Monday, 25 April 2016
On 05:40 by Unknown in Belajar Islam No comments
Buah-buah “Istiqamah”
Oleh: Abu
Uwais Al-Wali (Rustam Hafid)
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ وَلاَ تَطْغَوْاْ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ وَلاَ تَطْغَوْاْ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
“Maka tetaplah engkau (Muhammad) (di
jalan yang benar), sebagaimana telah diperintahkan kepadamu dan (juga) orang
yang bertobat bersamamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sungguh, Dia Maha
Melihat terhadap apa yang kamu kerjakan”.
(QS. Huud (11): 112)
Syaikh Ibnu
Rajab Al-Hambali rahimahullahu
menyebutkan bahwa istiqamah adalah
penempuhan jalan lurus, yakni agama islam.
Sungguh banyak
jalan-jalan penyesatan, yang dihuni oleh sosok-sosok yang ingin memalingkan
kita dari jalan yang lurus. Maka cukuplah kita merenungkan dan mengambil hikmah
dari titah Rasulullah shallahu alaihi wa
sallam, yang dalam hadits, dikatakan:
Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda yang artinya : “Aku berwasiat kepada
kalian untuk bertaqwa kepada Allah dan mendengar serta taat (kepada
pemerintahan Islam) walaupun yang memimpin kalian adalah seorang hamba sahaya
dari negeri Habasyah. Sesungguhnya barangsiapa hidup sesudahku niscaya dia akan
melihat banyak perselisihan, maka wajib atas kalian berpegang dengan sunnahku
dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk sesudahku. Berpeganglah kalian
dengannya dan gigitlah ia dengan gigi gerahammu serta jauhilah oleh kalian
perkara agama yang diada-adakan karena semua yang baru dalam agama adalah
bid’ah dan semua bid’ah adalah sesat.” HR Ahmad,Abu Dawud,Tirmidzi,Dzahabi
dan Hakim, disahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al jami’ no. 2549
Dalam riwayat
lain, Abu Bakar bin Abi Syaibah dan Abu Kuraib menuturkan kepada
kami. Mereka berdua berkata; Ibnu Numair menuturkan kepada kami [tanda
perpindahan sanad] demikian pula Qutaibah bin Sa’id dan Ishaq bin Ibrahim
mereka semuanya menuturkan kepada kami dari Jarir [tanda perpindahan sanad]
begitu pula Abu Kuraib menuturkan kepada kami. Dia berkata; Abu Usamah
menuturkan kepada kami. Mereka semuanya meriwayatkan dari Hisyam bin Urwah dari
ayahnya dari Sufyan bin Abdullah ats-Tsaqafi, dia berkata; Aku berkata, “Wahai
Rasulullah, katakanlah kepada saya suatu ucapan di dalam Islam yang tidak akan
saya tanyakan kepada seorang pun sesudah anda.” Sedangkan dalam penuturan
Abu Usamah dengan ungkapan, “orang selain anda”, maka beliau menjawab, “Katakanlah;
Aku beriman kepada Allah, kemudian istiqomahlah.” (HR. Muslim dalam
Kitab al-Iman, lihat Syarh Nawawi [2/91-92]).
Dalam Alquran, disebutkan balasan-balasan kepada siapa saja yang beristiqomah diatas jalan hidayah:
Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.”
(Terjemahan Surah Fussilat (41): 30)
Balasan lainnya adalah akan mendapatkan pertolongan dari Allah azza wa jalla, yakni pertolongan di saat-saat tidak ada yang mampu memberikannya, selain Dia, yakni pada tiga kondisi:
Dalam Alquran, disebutkan balasan-balasan kepada siapa saja yang beristiqomah diatas jalan hidayah:
Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.”
