Catatan Perjalanan Hidup Seorang Pemuda Muslim

Sunday, 21 September 2014

On 19:13 by Unknown in , , ,    3 comments
Sudah tahu belum mengapa kota Baubau disebut dengan Baubau?

Apakah karena lingkungan kota ini yang bau?

ataukah . . .

Nama seorang tokoh pahlawan?


Saya sendiri mulai penasaran, dimulai ketika ada teman saya dari tanah rantau tempat saya kuliah, suku Bugis, yang menanyakan mengapa namanya harus baubau? Apakah karena aromanya yang bau? 
Yang membuat teman saya semakin tersenyum berlebihan adalah ketika dia menunjukkan saya peta sulawesi tenggara dan kemudian menunjuk salah satu daerah di wakatobi, yakni pulau Wangi-Wangi. Kemudian dia berkelakar, apakah 2 daerah ini sengaja dinamakan untuk berpasangan?

Dari yang pernah saya dengar, kota Baubau disebut dengan perulangan kata bau karena pada masa kolonial, yakni abad 17 - 20 terjadi perang antar 2 kesultanan terbesar di daerah maritim selatan sulawesi, yakni Kesultanan Bone dan Kesultanan Gowa terkait dengan masalah pembangunan tembok perbatasan wilayah. Sultan Bone yang merasa rakyatnya diperkerjakan secara paksa oleh pihak Gowa kemudian mengadakan perlawanan yang berujung pada dikejarnya sultan Bone yang bernama Aru Palakka oleh Raja Gowa, Sultan Hasanuddin. Raja Bone ini kemudian menuju Buton untuk mencari perlindungan, dan berimbas pada terjadinya peperangan antar tiga kesultanan yang ikut menyeret kesultanan Buton. Pada akhirnya kesultanan Gowa kalah karena kalah perang dari persekutuan antara tiga legiun, yakni Bone - Buton - VOC. Setiap medan perang pastinya akan menghasilkan yang namanya tawanan perang. Para prajurit Gowa yang tidak sempat melarikan diri kemudian ditawan oleh kesultanan Buton dan dikurung di salah satu pulau kecil di depan kota Baubau sekarang, yakni pulau Makassar (disinilah mengapa dinamakan pulau Makassar karena banyak orang makassar yang pernah ditawan disini). Waktu berjalan sehingga banyak tawanan yang meninggal dunia sampai pada pembusukkan mayat para tawanan ini. Mayat para tawanan inilah yang menghasilkan bau yang sangat menyengat, sehingga daerah ini dinamakan Baubau. 


Itu dari ceritera yang pernah saya dengar dari sumber yang saya sendiri lupa darimana.

Namun, ada versi lain yang lebih keren dari sumber sebelumnya. Versi ini lebih kontroversial lagi gan, gini ceritanya...

Kondisi politik di Sulawesi pada periode abad ke-17 sampai awal abad ke-20 ditandai oleh terjadinya konflik internal antar kerajaan di Sulawesi Selatan seperti Kerajaan Gowa dengan Bone. Konflik ini juga terjadi antara kerajaan (Gowa dan Bone) dengan Belanda dan Ternate. Situasi inilah yang menyebabkan Sulawesi Tenggara, khususnya Buton menjadi sasaran para imigran dari Sulawesi Selatan karena wilayah ini selain mudah dijangkau, juga karena dianggap aman. Kebanyakan bangsawan Bugis yang datang ke Buton memiliki gelar Andi Bau di depan namanya sebagai tanda kebangsawanan. Selanjutnya, mereka lalu menetap di pinggiran laut pada wilayah dekat pelabuhan demi memudahkan akses mereka untuk berdagang hingga ke Singapura. Berawal dari para banyaknya bangsawan bernama Bau inilah yang kemudian menyebabkan daerah di pinggiran laut dan kali itu disebut Bau-Bau. Jadi, awal kelahiran Kota Bau-Bau, bisa dirujuk sejak tahun 1660 (sumber: www.timur-angin.com).


Itulah 2 versi asal nama kota Baubau. Anda lebih mendekat pada versi keberapa?


Namun kota Baubau kini telah berkembang pesat sebagai calon ibukota propinsi Buton Raya yang Insya Allah akan mekar dari Sulawesi Tenggara tidak lama lagi. Kota ini menjunjung tinggi slogan SEMERBAK (Sesuai namanya, be - baubau - an yang Semerbak) yakni akronim dari Sejahtera, Menawan, Ramah, Bersih, Aman & Kenangan.


Berikut slogan Baubau dalam typografi




Baca Juga


Mutu Manikam Kota Benteng - Baubau SULTRA

Sejarah Singkat Kota Baubau
Haroa - Tradisi adat yang penuh makna

3 comments:

  1. Yang saya dengar : Pada suatu masa terjadi kebakaran hebat di lingkungan pusat Kesultanan Buton (sekarang keraton) sehingga warga mengungsi. Sebagian diantara mereka mengungsi ke tepi hutan (sekarang Baadia) dan sebagian lainnya mengungsi kepantai dan membangun perkampungan baru. Perkampungan baru di tepi pantai inilah yang kemudian disebut baau dalam bahasa wolio artinya "baru"

    ReplyDelete
  2. salam berbagi info salam sukses goo.gl/Rmeey3

    ReplyDelete