Catatan Perjalanan Hidup Seorang Pemuda Muslim

Tuesday, 28 October 2014

On 14:30 by Unknown in    No comments


 INTERFEROMETER MICHELSON

Rustam Hafid, Muhammad Amin, Nur Awa, Riningsih, Andi Asliani Yuliarti

Laboratorium Fisika Modern Jurusan Fisika FMIPA
Universitas Negeri Makassar

Abstrak. Eksperimen Interferometer Michelson Bertujuan untuk memahami prinsip kerja Interferometer Michelson dan mengukur panjang gelombang laser He-Ne. Prinsip kerja alat ini adalah memanfaatkan pola interferensi yang terjaid pada 2 buah gelombang cahaya yang berasal dari sumber cahaya monokromatik. Sumber cahaya ini awalnya ditembakkan ke interferometer dan akan mengalami pemfokusan melalui lensa cembung. Selanjutnya akan diteruskan ke beam splitter atau pemecah cahaya sehingga cahaya akan terbagi 2 yakni sebagian dipantulkan dan sebagian diteruskan. Dua hasil pemecahan ini kemudian dipantulkan kembali dan menyatu pada sebuah layar sehingga terjadi pola interferensi yang terjadi karena adanya perbedaan panjang lintasan yang ditempuh dua berkas gelombang cahaya yang telah disatukan tersebut. Jika merujuk pada teori, maka nilai panjang gelombang pada sumber cahaya yakni laser He-Ne adalah 650 nm. Namun pada eksperimen ini diperoleh nilai 630 nm dengan besar kesalahan 0,17%. Letak kesalahan yang mungkin terjadi yang mengakibatkan adanya selisih 0,17 % ini adalah kurang telitinya praktikan untuk menyesuaikan antara ketepatan mengubah frinji dan pemutaran sklaa mirometer.
KATA KUNCI: : Interferometer Michelson, Interferensi, Panjang Gelombang, Frinji




PENDAHULUAN

Interferomter Michelson adalah sebuah alat yang digagas oleh A.A. Michelson yang pada awalnya digunakan untuk mengukur kecepatan eter sebagai medium perambatan cahaya. Alat ini memanfaatkan salah satu sifat cahaya yakni interferensi yang merupakan hasil penggabungan secara superposisi dua gelombang atau lebih yang bertemu pada satu titik ruang. Untuk mendapatkan pola   interferensi ada berbagai metode dan pada percobaan ini kita akan menggunakan metode interforemeter Michelson, yang dikembangkan oleh A.A. Michelson pada tahun 1881 menggunakan prinsip membagi amplitudo gelombang cahaya menjadi dua bagian yang berintensitas sama. Pembelahan amplitudo gelombang menjadi dua bagian dilakukan dengan menggunakan pemecah sinar (beam splitter).
Praktikum ini dibutuhkan untuk memahami konsep pola interferensi yang terjadi pada interferometer mishelson sekaligus mengukur nilai panjang gelombang dari sumber cahaya, dalam hal ini adalah laser He-Ne. Pola interferensi sebagaimana diketahui dan telah disebutkan pada paragraf pertama pendahuluan ini adalah pola yang terbentuk dari perpaduan. Melalui prinsip ini, sehingga michelson dapat melakukan berbagai eksperimen berkaitan dengan hal tersebut termasuk salah satunya adalah menentukan panjang gelombang sebuah sumber cahaya. Salah satu keberhasilan beliau bersama alat ini adalah sebagai orang pertama yang dapat mengukur diamter sudut sebuah bintang.  Jika pada awalnya eksperimen ini dilakukan untuk menemukan kecepatan eter, namun saat ini telah banyak memiliki nilai guna dengan salah satunya adalah menyelidiki sifat-siffat dari gelombang, sehingga sangat penting bagi seorang fisikawan, termasuk mahasiswa, untuk mempelajarinya.
Pada awalnya untuk membentuk pola interferensi dan kemudian mengukur panjang gelombang dari sumber cahaya, maka berkas cahaya monokromatik (Laser He-Ne) akan ditembakkan ke interferometer dan akan melewati lensa pemokus dan kemudian akan terpecah dua, yakni sebagian dipantulkan dan diteruskan sehingga dua hasil pemecahan ini akan kembali betemu pada sebuah layar sehingga akan terbentuk pola interferensi yang ditandai terbentuknya frinji.


