Catatan Perjalanan Hidup Seorang Pemuda Muslim

Monday, 3 June 2013

On 13:14 by Unknown in ,    No comments
A.  PENGERTIAN PENDIDIKAN
1.  Batasan tentang Pendidikan
Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam, dan kandungannya berbeda yang satu dari yang lain. Perbedaan tersebut mungkin karena orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan, atau karena falsafah yang melandasinya.
a.    Pendidikan sebagai proses transformasi budaya
Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Nilai-nilai budaya tersebut mengalami proses transformasi dari generasi tua ke generasi muda.
b.     Pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi
       Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagi suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Proses pembentukan pribadi melalui 2 sasaran yaitu pembentukan pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang sudah dewasa dan bagi mereka yang sudah dewasa atas usaha sendiri.
c.     Pendidikan sebagai proses penyiapan warganegara
       Pendidikan sebagai penyiapan warganegara diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik.
d.     Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja
       Pendidikan sebagai penyimpana tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar utuk bekerja. Pembekalan dasar berupa pembentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadi misi penting dari pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia.
e.     Definisi pendidikan menurut GBHN
       GBHN 1988 (BP 7 pusat, 1990: 105) memberikan batasan tentang pendidikan nasional sebagai berikut: pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945 diarahkan untuk memingkatkan kecerdasan serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
2.  Tujuan dan proses Pendidikan
a.  Tujuan pendidikan
     Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.
b.  Proses pendidikan
     Proses pendidikan merupakan kegiatan mobilitas segenap komponen pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Kualitas proses pendidikan menggejala pada dua segi, yaitu kualitas komponen dan kualitas pengelolaannya. Pengelolaan proses pendidikan meliputi ruang lingkup makro, meso dan mikro. Adapun tujuan utama pengelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya proses belajar dan pengalaman belajar yang optimal.
3.  Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat (PSH)
PSH bertumpu pada keyakinan bahwa pendidikan itu tidak identik dengan persekolahan, PSH merupakan sesuatu proses berkesinambungan yang berlangsung sepanjang hidup. Ide tentang PSH yang hampir tenggelam, yang dicetuskan 14 abad yang lalu, kemudian dibangkitkan kembali oleh comenius 3 abad yang lalu (di abad 16). Selanjutnya PSH didefenisikan sebagai tujuan atau ide formal untuk pengorganisasian dan penstrukturan pengalaman pendidikan. Pengorganisasian dan penstrukturan ini diperluas mengikuti seluruh rentangan usia, dari usia yang paling muda sampai paling tua (Cropley:67).
Berikut ini merupakan alasan-alasan mengapa PSH diperlukan:
a.  Rasional
b.  Alasan keadilan
c.  Alasan ekonomi
d.  Alasan faktor sosial yang berhubungan dengan perubahan peranan keluarga, remaja, dan emansipasi wanita dalam kaitannya dengan perkembangan iptek
e.  Alasan perkembangan iptek
f.   Alasan sifat pekerjaan
4.     Kemandirian dalam belajar
a.  Arti dan perinsip yang melandasi
     Kemandirian dalam belajar diartikan sebagai aktivitas belajar yang berlangsungnya lebih didorong oleh kamauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri dari pembelajaran. Konsep kemandirian dalam belajar bertumpu pada prinsip bahwa individu yang belajar akan sampai kepada perolehan hasil belajar.
b.  Alasan yang menopang
Conny Semiawan, dan kawan-kawan (Conny S. 1988; 14-16) mengemukakan alasan sebagai berikut:
1)      Perkembangan iptek berlangsung semakin pesat sehingga tidak mungkin lagi para pendidik (khususnya guru) mengajarkan semua konsep dan fakta kepada peserta didik.
2)      Penemuan iptek tidak mutlak benar 100%, sifatnya relatif.
3)      Para ahli psikologi umumnya sependapat, bahwa peserta didik mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh konkret dan wajar sesuai dengan situasi dan kondidi yang dihadapi dengan mengalami atau mempraktekannya sendiri.
4)      Dalam proses pendidikan dan pembelajaran pengembangan konsep seyogyanya tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan penanaman nilai-nilai ke dalam diri peserta didik.
B.    UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN
Proses pendidikan melibatkan banyak hal yaitu:
1.     Subjek yang dibimbing (peserta didik).
2.     Orang yang membimbing (pendidik)
3.     Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)
4.     Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)
5.     Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan)
6.     Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)
7.     Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan)