(Terjemahan Surah Fussilat (41): 30)
Balasan lainnya adalah akan mendapatkan pertolongan dari Allah azza wa jalla, yakni pertolongan di saat-saat tidak ada yang mampu memberikannya, selain Dia, yakni pada tiga kondisi:
1. Sakratul Maut
2. Alam Kubur
3. Yaumil Akhir
Keistiqomahan membutuhkan amalan-amalan yang menjadi asbab baginya, diantaranya:
1. Doa
Untuk meneguhkan keistiqomahan, diperlukan do’a kepada yang Maha memberi hidayah, yakni Allah subhana wa ta’ala, agar kita senantiasa diberikan keteguhan dalam menjalani kehidupan, diatas petunjukNya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pada Mu’adz, “Demi Allah, aku sungguh mencintaimu. Aku wasiatkan padamu, janganlah engkau lupa untuk mengucapkan pada akhir shalat (sebelum salam):
اALLAHUMMA A’INNI ‘ALA DZIKRIKA WA SYUKRIKA WA
HUSNI ‘IBADATIK [Ya Allah, tolonglah aku agar selalu berdzikir/mengingat-Mu,
bersyukur pada-Mu, dan memperbagus ibadah pada-Mu].” (HR. Abu Daud dan Ahmad, shahih)
2. Teman
Berteman dengan orang-orang yang shalih sangatlah dibutukan untuk meraih keistiqamahan. Teman-teman yang shalih akan selalu mengingatkan dan mengajak kita kepada jalan yang benar, sebagaimana dalam riwayat, Rasulullah shallahu alaihi wa sallam bersabda, “Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927).
3. Ibadah Konsisten
Mengetahui ibadah-ibadah yang masuk dalam kadar kemampuan kita untuk melaksanakannya dan istiqomah diatasnya. Karena dalam riwayat, dari ’Aisyah –radhiyallahu ’anha-, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” ’Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya. HR. Muslim no. 783, Kitab shalat para musafir dan qasharnya, Bab Keutamaan amalan shalat malam yang kontinu dan amalan lainnya.
Ibrah untuk keistiqomahan, adalah pada kehidupan nabi-nabi terdahulu, salah satunya adalah pada perjuangan Nabi Nuh Alaihi salam, yang berdakwah lebih dari 900 tahun, namun panjangnya waktu tersebut, beserta segala halangan dan rintangan yang mendera, tidak membuatnya berputus asa, namun semakin membuatnya terus beristiqomah diatas jalan kebenaran, jalan dakwah yang Allah limpahkan kepadanya. Ibrah yang sama juga terdapat pada jalan dakwah Rasulullah shallahu alaihi wa sallam, sebagaimana yang terdapat dalam sirohnya.
2. Teman
Berteman dengan orang-orang yang shalih sangatlah dibutukan untuk meraih keistiqamahan. Teman-teman yang shalih akan selalu mengingatkan dan mengajak kita kepada jalan yang benar, sebagaimana dalam riwayat, Rasulullah shallahu alaihi wa sallam bersabda, “Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927).
3. Ibadah Konsisten
Mengetahui ibadah-ibadah yang masuk dalam kadar kemampuan kita untuk melaksanakannya dan istiqomah diatasnya. Karena dalam riwayat, dari ’Aisyah –radhiyallahu ’anha-, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” ’Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya. HR. Muslim no. 783, Kitab shalat para musafir dan qasharnya, Bab Keutamaan amalan shalat malam yang kontinu dan amalan lainnya.
Ibrah untuk keistiqomahan, adalah pada kehidupan nabi-nabi terdahulu, salah satunya adalah pada perjuangan Nabi Nuh Alaihi salam, yang berdakwah lebih dari 900 tahun, namun panjangnya waktu tersebut, beserta segala halangan dan rintangan yang mendera, tidak membuatnya berputus asa, namun semakin membuatnya terus beristiqomah diatas jalan kebenaran, jalan dakwah yang Allah limpahkan kepadanya. Ibrah yang sama juga terdapat pada jalan dakwah Rasulullah shallahu alaihi wa sallam, sebagaimana yang terdapat dalam sirohnya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Search
Peduli Syam
Kunjungi Ane di Facebook
Popular Posts
Blog Archive
Powered by Blogger.
0 comments:
Post a Comment