TEORI

Tahun 1881, A.A. Michelson membangun interferometer berdasarkan prinsip percobaan young. Interferometer ini akan digunakan untuk menguji keberadaan “eter” yaitu sebuah media hipotetik yang di anggap medium perambatan cahaya.  Bersama morley, hasil percobaan Michelson menunjukkan bahwa hipotesis eter tidak dapat diterima. Pengamatan gejala interferensi pertama kali dilakukan oleh Thomas Young. Percobaan ini menegaskan sebuah bukti penting bahwa cahaya pada hakikatnya merupakan sebuah gelombang (prinsip Huygens). [4]
Michelson melihat bahwa interferometer dapat digunakan untuk menuntukan panjang meter standar untuk panjang gelombang tertentu. Pada tahun 1960, standar itu dipilih sebagai garis jingga tertentu pada spektrumkripton-86 (atom krypton dengan masa atom 86). Pengukuran yang teliti dari meter Standar yang lama ( jarak antara dua tanda platinum-iridium yang disimpan diparis) dilakukan untuk menentukan 1 meter sebesar 1.650.763,73 panjang gelombang cahaya ini, yang didefinisikan sebagai meter. Pada tahun 1963, meter didefinisikan kembali dalam laju cahaya.[1]
Interferometer Michelson merupakan seperangkat peralatan yang memanfaatkan gejala interferensi. Prinsip interferensi adalah kenyataan bahwa beda lintasan optik (d) akan membentuk suatu frinji.[2]
Pada interferensi, apabila dua gelombang yang berfrekuensi dan berpanjang gelombang sama tapi berbeda fase bergabung, maka gelombang yang dihasilkan merupakan gelombang yang amplitudonya tergantung pada perbedaan fase. Perbedaan fase antara dua gelombang sering disebabkan oleh adanya perbedaan panjang lintasan yang ditempuh oleh kedua gelombang. Perbedaan lintasan satu panjang gelombang menghasilkan perbedaan fase360°, yang ekivalen dengan tidak ada perbedaan fase 180°.
Interferensi gelombang dari dua sumber tidak teramati kecuali sumbernya koheren, atau perbedaan fase di antara gelombang konstan terhadap waktu. Karena berkas cahaya pada umumnya adalah hasil dari jutaan atom yang memancar secara bebas, dua sumber cahaya biasanya tidak koheren (Laud, 1988). Koherensi dalam optika sering dicapai dengan membagi cahaya dari sumber tunggal menjadi dua berkas
atau lebih, yang kemudian dapat digabungkan untuk   menghasilkan   pola interferensi. Pembagian  ini  dapat  dicapai dengan memantulkan cahaya dari dua permukaan yang terpisah .[3]
Apabila dua gelombang yang berfrekuensi dan berpanjang gelombang sama tapi berbeda fase bergabung, maka gelombang yang dihasilkan merupakan gelombang yang amplitudonya tergantung pada perbedaan fasenya. Jika perbedaan fasenya 0 atau bilangan bulat kelipatan 360°, maka gelombang akan sefase dan berinterferensi secara saling menguatkan (interferensi konstruktif). Sedangkan amplitudonya sama dengan penjumlahan amplitudo masing-masing gelombang. Jika perbedaan fasenya 180° atau bilangan ganjil kali 180°, maka gelombang yang dihasilkan akan berbeda fase dan berinterferensi secara  saling melemahkan (interferensi destruktif). Amplitudo yang dihasilkan merupakan perbedaan amplitudo masing-masing gelombang. [3]


METODOLOGI EKSPERIMEN

laser
L1 (f = 5 mm)
L2 (f = 50 mm)
 C1
 C2
PB
 layar
Perangkat mikrometer
reducer
Pada eksperimen Interferometer Michelson dilakukan dengan menggunakan serangkaian alat yang terdiri dari perangkat alat interferometer, sumber sinar laser dan laser aligment bench, yang disusun seperti pada gambar berikut:

 
  
