Catatan Perjalanan Hidup Seorang Pemuda Muslim

Monday, 3 June 2013

On 13:12 by Unknown in ,    No comments
                                                                    
A.      SIFAT HAKEKAT MANUSIA
Sifat hakikat manusia menjadi bidang kajian filsafat, khususnya filsafat antropologi. Hal ini menjadi keharusan oleh karena pendidikan bukanlah sekadar soal praktek melainkan praktek yang berlandasan dan bertujuan. Sedangkan landasan dan tujuan pendidikan itu sendiri sifatnya filosofis normatif. Sifat hakekat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik, yang secara prinsipiil yang membedakan manusia dari hewan.
Wujud sifat hakikat manusia dikemukakan oleh paham eksistensialisme, dengan maksud menjadi masukan dalam membenahi konsep pendidikan, yakni:
a.    Kemampuan menyadari diri, yaitu kemampuan untuk membuat jarak (distansi) diri dengan akunya sendiri. Aku seolah-olah keluar dari dirinya dengan berperan sebagai subjek kemudian memandang dirinya sendiri dengan berperan sebagai objek untuk melihat kelebihan-kelebihan yang dimiliki serta kekurangan-kekurangan yang terdapat pada dirinya.
b.    Kemampuan bereksistensi, yaitu dengan keluar dari dirinya, dan dengan membuat jarak antara aku dengan dirinya sebagai objek, lalu melihat objek itu sebagai sesuatu, berarti manusia itu dapat menembus atau menerobos dan mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya. Kemampuan menerobos ini bukan saja dalam kaitannya dengan soal ruang, melainkan juga dengan waktu.
c.    Pemilikan kata hati, Adalah kemampuan manusia dalam membuat keputusan tentang yang baik/benar dan yang buruk/salah bagi manusia sebagai manusia. Dalam kaitan dengan moral (perbuatan), kata hati merupakan “petunjuk bagi moral perbuatan”.
d.   Moral, adalah perbuatan yang merupalkan realisasi dari kata hati. Moral yang sinkron dengan kata hati yang tajam yaitu yang benar-benar baik bagi manusia sebagai manusia merupakan moral yang baik atau moral yang tinggi (luhur).
e.    Kemampuan bertanggung jawab, adalah keberanian untuk menentukan bahwa sesuatu perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia, dan bahwa hanya karena itu perbuatan tersebut dilakukan, sehingga sanksi apapun yang dituntutkan (oleh kata hati, oleh masyarakat, oleh norma-norma agama), diterima dengan penuh kesadaran dan kerelaan.
f.     Rasa kebebasan (kemerdekaan), adalah rasa bebas yang sesuai dengan tuntutan kodrat manusia, yakni bebas sepanjang tidak bertentangan dengan tuntutan kodrat manusia. Kemerdekaan berkaitan erat dengan kata hati dan moral. Seseorang mengalami rasa merdeka apabila segenap perbuatannya (moralnya) sesuai dengan apa yang dikatakan oleh kata hatinya, yaitu kata hati yang sesuai dengan tuntutan kodrat manusia.
g.    Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak, kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang timbul sebagai manifestasi dari manusia sebagai makhluk sosial. Yang satu ada hanya oleh karena adanya yang lain, yakni tak ada hak tanpa kewajiban. Sebaliknya kewajiban ada oleh karena ada pihak yang lain yang harus dipenuhi haknya. Kemampuan menghayati kewajiban sebagai keniscayaan tidaklah lahir dengan sendirinya, tetapi bertumbuh melalui suatu proses.
h.    Kemampuan menghayati kebahagiaan, adalah suatu istilah yang lahir dari kehidupan manusia. Kebahagiaan tidak terletak pada keadaannya sendiri secara faktual (lulus sebagai sarjana, mendapat pekerjaan dan seterusnya) ataupun pada rangkaian prosesnya maupun pada perasaan yang diakibatkannya, tetapi terletak pada kesanggupan menghayati semuanya itu dengan keheningan jiwa serta mendudukkan hal-hal tersebut didalam rangkaian atau ikatan tiga hal yaitu: usaha, norma-norma, hasil dan takdir.

B.  DIMENSI-DIMENSI HAKIKAT MANUSIA SERTA POTENSI, KEUNIKAN, DAN DINAMIKANYA
1. Dimensi keindividualan. Lysen: individu sebagai “orang-seorang”, Sesuatu yang merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi. Selanjutnya individu diartikan sebagai pribadi. Kesanggupan untuk memikul tanggung jawab sendiri merupakan ciri yang sangat esensial dari adanya individualitas pada diri manusia. Sifat ini secara potensial telah dimiliki sejak lahir perlu ditumbuh kembangkan melalui pendidikan agar bisa menjadi kenyataan.
2.    Dimensi kesosialan. M.J Langeveld: setiap bayi yang lahir dikaruniai potensi sosialitas. Setiap anak dikaruniai benih kemungkinan untuk bergaul. Artinya, setiap orang dapat saling berkomunikasi yang pada hakikatnya didalamnya terkandung unsur saling memberi dan menerima. Seseorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya didalam interaksi dengan sesamanya.
3.    Dimensi kesusilaan. Kesusilaan diartikan mencakup etika dan etiket. Persoalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Pada hakikatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan susila, serta melaksanakannya sehingga dikatakan manusia itu adalah makhluk susila. Drijarkara: manusia susila adalah manusia yang memiliki nilai-nilai, menghayati, dan melaksanakan nilai-nilai tersebut dalam perbuatan.
4.    Dimensi keberagamaan. Pada hakikatnya manusia adalah makhluk religius. Sejak dahulu kala sebelum manusia mengenal agama, mereka telah percaya bahwa diluar alam yang dapat dijangkau dengan perantaraan alat indranya serta diyakini akan adanya kekuatan supranatural yang menguasai hidup dan alam semesta ini. Kemudian setelah ada agama maka manusia mulai menganutnya yang merupakan kebutuhan karena manusia adalah makhluk yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang.

