Monday, 1 July 2013
On 15:38 by Unknown in Pendidikan No comments
dalam
Dinamika Remaja
A. Remaja Dan Tugas Perkembangan
Masa remaja merupakan
masa “belajar” untuk tumbuh dan berkembang dari anak menjadi dewasa. Masa
belajar ini disertai dengan tugas-tugas, yang dalam istilah psikologi dikenal
dengan istilah tugas perkembangan. Sama halnya dengan di sekolah, tugas
perkembangan ini juga harus diselesaikan oleh seorang remaja dengan baik dan
tepat waktu untuk dapat naik ke kelas berikutnya. Istilah tugas perkembangan
digunakan untuk menggambarkan harapan masyarakat terhadap suatu individu untuk
melaksanakan tugas tertentu pada masa usia tertentu sehingga individu itu dapat
menyesuaikan diri dalam masyarakat.
Setiap fase
perkembangan, yaitu sejak seorang bayi lahir, tumbuh menjadi dewasa sampai
akhirnya mati, mempunyai tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi.
Misalnya, balita berusia dua tahun diharapkan sudah dapat berbicara dan
berkomunikasi secara sederhana dengan orang-orang di sekelilingnya. Hal yang
sama juga berlaku bagi remaja. Tugas perkembangan yang harus diselesaikan oleh
remaja tidak sedikit.
Tugas-tugas perkembangan ini harus dicapai
sebelum seorang remaja melangkah ke tahapan perkembangan selanjutnya. Apabila
remaja tadi gagal dalam memenuhi tugas perkembangannya secara tepat waktu, maka
ia akan sulit untuk memenuhi tugas perkembangan fase selanjutnya. Atau, apabila
ia gagal melaksanakan tugas perkembangannya pada waktu yang tepat, maka ia akan
mengalami kesulitan untuk menyelesaikannya di waktu yang lain, atau
melaksanakan tugas perkembangan pada tahapan yang lebih lanjut.
B. MASALAH REMAJA DI SEKOLAH
Sudah cukup lama
dirasakan adanya ketidakseimbangan antara perkembangan intelektual dan
emosional remaja di sekolah menegah (SLTP/ SLTA). Kemampuan intelektual mereka
telah dirangsang sejak awal melalui berbagai macam sarana dan prasarana yang
disiapkan di rumah dan di sekolah. Mereka telah dibanjiri berbagai informasi,
pengertian-pengertian, serta konsep-konsep pengetahuan melalui media massa
(televisi, video, radio, dan film) yang semuanya tidak bisa dipisahkan dari
kehidupan para remaja sekarang.
Dari segi fisik, para
remaja sekarang juga cukup terpelihara dengan baik sehingga mempunyai ukuran
tubuh yang sudah tampak dewasa, tetapi mempuyai emosi yang masih seperti anak
kecil. Terhadap kondisi remaja yang demikian, banyak orang tua yang tidak berdaya
berhadapan dengan masalah membesarkan dan mendewasakan anak-anak di dalam
masyarakat yang berkembang begitu cepat, yang berbeda secara radikal dengan
dunia di masa remaja mereka dulu.
Masalah Remaja Di Sekolah Remaja yang masih
sekolah di SLTP/ SLTA selalu mendapat banyak hambatan atau masalah yang
biasanya muncul dalam bentuk perilaku.
C.
NARKOBA DAN PERILAKU SEKS BEBAS
1. Penyalahgunaan narkoba
Hambatan dalam proses
sosialisasi merupakan manifestasi kelemahan fungsi kepribadian yang menyebabkan
labilitas emosional sehingga tingkat toleransi stres pun relatif rendah. Ia
mudah menyerah, kurang memiliki daya juang, dan rendah ketekunannya dalam
belajar mengatasi masalah. Remaja tipe ini rentan terhadap pengaruh
penyalahgunaan narkoba.
Beberapa penyebab lain
adalah dinamika relasi khas antara faktor psikis dan fisik yang kurang
menguntungkan remaja. Misalnya, badan terlampau gemuk atau kurus, sikap
tertutup, teman terbatas, prestasi belajar antara sedang ke kurang, dan kurang
berani menghadapi tantangan. Anak tipe ini biasanya kurang percaya diri
sehingga rawan pemerasan/pemalakan. Awalnya dipaksa menyerahkan uang jajan
sampai akhirnya dipaksa mencuri di rumah. Hasil pemerasan langsung dibelikan
narkoba dan sering terjadi anak dipaksa mencoba minuman keras atau narkoba yang
dibeli dari hasil rampasan/pemerasan tadi.