Penjelasan:
1.     Peserta Didik
Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern cenderung menyebutkan demikian oleh karena peserta didik adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya.
     Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik ialah:
     a.  Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan insan yang unik.
     b.    Individu yang sedang berkembang.
     c.    Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
     d.    Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri. 
2.   Orang yang membimbing (pendidik)
     Yang dimaksud pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami pendidikannya dalam tiga lingkungan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masayarakat.
3.  Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)
     Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara peserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan secara optimal ditempuh melalui proses berkomunikasi intensif dengan manipulasi isi, metode, serta alat-alat pendidikan.
4.     Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)
a.  Alat dan Metode
     Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara khusus alat melihat jenisnya sedangkan metode melihat efisiensi dan efektifitasnya. Alat pendidikan dibedakan atas alat yang preventif dan yang kuratif.
b.  Tempat Peristiwa Bimbingan Berlangsung (lingkungan pendidikan)
     Lingkungan pendidikan biasanya disebut tri pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.


C. PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM
1. Pengertian Sistem
Beberapa definisi sitem menurut para ahli:
a. Sistem adalah suatu kebulatan keseluruhan yang kompleks atau terorganisir; suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks atau utuh. (Tatang M. Amirin, 1992:10)
b.  Sistem meruapakan himpunan komponen yang saling berkaitan yang bersama-sama berfungsi untuk mencapai suatu tujuan. (Tatang Amirin, 1992:10)
c. Sistem  merupakan sehimpunan komponen atau subsistem yang terorganisasikan dan berkaitan sesuai rencana untuk mencapai suatu tujuan tertentu. (Tatang Amirin, 1992:11).
2. Komponen dan Saling Hubungan antara Komponen dalam Sistem Pendidikan
Pendidikan sebagai sebuah sistem terdiri dari sejumlah komponen. Komponen tersebut antara lain: raw input (sistem baru), output (tamatan), instrumental input (guru, kurikulum), environmental input (budaya, kependudukan, politik dan keamanan).
3.  Hubungan Sistem Pendidikan dengan Sistem Lain dan Perubahan Kedudukan dari Sistem
Sistem pendidikan dapat dilihat dalam ruang lingkup makro. Sebagai subsistem, bidang ekonomi, pendidikan dan politik masing-masing-masing sebagai sistem. Pendidikan formal, nonformal, dan informal merupakan subsistem dari  bidang pendidikan sebagai sistem dan seterusnya.
4.  Pemecahan masalah pendidikan secara sistematik.
a.  Cara memandang sistem
     Perubahan cara memandang suatu status dari komponen menjadi sistem ataupun sebaliknya suatu sitem menjadi komponen dari sitem yang lebih besar, tidak lain daripada perubahan cara memandang ruang lingkup suatu sitem atau dengan kata lain ruang lingkup suatu permasalahan.
b.  Masalah berjenjang
          Semua masalah tersebut satu sama lain saling berkaitan dalam hubungan sebab akibat, alternatif masalah, dan latar belakang masalah.
c.    Analisis sitem pendidikan
     Penggunaan analisis sistem dalam pendidikan dimaksudkan untuk memaksimalkan pencapaian tujuan pendidikan dengan cara yang efesien dan efektif. Prinsip utama dari penggunaan analisis sistem ialah: bahwa kita dipersyaratkan untuk berpikir secra sistmatik, artinya harus memperhitungkan segenap komponen yang terlibat dalam masalah pendidikan yang akan dipecahkan.
d.    Saling  hubungan antarkomponen
       Komponen-komponen yang baik menunjang terbentuknya suatu sistem yang baik. Tetapi komponen yang baik saja belum menjamin tercapainya tujuan sistem secara optimal, manakala komponen tersebut tidak berhibungan secara fungsional dengan komponen lain.
e.    Hubungan sitem dengan suprasistem
       Dalam ruang lingkup besar terlihat pula sistem yang satu saling berhubungan dengan sistem yang lain. Hal ini wajar, oleh karena pada dasarnya setiap sistem itu hanya merupakan satu aspek dari kehidupan. Sedangkan segenap segi kehidupan itu kita butuhkan, sehingga semuanya memerlukan pembinaandan pengembangan.
5.  Keterkaitan antara pengajaran dan pendidikan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari persoalan pengajaran dan pendidikan adalah:
a. Pengajaran dan pendidikan dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan satu sama lain, masing-masing saling mengisi.
b. Pembedaan dilakukan hanya untuk kepentingan analisis agar masing-masing dapat dipahami lebih baik.
c. Pendidikan modern lebih cenderung mengutamakan pendidikan, sebab pendidikan membentuk wadah, sedangkan pengajaran mengusahakan isinya. Wadah harus menetap meskipun isi bervariasi dan berubah.
6. Pendidikan prajabatan (preservice education) dan pendidikan dalam jabatan (inservice education) sebagai sebuah sistem.
Pendidikan prajabatan berfungsi memberikan bekal secara formal kepada calon pekerja dalam bidang tertentu dalam periode waktu tertentu. Sedangkan pendidikan dalam jabatan bermaksud memberikan bekal tambahan kepada oramg-orang yang telah bekerja berupa penataran, kursus-kursus, dan lain-lain. Dengan kata lain pendidikan prajabatan hanya memberikan bekal dasar, sedangkan bekal praktis yang siap pakai diberikan oleh pendidikan dalam jabatan.


