Wednesday, 17 September 2014
Lahirnya elektronika sebenarnya
mula-mula atas tuntutan kebutuhan manusia akan sarana telekomunikasi. Sarana
telekomunikasi menggunakan telepon yang ditemukan oleh A.G. Bell pada tahun
1876 masih terlalu sederhana, banyak keterbatasan-keterbatasannya. Untuk
memungkinkan hubungan yang mencapai jarak jauh dan mutu yang baik serta
kapasitas saluran yang tinggi, dituntut adanya penguatan sinyal, modulasi,
demodulasi serta multipleksi. Dan untuk mencapai jarak yang lebih jauh lagi
dengan beaya yang lebih murah, diperlukan penggunaan media gelombang
elektromagnetik.
Pada tahun 1896 Marconi berhasil
menciptakan telegrap radio, telegrap tanpa kabel, tetapi menggunakan media
gelombang elektromagnetik. Dengan demikian tuntutan jarak yang jauh dapat
dipenuhi. Namun tuntutan-tuntutan yang lain belum dipenuhi, sehingga para ahli
terus bekerja tanpa mengenal lelah. Pada
tahun 1904 Sir Ambrose Fleming menemukan tabung hampa dengan dua lektrode
(tabung dioda), yang dinamakannya “valve” (katup). Katup ini dapat berfungsi
sebagai detektor sinyal-sinyal dari telegrap radio Marconi.
Dua
tahun kemudian yakni tahun 1906, De Forest meletakkan elektroda ketiga (kisi)
pada katup Fleming sehingga ditemukanlah tabung trioda, yang ia beri nama
audion. Audion ini dapat berfungsi
antara lain untuk memperkuat sinyal-sinyal tersebut. Jadi mulai tahun 1904 ini
sebenarnya orang sudah mulai mengendalikan gerakan-gerakan elektron dalam ruang
hampa, sehingga tahun itu dapat dipandang sebagai tahun “kelahiran”
Elektronika. Namun ada orang yang menyatakan tahun 1906 yakni tahun
ditemukannya tabung trioda ini sebagai tahun “kelahiran”
Elektronika, ada pula yang menyatakan
tahun 1911 yakni tahun diperolehnya tabung trioda yang lebih handal (setelah
disempurnakan tabung hampa udaranya dan digunakan katoda lapis oksida).
Dengan ditemukannya tabung trioda ini
dan lebih-lebih dengan ditemukannya tabung iconoscope yaitu tabung hampa yang
merupakan alat dasar dalam kamera televisi oleh Vladimir Zwonykin padaa tahun
1920, maka industri radio dan televisi berkembang pesat.
Ditinjau dari daya yang digunakan,
kecepatan, ukuran geometrik, berat dan kemudahan rusak, tabung trioda diatas
masih banyak keterbatasan-keterbatasannya. Oleh karena itu para ahli berusaha
untuk memperoleh alat yang mempunyai fungsi sama, tetapi dengan keterbatasan-keterbatasan
minimal.
Pada tahun 1948 John Bardeen, Walter H.
Brattain dan William Shockley menemukan alat tersebut, yang diberi nama
transistor. Transistor ini dibuat dari bahan semikonduktor, dan transistor ini
dapat menggantikan fungsi tabung trioda. Karena tidak menggunakan filamen
pemanas seperti pada tabung hampa, transistor tidak banyak memakan daya.
Disamping itu ukurannya kecil dan tidak mudah pecah. Akibatnya radio yang
menggunakan transistor dapat dibuat berukuran kecil dan dapat menggunakan baterai
sebagai sumber daya listriknya. Disamping itu transistor dapat diproduksi
secara massal sehingga harga menjadi murah. Demikian pula dengan menggunakan
transistor orang dapat membuat komputer elektronika yang lebih kecil tetapi
mempunyai kemampuan lebih tinggi daripada jika menggunakan tabung hampaa.
Hubungan antar komponen rangkaian Elektronika dalam era transistor ini pada
umumnya menggunakan PCB (Printed Circuit Board = papan rangkai tercetak),
melalui penyoldiran. Suatu kelemahan dari hubungan semacam ini adalah
reliabilitas tidak prima disamping ukuran masih cukup besar, walaupun tidak
sebesar pada rangkaian dengan tabung hampa. Karena itu para ahli berusaha untuk
mengatasi keterbatasan-keterbatasan ini.
Pada tahun 1958 J.S. Kilby menemukan
rangkaian terpadu (IC = “integrated circuit” = rangkaian terintegrasi), suatu
keping (chip) silikon tunggal yang ukurannya sangat kecil (≈ 1 mm2) yang
diatasnya berisi rangkaian Elektronika yang diproses dengan teknik-teknik
difusi dan pengendapan. Semenjak ditemukan rangkaian terpadu tersebut, jumlah
komponen per chip terus berkembang sehingga dewasa ini dikenal IC jenis SSI
(“Small Scale Integration”), MSI (“Medium Scale Integration”), LSI (“Large
Scale Integration”), VLSI (“Very Large Scale Integration”), yang masing-masing
mempunyai jumlah komponen (transistor)
per chip 10-100, 100-1000, 1000-100.000, dan > 100.000. Dengan ditemukannya
rangkaian terpadu ini sejarah Elektronika mengalami babak baru yaitu babak
mikroelektronika. Dengan semakin meningkatnya jumlah komponen per chip dalam
rangkaian terpadu (IC) ini maka terdapat kecenderungan pemakaiannya menjadi
makin khusus, sehingga tidak diproduksi secara besar-besaran, akibatnya
harganya menjadi mahal.
Pada tahun 1971 perusahaan Elektronika
Intel Inc di Amerika Serikat berhasil membuat IC mikroprosesor, yang merupakan
“otak” dari komputer. IC mikroprosesor ini bersifat fleksibel, mempunyai fungsi
hampir mirip tak terbatas. Dengan perangkat keras yang sama dapat diperoleh
berbagai fungsi, hanya dengan merubah program. Akibatnya dapat diproduksi dalam
jumlah cukup banyak dengan harga relatif murah. Jika diamati perkembangan
Elektronika dari sejak “kelahirannya” sampai sekarang, nampak bahwa
perkembangan tersebut menuju miniaturisasi komponen. Bahkan dewasa ini telah ditemukan
“one chip micro computer” atau mikro komputer dalam satu chip “Komponen” baru
ini terdiri atas mikroposesor, memori baca tulis, memori baca, dan unit
input-output yang seluruhnya terletak dalam satu chip. Disamping itu
perkembangan menuju ke arah peningkatan kemampuan, dan “intelegensi”.
Gambar menunjukkan perkembangan komponen tersebut.
Artikel ini di sadur dari http://staff.uny.ac.id dengan telah melewati proses penyuntingan dan penambahan materi.
Baca juga
Laporan Elektronika Dasar - Komponen-komponen dasar elektronika
Kumpulan Laporan Praktikum Elektronika
Rangkaian Setara Thevenin - Northon
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Search
Peduli Syam
Kunjungi Ane di Facebook
Popular Posts
Blog Archive
Powered by Blogger.
0 comments:
Post a Comment