Beberapa faktor
internal mirip hal di atas, tetapi keanggotaan terhadap geng diperoleh dengan
pendekatan lebih luwes. Misalnya, anak diajak naik motor, diajari naik motor
atau main gitar, untuk kemudian dijadikan obyek pemerasan. Karena khawatir
kehilangan teman bermain, segala yang diminta pimpinan geng akan ia penuhi,
termasuk merokok dan kemudian menggunakan narkoba.
Remaja yang sejak awal
pubertas menunjukkan kurang suka belajar, sering bolos, dan menyukai permainan
seperti pachinko atau permainan lain yang mengandung unsur perjudian biasanya
mengalami ketidakpuasan emosional di rumah dan tidak mampu mengatasi
permasalahan remaja dan gejolak jiwa remajanya. Ia frustrasi dan gelisah.
Keadaan ini sering dilatari sikap keluarga
yang kurang sempat memerhatikan anak remajanya dan kurang memberi dukungan
kasih serta perhatian bagi anak remaja untuk menyelesaikan masalah remaja
tersebut. Keadaan frustrasi ini membuka peluang penggunaan narkoba sebagai cara
remaja menyelesaikan masalahnya. Bila akhirnya keluarga mengetahui, reaksi
lanjut pihak keluarga biasanya lebih tidak menguntungkan. Artinya, remaja
semakin tenggelam dalam penggunaan narkoba sebagai jalan keluar
masalahnya.
2. Perilaku Seks Bebas
Menurut beberapa
penelitian, cukup banyak faktor penyebab remaja melakukan perilaku seks bebas.
Salah satu di antaranya adalah akibat atau pengaruh mengonsumsi berbagai
tontonan. Apa yang ABG tonton, berkorelasi secara positif dan signifikan dalam
membentuk perilaku mereka, terutama tayangan film dan sinetron, baik film yang
ditonton di layar kaca maupun film yang ditonton di layar lebar.
Hal kedua yang menjadi
penyebab seks bebas di kalangan remaja adalah faktor lingkungan, baik
lingkungan keluarga maupun lingkungan pergaulan. Lingkungan keluarga yang
dimaksud adalah cukup tidaknya pendidikan agama yang diberikan orangtua
terhadap anaknya. Cukup tidaknya kasih sayang dan perhatian yang diperoleh sang
anak dari keluarganya. Cukup tidaknya keteladanan yang diterima sang anak dari
orangtuanya, dan lain sebagainya yang menjadi hak anak dari orangtuanya. Jika
tidak, maka anak akan mencari tempat pelarian di jalan-jalan serta di
tempat-tempat yang tidak mendidik mereka. Anak akan dibesarkan di lingkungan
yang tidak sehat bagi pertumbuhan jiwanya. Anak akan tumbuh di lingkungan
pergaulan bebas.
Pergolakan emosi yang
terjadi pada remaja tidak terlepas dari bermacam pengaruh, seperti lingkungan
tempat tinggal, keluarga, sekolah dan teman-teman sebaya serta aktivitas-aktivitas
yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Masa remaja yang identik dengan
lingkungan sosial tempat berinteraksi, membuat mereka dituntut untuk dapat
menyesuaikan diri secara efektif. Bila aktivitas-aktivitas yang dijalani di
sekolah (pada umumnya masa remaja lebih banyak menghabiskan waktunya di
sekolah) tidak memadai untuk memenuhi tuntutan gejolak energinya, maka remaja
seringkali meluapkan kelebihan energinya ke arah yang tidak positif, misalnya
tawuran. Hal ini menunjukkan betapa besar gejolak emosi yang ada dalam diri
remaja bila berinteraksi dalam lingkungannya.
Keteladanan orangtua
juga merupakan faktor penting dalam menyelamatkan moral anak. Orangtua yang
gagal memberikan teladan yang baik kepada anaknya, umumnya akan menjumpai
anaknya dalam kemerosotan moral dalam berperilaku.
Menyelamatkan moral
serta memperbaiki perilaku generasi muda harus segera dilakukan dan misi ini
menjadi tanggung jawab bersama, tanggung jawab dari seluruh elemen bangsa. Jika
misi ini ditunda, maka semakin banyak generasi muda yang menjadi korban dan
tidak menutup kemungkinan kita akan kehilangan generasi penerus bangsa.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Search
Peduli Syam
Kunjungi Ane di Facebook
Popular Posts
Blog Archive
Powered by Blogger.
0 comments:
Post a Comment