7.  Pendidikan formal, non-formal, dan informal sebagai sebuah sistem.
Pendidikan formal yang sering disebut pendidikan persekolahan, berupa rangkaian jenjang pedidikan yang telah baku, misalnya SD, SMP, SMA, dan PT. Pendidikan nonformal lebih difokuskan pada pemberian keahlian atau skill guna terjun ke masyarakat. Pendidikan informal adalah suatu fase pendidikan yang berada di samping pendidikan formal dan nonformal.
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan formal, nonformal, dan informal ketiganya hanya dapat dibedakan tetapi sulit dipisah-pisahkan karena keberhasilan pendidikan dalam arti terwujudnya keluaran pendidikan yang berupa sumberdaya manusia sangat bergantung kepada sejauh mana ketiga sub-sistem tersebut berperanan.

SOAL

1.    Berikut ini yang merupakan 2 sasaran proses pembentukan pribadi adalah . . .
a.       Pembentukan pribadi bagi mereka yang belum mandiri oleh mereka yang telah mapan dan bagi mereka yang sudah mapan atas usaha sendiri;
b.      Pembentukan pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang sudah dewasa dan bagi mereka yang sudah dewasa atas usaha sendiri;
c.       Pembentukan karakter bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang telah dewasa dan bagi mereka yang telah dewasa atas usaha sendiri;
d.      Pemantapan identitas sebagai manusia bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang telah baik identitasnya dan bagi mereka yang telah baik identitasnya atas usahanya sendiri;
e.       Pembentukan pribadi bagi mereka yang belum terbentuk sifat hakikatnya oleh mereka yang telah mapan dan bagi mereka yang telah mapan atas usahanya sendiri
JAWAB: B
2.        Latar belakang adanya perbedaan dari para ahli tentang batasan pendidikan dibawah ini adalah, kecuali . . .
a.       Orientasi pendidikan,
b.      Konsep dasar yang digunakan
c.       Aspek yang menjadi tekanan
d.      Sudut pandang pendefinisian
e.       Falsafah yang melandasinya
JAWAB: D
3.        Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk . . .
a.       Terjadinya proses belajar dan pengalaman belajar yang optimal
b.      Menanamkan nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan
c.       Memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan
d.      Indikator sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan,
e.       Sebaga proses transformasi budaya dan pembentukkan pribadi
JAWAB: B
4.    Berikut ini merupakan alasan yang menopang pentingnya kemandirian dalam belajar adalah kecuali . . .
a.       Perkembangan iptek berlangsung semakin pesat
b.      Penemuan iptek tidak mutlak benar 100%, sifatnya relative
c.       Para ahli psikologi umumnya sependapat, bahwa peserta didik mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh konkret dan wajar sesuai dengan situasi dan kondidi yang dihadapi dengan mengalami atau mempraktekannya sendiri
d.      Perlunya dikembangkan kemandirian dalam jiwa setiap individu
e.       Dalam proses pendidikan dan pembelajaran pengembangan konsep seyogyanya tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan penanaman nilai-nilai ke dalam diri peserta didik
JAWAB: D
5.        Alasan pandangan bahwa peserta didik berstatus sebagai subjek didik adalah karena . . .
a.       Peserta didik berposisi sebagai individu yang menjadi tujuan diadakannya proses pendidikan
b.      Urgensitas peserta didik sebagai pengendali proses pendidikan
c.       Peserta didik adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya
d.      Peserta didik adalah pribadi yang akan menjalankan proses belajar
e.       Peserta didik sebagai subjek atau pribadi yang mandiri, yang menentukan arah proses pendidikan
JAWAB: C

0 comments:

Post a Comment