 GAMBAR 1. Skema Skema rangkaian interferometer Michelson.
Pada tujuan  pertama memahami prinsip kerja Interferometer Michelson, maka pada pada percobaan ini akan dilakukan dengan menggunakan prinsip kerja interferometer Michelson yaitu seberkas cahaya monokromatik yang dipisahkan di suatu titik tertentu (beam splitter) sehingga masing-masing berkas dibuat melewati dua panjang lintasan yang berbeda, dan kemudian disatukan kembali melalui pantulan dari dua cermin yang letaknya saling tegak lurus dengan titik pembagi berkas tersebut (viewing screen), setelah berkas cahaya monokromatik tersebut disatukan maka akan terlihat pola interferensi akibat penggabung antara dua buah gelombang dan akan teramati pola lingkaran gelap, terang.
Pola interferensi itu terjadi karena adanya perbedaan panjang lintasan yang ditempuh dua berkas gelombang cahaya yang telah disatukan tersebut. Jika panjang lintasan dirubah dengan diperpanjang maka yang akan terjadi adalah pola-pola frinji akan masuk ke pusat pola. Jarak lintasan yang lebih panjang akan mempengaruhi fase gelombang yang jatuh ke layar. Bila pergeseran beda panjang lintasan gelombang cahaya mencapai λ maka akan terjadi interferensi konstruktif yaitu terlihat pola terang, namun bila pergeserannya hanya sejauh l/4 yang sama artinya dengan berkas menempuh lintasan l/2 maka akan terlihat pola gelap.
Tujuan kedua mengukur panjang gelombang sumber cahaya yang digunakan dalam percobaan, langkah pertama yang dilakukan dengan menyiapkan perangkat interferometer, setelah itu diberi sumber cahaya dimana sumber cahaya yang digunakan adalah sinar laser aligment bench (laser merah).
Pola interferensi yang terbentuk berupa lingkaran dan dikelilingi cincin gelap (frinji) akan tampil pada layar. Setelah diketahui bentuk awal frinjinya, ditetapkan pola gelap sebagai titik acuan perhitungan  jumlah frinji. Selanjutnya, dilakukan pengukuran dm dengan memutar secara perlahan-lahan skrup mikrometer pada M2 searah jarum jam sebanyak 20 frinji (20 pola gelap yang melewati titik acuan), mencatat penunjukkan mikrometer pada posisi ini sebagai dm. Kegiatan ini dilakukan 10 kali (200 kali putaran) dimana setiap 20 kali putaran dicatat penunjukkan mikrometernya.


HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISA DATA

Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh data sebagai berikut:
Nst mikrometer: µm
TABEL 1. Hubungan antara Jumlah Frinji (N) dengan Pergeseran Cermin (dm)
No
N
dm (x 10-6) m
1
20.00
7.00
2
40.00
14.00
3
60.00
20.00
4
80.00
26.00
5
100.00
32.00
6
120.00
38.50
7
140.00
44.50
8
160.00
50.50
9
180.00
57.50
10
200.00
63.00


 

Praktikum interferometer michelson yang telah dilakukan bertujuan untuk memahami prinsip kerja interferometer yang dirancang oleh michelson dan menghitung panjang gelombang sumber cahaya yang dijadikan sebagai sumber yakni laser He-Ne.
Alat ini memanfaatkan prinsip interferensi yang terjadi pada cahaya yang pada interferometer terjadi karena adanya penggabungan cahaya hasil refleksi dan transmisi oleh beam splitter pada interferometer. 2 cahaya hasil pembiasan dan pemantulan ini kemudian bergabung pada satu layar pengamatan yang kemudian menghasilkan sebuah pola gelap terang sebagai ciri telah terjadi interferensi dikarenakan dua gelombang ini memiliki fase yang sama .
Berdasarkan analisis dari data yang diperoleh, panjang gelombang sumber adalah . Nilai ini jika dibandingkan dengan panjang gelombang laser He-Ne sesuai teori adalah 650 nm, yang ternyata memiliki selisih yang kecil dan telah mendekati nilai teori tersebut Dengan persentase kesalahan ukur 0,17%. Adapun kesalahan yang kecil ini dapat terjadi pada saat proses pemutaran mikrometer terhadap pola string yang terbentuk pada layar pengamatan yang bisa saja berlebih 0,1 mm.


SIMPULAN

Prinsip kerja Interferometer Michelson adalah memanfaatkan sifat interferensi cahaya yang berasal dari 2 gelombang cahaya yang sefase. Sumber cahaya yang digunakan adalah laser He-Ne dengan nilai panjang gelombang (λ) adalah  dengan persentase kesalahan terbesar yaitu 0,17% yang telah mendekati nilai sesuai teori.


REFERENSI

[1] Giancoli, C. Douglas. 2001. Physics Fifth Edition.Jilid 2. Edisi 5. Penerbit Erlangga : Jakarta

[2] Halliday, D. dan Resnick, R. 1993.  Fisika Jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta
[3] Tipler, P. A. 1991.Fisika Untuk Sains
dan Tehnik Jilid 2 (alih bahasa
Dr.Bambang Soegijono). Penerbit
Erlangga:Jakarta.

[4]Subaer, dkk. 2013. Penuntun Praktikum Eksperimen Fisika I Unit Laboratorium Fisika Modern Jurusan Fisika FMIPA UNM.

0 comments:

Post a Comment