C. PENGEMBANGAN DIMENSI HAKIKAT MANUSIA
1.    Pengembangan yang utuh
Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua faktor, yaitu kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas pendidikan yang disediakan untuk memberikan pelayanan atas perkembangannya.
a. Dari wujud dimensinya, pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagamaan dikatakan utuh jika semua dimensi tersebut mendapat layanan dengan baik, tidak terjadi pengabaian terhadap salah satunya. Dalam hal ini pengembangan dimensi keberagamaan menjadi tumpuan dari ketiga dimensi yang disebut terdahulu.
b.    Dari arah pengembangan, pengembangan dimensi hakikat manusia yang utuh diartikan sebagai pembinaan terpadu terhadap dimensi hakikat manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara selaras. Perkembangan dimaksud mencakup yang bersifat horizontal (yang menciptakan keseimbangan) dan yang bersifat vertikal (yang menciptakan ketinggian martabat manusia). Dengan demikian secara totalitas membentuk manusia yang utuh.
2. Pengembangan yang tidak utuh
Pengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi didalam proses pengembangan jika ada unsur dimensi hakikat manusia yang terabaikan untuk ditangani. Yang berakibat terbentuknya kepribadian yang pincang dan tidak mantap (goyah). Pengembangan semacam ini merupakan pengembangan yang patologis.

D. SOSOK MANUSIA INDONESIA SEUTUHNYA
Dalam GBHN, pembangunan nasional dilaksanakan didalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat manusia. Hal ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah, seperti pangan, sandang, perumahan, kesehatan, ataupun kepuasan batiniah seperti pendidikan, rasa aman, bebas mengeluarkan pendapat yang bertanggung jawab, atau rasa keadilan, melainkan keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara keduanya (lahiriah & bathiniah) sekaligus bathiniah.

SOAL
1.    Yang merupakan contoh perbedaan gradual antara manusia dan hewan adalah?
a.       manusia memiliki akal pikiran, sedangkan anjing tidak,
b.      dengan kemahiran rekayasa pendidikan, orang hutan dapat dijadikan manusia,
c.       untuk berjalan, kerbau menggunakan empat kakinya, sedangkan manusia hanya memiliki dan menggunakan dua kaki,
d.      saat melakukan suatu kesalahan, manusia akan merasa bersalah, sedangkan hal tersebut tidak terjadi pada hewan.
e.       Untuk melangsungkan perkawinan, manusia meggunakan prosesi pernikahan, yang tidak pernah dijumpai pada hewan.
JAWAB: B
2.    Yang merupakan pengertian dari etika adalah  . . .?
a.       indikator sifat yang tidak hanya berkaitan dengan perbuatan yang baik/benar, tetapi juga salah/buruk,
b.      indicator sifat yang berhubungan dengan soal sopan santun,
c.       sifat menjaga perbuatan agar sesuai dengan norma-norma,
d.      sifat dalam diri manusia agar menjaga tata krama.
e.       Implementasi dari adanya moral yang baik.
JAWAB : A
3.    Kebahagiaan tidak terletak pada keadaannya sendiri secara faktual (lulus sebagai sarjana, mendapat pekerjaan dan seterusnya) ataupun pada rangkaian prosesnya maupun pada perasaan yang diakibatkannya, tetapi terletak pada . . .
a.       Seberapa besar keberhasilan tersebut disyukuri sehingga akan tumbuh keikhlasan dalam diri yang merupakan pertanda adanya rasa percaya diri,
b.      Keikhlasan menerima semua tantangan yang pernah dialami, dan menyerahkannya penuh kepada hati agar tercipta sifat Qana’ah,
c.       Kesanggupan menghayati semuanya itu dengan keheningan jiwa serta mendudukkan hal-hal tersebut didalam rangkaian atau ikatan tiga hal yaitu: usaha, norma-norma, hasil dan takdir,
d.      Kemampuan meyakini bahwa segala sesuatu itu merupakan ketentuan dari Tuhan, sehingga keadaan itu akan memberikan rasa puas dan kesyukuran pada hati,
e.       Keseimbangan antara syukur dan ikhlas yang menempatkannya sebagai puncak kebahagiaan
JAWAB: C
4.    Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua faktor, yaitu...
a.       Kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan proses perkembangannya secara hakiki,
b.      Mutu pendidikan yang berpangkal pada dimensi hakikat manusia dan pola perlakuannya,
c.       Kemapanan pendidikan secara potensial dan kualitas pendidikan yang disediakan untuk memberikan pelayanan atas perkembangannya,
d.      Keutuhan dimensi hakikat manusia dan arah perkembangannya,
e.       Kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas pendidikan yang disediakan untuk memberikan pelayanan atas perkembangannya.
JAWAB: E


5.    Berikut ini merupakan sosok manusia Indonesia seutuhnya yang dimaksud dalam GBHN adalah . . .
a.       Manusia yang bertanggung jawab
b.      Manusia yang telah memperoleh pendidikan
c.       Manusia yang berjiwa sosial
d.      Manusia yang aspek lahiriah dan bathiniahnya seimbang
e.       Manusia yang telah memperoleh rasa keadilan
JAWAB: D

0 comments:

Post a Comment