikum Biologi Dasar. Makassar: Universitas
Negeri Makassar
Suntoro, Susilo Handari dkk.
2001. Anatomi dan Fisiologi Hewan.
Jakarta: Universitas Terbuka
Suripto. 2000. Struktur Hewan. Jakarta: Universtas
Terbuka
Wahyuningsih,
Tri dkk. 2004. Praktikum Biologi.
Jakarta: Universtas Terbuka
LAMPIRAN I
Pertanyaan:
1.
Apa fungsi KOH yang dibungkus dengan kapas
2.
Apa fungsi eosin pada percobaan ini? Dapatkah eosin tersebut diganti
dengan cairan yang lain? Jelaskan!
3.
Bagaimana mengetahui volume eosin yang digunakan organisme pada percobaan
diatas?
4.
Adakah perbedaan jumlah kebutuhan oksigen berdasarkan jenis organisme?
Jelaskan!
5.
Adakah perbedaan jumlah kebutuhan oksigen berdasarkan ukuran organisme?
Jelaskan!
Jawaban:
1.
Untuk mengikat CO2 yang dihembuskan oleh organisme, agar
oksigen memiliki ruang sehingga eosin dapat mendeteksi dan memberikan pembacaan
pada skala respirometer
2.
Untuk melihat pergerakan akibat respirasi oleh organisme yang diamati
dalam respirometer. Eosin dapat diganti dengan
3.
Dengan melihat skala yang ditunjukkan oleh eosin pada penutup
respirometer yang bersatuankan ml.
4.
Ada, jenis organisme mempengaruhi kebutuhan oksigen karena tiap jenis
organisme memiliki aktifitas dan tingkat keaktifan yang berbeda. Sebagai
contoh, belalang yang beraktifitas dengan melompat dan skali-kali terbang
memiliki kebutuhan oksigen lebih banyak dari pada kecoa yang lebih sering diam
dan menetap pada satu tempat.
5.
Ada, ukuran organisme mempengaruhi kebutuhan oksgen karena ukuran tubuh
menunjukkan kuantitas metabolisme dan kebutuhan sistem organ pada organisme
akan oksigen.
LAMPIRAN II
Anonim
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Search
Peduli Syam
Kunjungi Ane di Facebook
Popular Posts
Blog Archive
Powered by Blogger.
0 comments:
Post a Comment